Apa Bedanya Pendudukan Karabakh dan Palestina?
Eskalasi krisis Nagorno-Karabakh dan memanasnya tensi antara Republik Azerbaijan dan Armenia kembali menjadikan konflik di kawasan Kaukasus ini menjadi krisis global.
Republik Azerbaijan dan Armenia sebelum tumbangnya Uni Soviet di tahun 1988 dan setelah pengumuman pemisahan wilayah Karabakh dari Republik Azerbaijan, terlibat konflik atas wilayah ini. Setelah tumbangnya Uni Soviet, perang antara kedua negara ini masih terus berlanjut hingga Mei 1994 atas prakarsa Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) dan PBB diterapkan gencatan senjata.
Akhirnya dibentuk kelompok Minsk (OSCE Minsk Group) untuk mengawai gencatan senajta ini dan dilanjutkannya dialog guna menyelesaikan konflik Karabakh. Amerika Serikat, Rusia dan Prancis menjadi pemimpin bersama kelompok Minsk dan negara seperti Belarus, Jerman, Italia, Portugis, Belanda, Swedia, Finlandia, Turki dan Azerbaijan serta Armenia menjadi anggota.
Sejak saat itu dan selanjutnya, meski diterapkan gencatan senjata, masih juga terjadi bentrokan bersenjata. Armenia dengan menguasai wilayah sekitar pegunungan Karabakh dan menduduki tujuh distrik di wilayah Azerbaijan yang ditetapkan sebagai zona penyangga, telah menduduki sekitar seperlima wilayah Republik Azerbaijan.
Ratusan ribu etnis Azeri di Karabakh dan tujuh distrik di sekitarnya mengungsi dan meninggalkan kawasan ini. Namun ada berbagai pandangan mengenai pendudukan Karabakh dan mekanisme penyelesaiannya. Sebagian menyamakan pendudukan Karabakh dengan Palestina dan menuntut dukungan negara-negara Islam untuk membebaskan Karabakh.
Tak diragukan lagi, pendudukan Karabakh dalam bentuk apapun, seperti pendudukan Palestina, layak untuk dikecam dan penjajah harus meninggalkan wilayah jajahannya. Namun terdapat perbedaan antara pendudukan Palestina dan pendudukan wilayah lain seperti Nagorno-Karabakh atau Kashmir. Palestina memiliki banyak kesucian tidak hanya di kalangan Muslim tetapi juga di antara agama-agama Samawi lainnya.
Nabi Muhammad Saw selama 13 tahun kenabian shalat menghadap Masjid al-Aqsa dan kemudian atas perintah Tuhan menjadikan Ka'bah sebagai kiblat umat Islam. Oleh karena itu, Baitul Maqdis senantiasa memiliki posisi khusus di tengah umat Muslim. Baitul Maqdis juga tempat kelahiran agama tauhid sepanjang sejarah dan juga kelahiran peradaban. Tidak ada tempat seperti Baitul Maqdis dari sisi besarnya pengikut dan mereka yang meyakini sakralitas tempat suci ini.
Jika kita mempelajari sejarah para nabi, maka akan jelas sakralitas kota Baitul Maqdis. Diriwayat disebutkan bahwa Nabi Isa as dilahirkan di dekat Baitul Maqdis. Nabi Adam as, Musa, Yusuf dan seluruh nabi Bani Israel mewasiatkan untuk dikebumikan di Baitul Maqdis. Para nabi dan rasul seperti Ibrahim as, Ishaq dan Ya'kub as telah menginjakkan kakinya di wilayah suci ini.
Selain itu, Nabi Musa as dikuburkan di Baitul Maqdis dan Nabi Isa as diangkat ke langit oleh Tuhan dari kota ini. Selain itu, Baitul Maqdis juga menjadi kota suci bagi umat Islam mengingat Rasulullah Saw melalukan Isra dan Mi'raj dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsa dan kemudian dari kota ini menuju langit. «سُبْحانَ الَّذی أَسْری بِعَبْدِهِ لَیلاً مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرامِ إِلَی الْمَسْجِدِ الْأَقْصَی الَّذی بارَکنا حَوْلَهُ لِنُرِیهُ مِنْ آیاتِنا إِنَّهُ هُوَ السَّمیعُ الْبَصیر» . Masjid al-Aqsa selain Masjid Nabawi dan Masjidil Haram termasuk tiga tempat suci penting bagi umat Islam. Kota ini setelah Mekah dan Madinah merupakan kota suci penting bagi Muslimin.
Masjid al-Aqsa dan seluruh peninggalan Islam yang ada di sekitar kota Baitul Maqdis merupakan bukti keagungan sejarah umat Islam. Pendudukan Palestina bukan pendudukan sebuah wilayah atau negara, tapi bentuk kolonialisme anti Islam dan kanker di jantung dunia Islam untuk menghancurkan dunia Islam dan mencegah terbentuknya peradaban Islam. Dari sisi ini, isu Palestina selain memiliki dimensi agama juga berkaitan erat dengan independensi, keamanan dan kepentingan bangsa seluruh negara Islam.
Beberapa media Azerbaijan yang membandingkan pendudukan Palestina dengan pendudukan Nagorno-Karabakh tidak memperhatikan atau tidak mau berbicara tentang mengapa pemerintah Azerbaijan memiliki hubungan politik, keamanan, militer dan intelijen yang luas dengan rezim pendudukan Palestina? Pendudukan dalam bentuk apapun, baik di Palestina atau Nagorno-Karabakh, dikutuk.
Tidak mungkin membandingkan pendudukan Palestina dengan Nagorno-Karabakh. Republik Azerbaijan menjalin hubungan strategis dengan rezim penjajah seperti Israel yang jaraknya lebih dari seribu kilometer, mengabaikan sifat pendudukan rezim Zionis, namun secara irasional memprotes hubungan normal Iran dengan Armenia sebagai salah satu tetangganya.
Namun, perbedaan utama antara rezim Zionis dan Armenia adalah bahwa rezim Zionis seluruhnya terdiri dari orang-orang Palestina dan Tanah Suci Yerusalem, tetapi Armenia telah menduduki sebagian wilayah negara tetangga, yang tentu saja, Selama 30 tahun terakhir, dia telah bernegosiasi bagaimana mengembalikan tanah yang diduduki, tetapi sayangnya negosiasi tersebut belum berhasil.
Selain itu, tidak ada permusuhan yang melekat antara Armenia dan dunia Islam, dan jika masalah pendudukan wilayah Republik Azerbaijan oleh Armenia diselesaikan, pada dasarnya tidak akan ada alasan atau motif permusuhan antara kedua negara dan dunia Islam dan Republik Islam Iran. Ini juga akan menghilangkan konsekuensi tidak langsung dan tidak berguna dari krisis ini. Namun, berbeda dengan pendudukan Nagorno-Karabakh yang dapat diselesaikan dengan persetujuan Baku dan Yerevan, pendudukan rezim Zionis hanya dapat diselesaikan dengan membubarkan rezim yang tidak memiliki hak atas rakyat asli Palestina.
Tujuan dari beberapa media dan tokoh Azerbaijan dalam membandingkan pendudukan Nagorno-Karabakh dengan pendudukan Palestina adalah untuk mempertanyakan posisi Iran dalam mendukung rakyat tertindas di Palestina dan pengabaian Iran atas pendudukan Nagorno-Karabakh. Hal penting lainnya adalah bahwa rezim Zionis selalu memiliki niat konspirasi dalam membangun hubungan dengan negara yang berbeda, dan hasil kehadirannya di banyak negara telah membawa bencana; Seperti kehadiran Israel di Kurdistan Irak, Darfur dan Sudan Selatan, Sudan, Kashmir di wilayah India dan Pakistan, yang kesemuanya itu, kehadiran Israel telah memperparah isu separatisme atau menyebabkan disintegrasi negara Islam besar seperti Sudan.
Di kawasan Kaukasus, dengan dalih kerjasama dan bantuan di bidang keamanan, militer dan persenjataan, Israel telah menjadikan sektor pertahanan, militer dan perminyakan Republik Azerbaijan sepenuhnya bergantung padanya dan memanfaatkan ketergantungan tersebut untuk menyulut perang Nagorno-Karabakh dan mempersulit upaya penyelesaian isu ini. Republik Islam Iran telah berulang kali mengajukan proposal penting ke Baku untuk menghilangkan ketergantungan Republik Azerbaijan pada rezim Zionis di bidang minyak, energi, keamanan dan pertahanan, tetapi yang mengejutkan, Baku telah menolak semua proposal tersebut.
Mengingat sifat politik krisis Nagorno-Karabakh, Republik Islam Iran menekankan perlunya solusi politik dan sipil untuk krisis tersebut, yang tidak dapat diselesaikan melalui perang dan konflik militer. Akan tetapi, rezim Zionis, berdasarkan sifatnya yang menghasut dan untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari penjualan senjata ke Republik Azerbaijan dan penyitaan dolar minyaknya, mengipasi api perang Karabakh dan menghasut Republik Azerbaijan untuk melanjutkan perang. Adalah kepentingan Amerika Serikat dan rezim Zionis di kawasan untuk mengguncang dan mengguncang kawasan Kaukasus. Mereka berusaha untuk mengintensifkan dan mengabadikan ketidakamanan di Kaukasus dengan memusuhi Republik Islam Iran dan mencoba menghancurkan hubungan Republik Azerbaijan dengan Iran.
Namun, kita tidak dapat membayangkan berakhirnya konflik Nagorno-Karabakh dalam waktu dekat, karena tidak ada kemauan politik yang serius dalam pemerintahan Republik Azerbaijan dan mitra keamanan dan senjatanya untuk mengakhiri konflik, dan tidak ada kekuatan berpengaruh yang berniat untuk mengakhiri konflik. Mereka punya provokasi sendiri untuk mengakhiri konflik ini. Anehnya, di masa lalu, elemen lokal yang berafiliasi dengan rezim Zionis mencoba mengalihkan opini publik dengan menyembunyikan sifat mereka dan mengklaim dualitas posisi Iran terhadap Palestina dan Nagorno-Karabakh, namun belakangan ini karena tipu daya musuh, beberapa teman dan umat beragama Republik Azerbaijan juga beranggapan bahwa Quds dan Nagorno-Karabakh adalah sama dan mengambil kesimpulan yang salah.
Sementara itu, pendekatan keliru menyamakan pendudukan Quds dan Karabakh serta kesimpulan yang salah dari kasus ini sejatinya membuat isu Karabakh semakin rumit dan mempersulit solusi krisis ini.