Kemenangan Maduro dan Intervensi Asing Kembali Muncul di Venezuela
Setelah kemenangan Nicolas Maduro dalam pemilihan umum presiden Venezuela dan dimulainya intervensi asing dalam urusan negaranya, Caracas menarik kembali diplomatnya dari tujuh negara dan meminta negara-negara tersebut untuk menarik diplomatnya dari Venezuela.
Kementerian Luar Negeri Venezuela mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Caracas telah memutuskan untuk menarik semua anggota misi diplomatiknya di Chile, Argentina, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika dan Uruguay karena praktik salah yang dilakukan negara-negara tersebut dengan tidak mengakui kemenangan Nicolas Maduro dalam pemilihan umum presiden.
Pada saat yang sama, lawan-lawan Maduro yang pro-Barat yang melakukan kekerasan dan kerusuhan berusaha mengklaim kemenangan Maduro dalam pemilu melalui kecurangan.
Oleh karena itu, pemerintah Caracas mengutuk dan menekankan sikap negara-negara tersebut mengenai pemilu presiden Venezuela sebagai campur tangan dalam urusan dalam negeri negara ini.
Venezuela menyatakan berhak mengambil tindakan politik dan hukum untuk menjamin perlindungan haknya dalam menentukan nasib sendiri. Venezuela akan menolak segala aktivitas yang mengancam hidup berdampingan secara damai.
AS tampaknya lebih marah dibandingkan negara lain terkait hasil pemilu presiden Venezuela. Karena itu, lawan-lawan Maduro di Barat segera melancarkan kekerasan dan kerusuhan.
Ali Mousavi, pakar isu politik mengatakan dalam hal ini, Amerika Serikat memperkirakan Maduro akan kalah dalam pemilu presiden Venezuela dan pemerintahan akan diserahkan kepada saingannya yang pro-Barat. Padahal, jajak pendapat menunjukkan Maduro berada dalam posisi yang menguntungkan sejak awal dan upaya-upaya bias Amerika dan Barat di Venezuela tidak dapat mempengaruhi suara rakyat.
Pemilihan umum presiden Venezuela diadakan pada 28 Juli.
Menurut laporan Dewan Pemilihan Umum Nasional, Nicolas Maduro, Presiden Venezuela memperoleh 51,2 persen suara, sementara saingan utamanya, Edmundo Gonzalez, yang mewakili partai sayap kanan, memperoleh 44,2 persen suara.
Nicolas Maduro, sebagai penerus mendiang Presiden Venezuela Hugo Chavez, memenangkan pemilihan umum presiden negara ini dan mengalahkan kandidat pro-Amerika.
Hasil pemilu Venezuela justru mengecewakan para penentang Nicolas Maduro.
Karena ia berhasil menang atas kandidat pro-Amerika dalam kompetisi politik yang sensitif dan tegas di salah satu negara terpenting di Amerika Selatan.
Pemilu tersebut diadakan pada peringatan 70 tahun hari ulang tahun Hugo Chavez, dan hasilnya menunjukkan bahwa para pendukungnya masih menjadi mayoritas.
Protes terhadap hasil pemilu presiden di Venezuela terjadi pada saat Dewan Pemilihan Umum Nasional negara tersebut mengumumkan bahwa suara telah dihitung secara akurat dengan kehadiran pemantau internal dan eksternal, dan bahwa Maduro mampu mendapatkan kepercayaan dari rakyat sebagai pemenang pemilu.
Namun pihak penentang berusaha mendorong suasana psikologis masyarakat ke arah tantangan, ketegangan dan protes dengan melakukan protes dan kerusuhan.
Pasca kekalahan rival Maduro, Amerika Serikat dan Uni Eropa pun menunjukkan dengan mengobarkan protes bahwa mereka tidak netral dan memiliki ekspektasi lain terhadap kotak suara pemilu.
Oleh karena itu, Vladimir Padrino Lopez, Menteri Pertahanan Venezuela telah mengumumkan bahwa mereka telah dipanggil oleh Maduro untuk mengadakan pertemuan guna memastikan terciptanya suasana damai di negara tersebut setelah pengumuman hasil pemilu.
Angkatan bersenjata adalah penengah tradisional perselisihan politik di Venezuela, setiap kata dan posisi Padrino penting bagi semua arus politik.
Dia menyatakan bahwa dia menghargai rekan senegaranya karena melakukan tugas sipil mereka dan menyelenggarakan pemilu yang damai.
Posisi ini menunjukkan dukungan militer terhadap hasil pemilu, sehingga diharapkan Venezuela bukan hanya tidak memasuki siklus kekerasan, tapi juga mengatasi gangguan tersebut dengan cerdas.
Oleh karena itu, Jorge Rodríguez, Ketua Pemenangan Pemilu Maduro dan presiden Majelis Nasional Venezuela juga mengumumkan bahwa kekerasan telah gagal, kebencian telah gagal, kedaulatan dan perdamaian telah menang.(sl)