Mengapa Spanyol Meningkatkan Tekanannya terhadap Israel?
(last modified Thu, 22 May 2025 03:58:19 GMT )
May 22, 2025 10:58 Asia/Jakarta
  • Gedung Parlemen Spanyol
    Gedung Parlemen Spanyol

Pars Today - Parlemen Spanyol meloloskan rancangan tidak mengikat yang menyerukan pemerintah negara ini untuk menghentikan ekspor peralatan militer apa pun ke rezim Israel.

Rancangan, yang diajukan oleh koalisi sayap kiri Sumar, bersama dengan partai oposisi Podemos dan Partai Kiri Republik Catalan (ERC), ditentang oleh Partai Rakyat (PP) yang konservatif dan partai sayap kanan Vox, tetapi akhirnya disetujui dengan 176 suara berbanding 171.

Rancangan itu menyerukan larangan ekspor peralatan militer, termasuk helm, rompi antipeluru, dan bahan bakar untuk keperluan militer, ke Israel, serta reformasi undang-undang perdagangan luar negeri untuk mencegah perjanjian militer dengan rezim yang dituduh melakukan genosida atau kejahatan terhadap kemanusiaan.

Kementerian Pertahanan Spanyol sebelumnya telah mengumumkan bahwa semua kontrak Spanyol untuk membeli senjata dari Israel telah ditangguhkan mulai 7 Oktober 2023, kecuali yang terkait dengan perbaikan dan pemeliharaan.

Menteri Luar Negeri Spanyol juga mengatakan bahwa negaranya telah berhenti menjual senjata ke Israel sejak dimulainya perang di Gaza.

Kemenlu Spanyol mengeluarkan pernyataan itu sebagai tanggapan atas surat resmi yang dikirim oleh menteri dari partai koalisi sayap kiri Spanyol Sumar.

Bendera Spanyol

Partai itu telah meminta mitranya di pemerintahan Spanyol untuk mengambil tindakan guna memberlakukan embargo senjata penuh terhadap Israel.

Spanyol merupakan pengkritik keras tindakan kriminal Israel dalam perang Gaza, khususnya genosida dan penggunaan senjata kelaparan.

Para pemimpin partai sayap kiri Spanyol telah berulang kali menyuarakan kritik paling keras terhadap Israel dan otoritasnya.

Di antara mereka, Lone Belarra, Pemimpin Partai Podemos menggambarkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai "Hitler di zaman kita" setelah parlemen Spanyol menyetujui rancangan undang-undang yang melarang ekspor senjata ke Israel dan meminta kabinet Spanyol untuk mengadakan pertemuan darurat minggu ini dan mengeluarkan perintah resmi yang melarang penjualan senjata kepada rezim tersebut.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez juga telah berulang kali mengkritik rezim Israel.

Dalam pidatonya di Davos, Swiss, pada Januari 2024, ia memperingatkan bahwa keamanan dan stabilitas kawasan tersebut terancam dan bahwa serangan-serangan ini membahayakan tatanan multilateral.

Sanchez baru-baru ini mengumumkan di jejaring sosial X, Semakin banyak pemimpin yang bergabung dengan kami dalam menentang apa yang terjadi di Gaza. Pengeboman warga sipil harus segera dihentikan. Situasinya tidak tertahankan.

Sanchez juga mengatakan dalam pernyataannya kepada parlemen Spanyol, Israel adalah rezim genosida dan kami berhak untuk tidak memiliki hubungan bisnis dengan rezim semacam itu. Spanyol juga berusaha mengajukan resolusi kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang berakhirnya pendudukan Israel di Gaza.

Pejabat senior Spanyol lainnya juga telah mengambil posisi kritis terhadap tindakan kriminal rezim Zionis.

Di antara mereka, Lone Belarra, Menteri Hak Sosial Spanyol mengatakan, "Israel telah meninggalkan ratusan ribu orang (di Gaza) tanpa listrik, air, dan makanan dan membom warga sipil, yang merupakan hukuman kolektif dan pelanggaran hukum internasional yang berbahaya dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang dan genosida."

Menteri Hak Sosial Spanyol menambahkan bahwa Uni Eropa dan Amerika Serikat mendorong Israel untuk melanjutkan kebijakan permusuhannya.

Meskipun Spanyol dianggap sebagai salah satu negara Eropa yang mengkritik rezim Zionis dan mendukung hak-hak Palestina, kedekatan posisi negara-negara Eropa terhadap perang di Gaza dan berlanjutnya serangan brutal Israel terhadap rakyat Gaza menunjukkan adanya perpecahan yang jelas di antara negara-negara tersebut dalam hal ini.

Tentu saja semua ini berakar pada perbedaan sikap dan pendekatan negara-negara anggota Uni Eropa terhadap masalah Palestina.

Beberapa negara Eropa seperti Spanyol, bersama dengan Irlandia, Belgia, dan Norwegia, secara tegas menyerukan pengakuan negara Palestina dan telah mengambil posisi yang mengutuk tindakan kriminal rezim Zionis dalam perang di Gaza.

Sementara sekutu dekat AS di Eropa, seperti Jerman dan Austria, serta negara-negara Eropa Timur seperti Republik Ceko dan Hongaria, telah mengambil posisi mendukung Israel dan mendukung berlanjutnya operasi militer rezim Zionis di Jalur Gaza dan genosida terhadap rakyat Palestina dengan dalih membela diri, dan bahkan Jerman terus mengirimkan senjata kepada rezim Zionis.

Jerman merupakan negara pengekspor senjata terbesar kedua bagi rezim Zionis setelah Amerika Serikat.

Sikap yang diambil oleh beberapa negara Eropa, seperti Spanyol, terhadap Israel dengan mengutuk genosida dan penggunaan senjata pemusnah massal serta mencegah pengiriman bantuan kemanusiaan oleh rezim Zionis yang bertujuan untuk menghancurkan rakyat Gaza dan memaksa mereka meninggalkan Gaza, menunjukkan bahwa era dukungan menyeluruh bagi Israel telah berakhir.

Tel Aviv bahkan semakin kehilangan kekuatan lunaknya dan kemampuan untuk meyakinkan opini publik di negara-negara Barat, terutama di Eropa dan Amerika Serikat, untuk membenarkan tindakan kriminalnya terhadap rakyat Gaza yang tertindas.

Sementara itu, kejahatan rezim Zionis terhadap warga Palestina di Gaza begitu nyata dan tidak ditutup-tutupi sehingga negara-negara Eropa seperti Spanyol telah mengambil posisi dalam masalah ini dan mengambil langkah-langkah praktis untuk mengintensifkan tekanan terhadap Tel Aviv.(sl)