Apakah Dunia akan Tetap Menjadi Penonton Genosida di Gaza?
-
Anak Gaza
Pars Today - Gaza sekali lagi berada di ambang bencana kemanusiaan. Selama beberapa bulan terakhir, pengetatan blokade Israel, serangan udara dan darat yang berulang, dan pembatasan ketat terhadap masuknya bantuan kemanusiaan tidak hanya menghancurkan infrastruktur dasar wilayah tersebut tetapi juga mematikan harapan hidup ribuan warga Palestina.
Seiring dengan krisis kemanusiaan di Gaza yang semakin mengkhawatirkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengeluarkan peringatan serius tentang runtuhnya total sistem kesehatan di Gaza. Sebuah keruntuhan yang merupakan akibat dari blokade total wilayah tersebut oleh militer Zionis Israel dan pencegahan mereka terhadap masuknya bantuan vital, termasuk bahan bakar dan peralatan medis.
Apa yang dihadapi masyarakat internasional saat ini bukan hanya krisis kesehatan. ini adalah manifestasi dari pelanggaran hak asasi manusia yang jelas dan sistematis, khususnya hak untuk hidup, kesehatan, dan martabat manusia rakyat Gaza.
Padahal, terlepas dari pelanggaran semua hukum perang internasional, hak asasi manusia, dan prinsip-prinsip dasar kemanusiaan, banyak negara di dunia tidak hanya berdiam diri tentang kejahatan ini, tapi justru terus mendukung Israel.
Israel, yang melancarkan perang yang menghancurkan terhadap penduduk Jalur Gaza dengan dukungan Amerika Serikat setelah Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, kini tengah melakukan salah satu genosida terbesar dalam sejarah dengan menutup semua titik masuk untuk obat-obatan dan makanan, terus mengebom Jalur Gaza, dan membakar tenda-tenda penduduk Gaza.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan dalam laporan terbarunya bahwa sistem kesehatan di Jalur Gaza berada di ambang kehancuran.
Akses ke layanan kesehatan penting di seluruh wilayah sangat terbatas, dan lebih dari 150.000 orang berada dalam kondisi kesehatan kritis.
Situasi telah memburuk hingga stok bahan bakar, terutama bensin dan solar, berada pada level kritis.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dalam hal ini, Situasi kemanusiaan di seluruh Gaza telah berubah dari buruk menjadi lebih buruk dan di luar imajinasi. Selama hampir dua bulan penuh, Israel telah memblokir pasokan makanan, bahan bakar, obat-obatan, dan komersial, sehingga lebih dari dua juta orang tidak mendapatkan bantuan vital.
Sebelumnya, Agnes Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International, mencatat dalam pengantar laporan tahunannya tentang hak asasi manusia: Sejak 7 Oktober 2023, Dunia telah menyaksikan genosida secara langsung di layarnya.
Situasi ini terjadi sementara rezim Zionis, tanpa mematuhi hukum atau peringatan apa pun, melanjutkan kebijakannya mengepung Gaza dan membunuh penduduk Palestina.
Pembunuhan ini tidak hanya disambut dengan bungkam oleh sekutu Israel, tetapi juga dukungan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, terhadap Perdana Menteri Netanyahu dari rezim Zionis, sehingga pembunuhannya terus berlanjut.
Paul Magnette, anggota parlemen Belgia, mengatakan dalam hal ini, Tentara Israel menghancurkan rumah-rumah, menghancurkan sekolah-sekolah Palestina, menimbun sumur-sumur untuk menghilangkan kemungkinan warga Palestina untuk terus tinggal di tanah mereka. Mereka mempersenjatai para pemukim untuk menembak warga Palestina dari jarak dekat.
Kata-kata ini bukan lagi gambaran krisis, tetapi lebih merupakan bukti kejahatan yang sedang berlangsung terhadap hati nurani manusia.
Israel melanjutkan genosida di Gaza sementara Zane Dangor, seorang perwakilan Afrika Selatan, mengatakan pada hari kedua sidang Mahkamah Internasional yang sedang berlangsung, Genosida di Gaza terus berlanjut di depan mata dunia.
Ia kemudian meminta dunia untuk berhenti menyaksikan tragedi ini secara pasif.
Menghadapi genosida Palestina sekarang menjadi ujian bagi masyarakat internasional.
Sebuah ujian kredibilitas organisasi internasional, legitimasi Mahkamah Internasional dan Pengadilan Kriminal Internasional yang berpusat di Den Haag, dan kejujuran negara-negara yang mengaku "berbasis aturan".
Namun, selama dunia mengikuti kebijakan Israel di Jalur Gaza dengan mata tertutup atau acuh tak acuh, keberadaan rakyat Palestina akan terus menjadi mainan kebijakan kolonial dan hasutan perang.
Tampaknya sekarang adalah saatnya bagi negara-negara untuk mengambil langkah-langkah untuk menghentikan proses kejahatan dengan memberlakukan embargo senjata terhadap Israel, mengakui Palestina, mengajukan pengaduan resmi di pengadilan internasional, dan menghentikan kerja sama dengan para permukim.(sl)