Mengapa UE Memperingatkan Konsekuensi Ancaman Tarif Trump?
-
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat ke-47, telah menekankan kenaikan tarif perdagangan terhadap barang dan produk yang diimpor ke Amerika Serikat dari kawasan lain, terutama Cina, Eropa, Kanada, dan Meksiko, sebelum menjabat kembali. Hal ini meningkatkan risiko perang dagang baru antara Amerika Serikat dan negara lain, serupa dengan yang terjadi pada periode pertama kepresidenan Trump.
Menanggapi ancaman tarif Trump, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pada hari Selasa (21/01) bahwa Uni Eropa ingin terlibat dan bernegosiasi dengan Presiden AS Donald Trump, dan memperingatkan ancaman yang disebutnya “persaingan global sampai akhir” melalui tarif.
Ketika berbicara pada pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia sehari setelah pelantikan Trump, Von der Leyen tidak menyebut nama Trump, tapi menyinggung peningkatan penggunaan sanksi, kontrol ekspor dan tarif untuk melindungi kepentingan nasional.
Dia mengatakan, Kita harus bekerja sama untuk menghindari persaingan global sampai akhir. Karena tidak menguntungkan kepentingan siapa pun jika terjadi pemutusan hubungan dalam perekonomian global. Namun kita harus memodernisasi peraturan untuk melindungi kemampuan kita dalam menghasilkan keuntungan bersama bagi warga negara kita.

Menanggapi ancaman Donald Trump, Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou mengatakan bahwa Prancis dan Eropa secara umum harus menentang presiden baru Amerika dan kebijakannya. Jika tidak, mereka akan menghadapi risiko “keruntuhan”.
Menurutnya, Amerika Serikat telah memutuskan untuk memulai kebijakan yang sangat hegemonik, melalui dolar, melalui kebijakan industrinya, melalui fakta bahwa Amerika dapat menarik investasi dan penelitian global.
Hanya beberapa jam setelah memasuki Gedung Putih, Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif baru terhadap sekutu negaranya dan mencoba menghancurkan agenda kebijakan dalam dan luar negeri Joe Biden, mantan Presiden Amerika Serikat, sebuah era baru dari perang dagang dan gangguan perekonomian global.
Trump mengumumkan rencananya untuk mengenakan tarif hingga 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai 1 Februari 2025.
Trump juga mengancam jika Cina tidak setuju menjual setidaknya 50% saham jejaring sosial TikTok kepada perusahaan Amerika, ia akan menerapkan bea dan pajak hingga 100% atas impor barang dari Cina.
Trump menngingatkan bahwa jika Uni Eropa tidak membeli lebih banyak minyak dari Amerika Serikat, maka mereka akan dikenakan tarif.
Sikap dan pernyataan Trump menunjukkan niatnya untuk memaksakan kehendak Amerika Serikat kepada mitra dagangnya dengan mengenakan tarif baru dan mengancam perang dagang berskala luas, yang berarti mengganggu tatanan ekonomi dan perdagangan global.
Dalam masa jabatan pertamanya dari Januari 2017 hingga Januari 2021, Presiden AS Donald Trump, sejalan dengan slogan pemilunya, “America First” dan dengan dalih memulihkan kekuatan negara, mengadopsi kebijakan proteksionis di bidang ekonomi.
Trump menerapkan langkah-langkah unilateralis yang kontroversial dan, meskipun menolak perjanjian perdagangan internasional, mengenakan tarif yang tinggi terhadap impor barang ke Amerika Serikat demi mengkompensasi defisit perdagangan Amerika, yang menurutnya merupakan tanda kelemahan Amerika.
Sekalipun demikian, pendekatan Trump yang mementingkan Amerika dan kepentingannya menyebabkan pengambilan sikap yang bertentangan dengan konsensus komunitas dunia dan bahkan mitra-mitranya di Eropa.
Kini, Trump sekali lagi berencana memulai perang dagang skala besar dengan dunia, dan dengan cara ini, ia mengadopsi kebijakan tekanan dan paksaan untuk memaksa mitra dagang Amerika Serikat menerima dan mengikuti tuntutan Washington.
Hal ini berarti perang dagang besar-besaran dengan banyak negara berkembang, terutama Cina, serta mitra dagang Eropa, khususnya Jerman, serta mitra Blok Barat seperti Kanada, Meksiko, Jepang, dan Korea Selatan.
Karena penolakan Trump terhadap pendekatan dan tindakan yang menjadi konsensus komunitas internasional di bidang perdagangan, keberpihakan global secara bertahap akan terbentuk melawan Trump dan perang tarifnya, seperti yang terjadi pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden.
Dengan cara ini, perdagangan dan tarif baru dapat diprediksi akan diluncurkan di dunia selama empat tahun ke depan.(sl)