Tekanan Global Semakin Meningkat terhadap Rezim Zionis
Dengan berlanjutnya perang di Gaza, yang kini telah memasuki bulan kesembilan, dan meningkatnya kejahatan rezim Zionis terhadap warga tertindas di wilayah ini, terutama genosida dan pembunuhan anak-anak, PBB tengah mencari tindakan baru terhadap Tel Aviv. Sebuah permasalahan yang menimbulkan kekhawatiran otoritas Zionis.
Dalam hal ini, Gilad Erdan, Duta Besar Rezim Zionis untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa membenarkan bahwa Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB akan menambahkan Israel ke daftar hitam global pelaku kejahatan terhadap anak-anak.
Menunjukkan bahwa dirinya sangat terkejut dan muak dengan keputusan memalukan ini, dia mengklaim, Tentara Israel adalah "tentara paling bermoral di dunia".
Hingga saat ini, kantor Sekjen PBB belum secara resmi mengkonfirmasi masalah ini, tapi Israel telah memastikan bahwa mereka termasuk dalam apa yang disebut sebagai "daftar memalukan".
Dengan demikian, rezim Zionis masuk dalam daftar global pelanggar hak anak dalam laporan anak-anak dan konflik bersenjata yang akan diserahkan ke Dewan Keamanan PBB pada 14 Juni.
Ini adalah laporan tahunan yang disampaikan oleh Sekjen PBB, yang membahas negara-negara dan organisasi-organisasi serta bagaimana mereka melindungi anak-anak dalam konflik bersenjata.
Laporan tersebut diberi judul “Anak-anak dalam Konflik Bersenjata” dan ini adalah pertama kalinya Israel dimasukkan dalam laporan tersebut.
Menurut statistik terbaru, 14.000 anak-anak Palestina menjadi martir di Gaza dan 12.000 lainnya terluka.
Dalam tindakan lainnya, Martin Griffiths, Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat meminta negara-negara untuk menggunakan tekanan mereka demi melawan impunitas setelah serangan rezim Zionis terhadap sebuah sekolah di Gaza.
Griffiths mengatakan bahwa serangan Israel terhadap sekolah PBB di kamp pengungsi Nuseirat menunjukkan sekali lagi bahwa “tidak ada tempat yang aman bagi warga sipil di Gaza”.
Dia menyatakan, Hukum perang harus dipatuhi. Warga sipil harus dilindungi. Negara-negara harus menggunakan pengaruhnya; tekanan diplomatik dan ekonomi, persyaratan ekspor senjata dan kerja sama dalam memerangi impunitas.
Perlu dicatat bahwa selain mengebom dan menembaki berbagai wilayah di Gaza, rezim Zionis juga menggunakan senjata kelaparan dan mencegah pengiriman makanan dan obat-obatan ke wilayah tersebut untuk mengintensifkan genosida di Gaza.
Hal ini terjadi ketika Dewan Keamanan PBB, dalam sebuah resolusi baru-baru ini, menuntut Israel untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan demi memastikan bahwa bantuan dasar sampai ke warga Palestina di Jalur Gaza.
Namun rezim Zionis dengan dukungan Amerika Serikat terus menyerang wilayah ini sekaligus menghalangi pengiriman bantuan kemanusiaan internasional ke Gaza.
Kini, tindakan PBB yang memasukkan rezim Zionis ke dalam daftar hitam global pelanggar terhadap anak, serta permintaan negara-negara untuk menangani impunitas rezim ini, terutama karena kejahatan terhadap anak, menunjukkan pendekatan global dan kebulatan suara negara-negara di dunia dalam menangani kejahatan Israel. Dan perlu untuk menghentikan dan menghukumnya karena kejahatan terhadap kemanusiaan ini, terutama terhadap anak-anak.
Berdasarkan statistik terkini Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban perang Israel melawan Gaza sejak 7 Oktober 2023 mencapai 36 ribu 586 orang dan jumlah korban luka mencapai 83 ribu 74 orang.
Hal yang penting adalah meskipun terdapat protes yang meluas dari negara-negara di dunia dan bahkan pengajuan gugatan oleh Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional karena melanggar Konvensi Jenewa tentang Larangan Genosida tahun 1948 dengan pembunuhan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap n masyarakat Gaza, Amerika, sebagai sekutu strategis Israel, terus memberikan dukungan luas kepada Israel baik militer, persenjataan dan politik.
Kenyataan ini membuat Tel Aviv terus melanjutkan serangan brutal meskipun ada pernyataan PBB tentang terjadinya genosida dan kejahatan terhadap anak-anak di Gaza. Namun rezim genosida Israel terus mengingkari kejahatannya.
Dalam hal ini, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengklaim pada pertengahan Mei 2024, meskipun lebih dari 35.000 warga Palestina di Gaza gugur syahid, tapi pemerintahan Joe Biden tidak menganggap pembunuhan warga Palestina di Gaza oleh Israel sebagai genosida.
“Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida. Kami dengan tegas menolak laporan itu,” kata Sullivan.
Ini bukan pertama kalinya Amerika Serikat, sebagai sekutu strategis rezim Zionis, membantah terjadinya genosida selama perang Gaza yang dilakukan rezim pembunuh anak-anak Israel.
John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, pada awal November 2023, ketika sebulan telah berlalu sejak dimulainya perang Gaza, mendukung kejahatan yang dilakukan oleh Zionis terhadap Palestina dan mengklaim bahwa apa yang terjadi di Gaza bukan genosida.
Kirby berkata, Anda tidak bisa melihat perkembangan di Gaza dan mengatakan bahwa peristiwa ini memenuhi definisi genosida.
"Kata “genosida” adalah “cara yang tidak bertanggung jawab untuk menggambarkan perkembangan ini,” ungkap Kirby.
Dengan semua pembantaian yang dilakukan rezim Zionis terhadap warga Gaza yang tertindas, patut dipertanyakan kepada pemerintahan Biden, kejahatan apa lagi yang belum dilakukan rezim Zionis agar kejahatannya dianggap genosida?(sl)