Ketika Bagheri Memberi Peringatan kepada Menlu Jerman
Pj Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran menilai penutupan pusat kajian Islam di Jerman sepenuhnya merupakan tindakan politis yang sejalan dengan anti-Islam dan kepentingan rezim Zionis.
Dalam percakapan via telepon, Pj Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri melakukan pembicaraan dengan Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Jerman mengenai tindakan ilegal dan pelanggaran HAM yang dilakukan polisi negara tersebut dengan menutup pusat-pusat kajian Islam di Jerman, termasuk Hamburg Islamic Center.
Sambil menyatakan ketidakpuasannya atas tindakan itu dan mengecam keras aksi tersebut, Bagheri menjelaskan bahwa penutupan pusat-pusat kajian Islam di Jerman sepenuhnya merupakan tindakan politis dan anti-Islam, dan pemerintah Jerman harus menerima konsekuensinya.
Ada banyak pusat Islam di Jerman yang memiliki sejarah panjang. Karena Islam adalah agama minoritas terbesar di Jerman dan umat Islam berjumlah sekitar 5,4% dari populasi negara tersebut.
Di antara pusat-pusat Islam di Jerman, Pusat Islam Hamburg adalah salah satu masjid Syiah tertua di Eropa sejak tahun 1953.
Namun, pada 16 Juli 2021, di bawah pengaruh kebijakan anti-Islam, terutama dari Zionis, departemen keamanan dalam negeri Hamburg mulai mengajukan kasus terhadap aktivitas Pusat Islam Hamburg.
Pada saat yang sama, pusat ini bukan hanya tidak memiliki catatan pergerakan negatif, tapi didukung penuh oleh umat Islam dan intelektual di negara ini dan bahkan di Eropa.
Esmail Bagheri, pakar masalah politik mengatakan dalam hal ini, Perilaku polisi Jerman menindak aktivitas pusat-pusat kajian Islam di negara ini sesuai dengan suasana politik anti-Islam yang dipicu oleh arus anti-Islam dan kalangan Zionis di Eropa, termasuk Jerman.
Meskipun pemerintah Jerman diperkirakan akan menentang arus anti-Islam, tapi pemerintah Jerman tetap sejalan dengan kebijakan ini, yang mungkin mempunyai konsekuensi.
Pusat Islam Hamburg didukung pendiriannya oleh Ayatullah Boroujerdi.
Menyelenggarakan salat Jumat dan harian berjamaah, menerbitkan majalah dalam bahasa Jerman dan Persia, serta memberikan layanan konseling telah menjadi bagian dari kegiatan pusat ini.
Hamburg Islamic Center memiliki perpustakaan dengan lebih dari enam ribu judul buku tentang berbagai tema Islam dan Syiah.
Oleh karena itu, jelas sekali bahwa tindakan terhadap pusat-pusat kajian Islam di Jerman adalah sebuah kesengajaan, sehingga merugikan kebijakan toleransi pemerintah Jerman dengan agama Islam.
Oleh karena itu, pertanyaan penting ini diangkat, bagaimana di Eropa kelompok teroris Munafikin (MKO) dan teroris Daesh (ISIS) serta ekstremis Salafi dan Wahhabi ditoleransi, tapi Islam yang mencerahkan, moderat, mencari keadilan dan anti-tirani ditindak?
Bagaimanapun, Pusat Islam Hamburg didirikan dengan tujuan untuk menciptakan sebuah lembaga demi mengumpulkan dan menjalankan kewajiban keagamaan umat Islam di Jerman dan Barat dan pada masa Marjaiyah Ayatullah Boroujerdi.
Selain fungsi keagamaan bagi umat Islam, pusat ini juga menjadi pembawa pesan Islam toleran di jantung Eropa dengan berkomunikasi dan menghubungi para pengikut dan pemikir agama lain.
Faktanya, Islamic Center Hamburg semasa hidupnya, selain fungsi budaya, agama dan sosialnya, merupakan dakwah semacam toleransi Islam di jantung Eropa.
Oleh karena itu, kegiatan pusat ini tidak hanya sebatas penyelenggaraan urusan keagamaan saja, tetapi dalam rangka memperkenalkan Islam yang sebenarnya, juga melakukan kegiatan kebudayaan secara luas, termasuk komunikasi dengan para pemikir Eropa dan Jerman, dan telah memberikan kontribusi yang besar. terhadap masuknya Islam yang sebenarnya di Eropa, khususnya di Jerman.
Sebuah fakta yang terjebak di tengah kebijakan egois dan agresif dari arus anti-Islam dan Zionis.(sl)