Prioritas Rezim Zionis Menyerang Rafah dan Mengabaikan Tuntutan Internasional
(last modified Thu, 30 May 2024 03:29:19 GMT )
May 30, 2024 10:29 Asia/Jakarta
  • Serangan rezim Zionis ke Rafah
    Serangan rezim Zionis ke Rafah

Mengabaikan tuntutan dan peringatan internasional mengenai konsekuensi kemanusiaan dari serangan ke kota perbatasan Rafah di selatan Jalur Gaza, rezim Zionis justru mengirimkan unit lapis baja ke daerah tersebut.

Kota Rafah yang berbatasan dengan Mesir, sebagai satu-satunya jalan masuk bagi warga Palestina yang tinggal di Gaza menuju dunia luar, pasca babak baru serangan tentara Israel di Gaza pada 7 Oktober dengan dalih menghancurkan kelompok perlawanan Palestina, kini telah menjadi pemukiman terpenting bagi pengungsi Palestina di wilayah lain di Gaza, dan meskipun ada banyak keterbatasan, kota ini menerima sekitar setengah dari 1,2 juta warga Gaza.

Oleh karena itu, berbagai negara, institusi dan organisasi internasional telah memperingatkan tentang konsekuensi serangan terhadap Rafah dan mengumumkan bahwa jika operasi militer Zionis dilakukan di wilayah tersebut, Rafah akan menyaksikan genosida warga Palestina yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Serangan rezim Zionis ke kota Rafah

Publikasi laporan mengenai kedatangan unit lapis baja tentara Israel di Rafah terjadi pada saat setidaknya 45 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, gugur syahid dan setidaknya 250 lainnya terluka dalam serangan kriminal Zionis Israel ke kamp pengungsi di kawasan ini pada Minggu (26/5) malam.

Meskipun serangan ini mendapat reaksi luas dan kecaman dari semua negara, bahkan para pendukung rezim ini dan negara-negara Eropa, tapi desakan rezim ini untuk memperluas cakupan perang ke Rafah menunjukkan sifat kejahatan dan rasa tidak pernah puas rezim ini dalam melakukan genosida orang-orang Palestina.

Rezim Zionis menjalankan rencana untuk menyerang Rafah dalam kondisi ketika Mahkamah Internasional pada hari Jumat, dengan 13 suara mendukung dan 2 suara menentang, memerintahkan penghentian segera operasi Israel di wilayah ini dan menuntut pembukaan kembali penyeberangan Rafah untuk tujuan bantuan kemanusiaan.

Peringatan internasional atas serangan Israel ke Rafah

Rezim Zionis mendesak untuk memperluas cakupan perang dan kejahatan hingga ke kota Rafah, sementara serangan brutal rezim ini di wilayah lain di Gaza dalam 8 bulan terakhir tidak menghasilkan apa-apa selain pembantaian, perusakan, pelanggaran hukum internasional, pemboman organisasi bantuan dan menciptakan kelaparan di daerah ini.

Menurut statistik terbaru, lebih dari 36.000 warga Palestina telah gugur syahid dan 81.000 lainnya terluka, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Penghancuran 80 persen rumah dan sarana prasarana di wilayah tersebut menjadi salah satu prestasi Zionis dalam menyerang Gaza pada periode ini.

Genosida yang belum pernah terjadi sebelumnya ini telah berulang kali diprotes oleh lembaga-lembaga internasional, khususnya Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Dalam hubungan ini, Francesca Albanese, pelapor khusus hak asasi manusia PBB untuk urusan Palestina, baru-baru ini menyatakan penyesalannya atas tidak tanggapnya rezim Zionis terkait kejahatannya di Gaza dan mengatakan bahwa Israel, dengan dukungan beberapa negara besar, secara terbuka melanggar hukum internasional

Serangan Israel merusak infrastruktur Jalur Gaza

Faktanya, selain mengebom dan menembaki berbagai wilayah di Gaza, rezim Zionis juga menggunakan senjata kelaparan dan mencegah pengiriman makanan dan obat-obatan ke wilayah tersebut untuk meningkatkan genosida di Gaza.

Hal ini terjadi ketika Dewan Keamanan PBB, dalam sebuah resolusi, telah meminta rezim Zionis untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa bantuan dasar sampai ke warga Palestina di Jalur Gaza.

Namun rezim Zionis dengan dukungan Amerika Serikat terus menyerang wilayah ini sekaligus menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan internasional ke Gaza.

Mendukung kejahatan Zionis dan mengabaikan penindasan terhadap Palestina saat ini menunjukkan standar ganda Barat terhadap isu Palestina dan kemunafikan mereka di bidang hak asasi manusia.

Terlepas dari tekanan-tekanan ini, masa sulit ini akan berlalu bagi rakyat Palestina sama seperti masa-masa sebelumnya, dan peran yang dimainkan oleh negara-negara dan organisasi-organisasi internasional sehubungan dengan genosida terbuka ini akan dicatat dalam sejarah.(sl)