Prediksi IMF dan Bank Dunia Mengoreksi Pasar Saham Asia dan IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) jelang akhir pekan terkoreksi, seiring investor yang mengantisipasi tertekannya ekonomi global akibat kenaikan suku bunga.
IHSG dibuka melemah 17,64 poin atau 0,24 persen ke posisi 7.297,96. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 3,44 poin atau 0,33 persen ke posisi 1.037,6.
"Untuk hari ini kami memperkirakan IHSG bergerak mixed cenderung melemah, dipengaruhi oleh antisipasi investor terhadap arah dan warning dari The Fed terkait prospek perekonomian yang berpotensi tertekan akibat kenaikan suku bunga kedepannya dan antisipasi investor di Asia terhadap kekhawatiran inflasi dan normalisasi," tulis Tim Riset Panin Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, sebagaimana dikutip Parstoday dari Antara, Jumat (16/09/2022).
Pasar saham AS ditutup melemah pada Kamis (15/9) kemarin masih dipengaruhi antisipasi investor terhadap arah kebijakan The Fed ke depannya yang akan hawkish dan peringatan akan adanya perlambatan ke depan.
Bank sentral AS dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan merilis kebijakan suku bunga atau Fed Fund Rate pada 21 September 2022 mendatang.
Sementara itu, pasar saham Asia melemah pada awal perdagangan Jumat, karena investor bersiap untuk kenaikan suku bunga AS minggu depan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global menyusul peringatan dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF).
Prospek ekonomi global tetap suram dan beberapa negara diperkirakan akan tergelincir ke dalam resesi pada 2023, tetapi terlalu dini untuk mengatakan apakah akan ada resesi global yang meluas, kata IMF pada Kamis (15/9/2022).
IMF pada Juli merevisi turun pertumbuhan global menjadi 3,2 persen pada 2022 dan 2,9 persen pada 2023. Lembaga keuangan ini akan merilis prospek baru bulan depan.
Sebagai perbandingan, Bank Dunia mengatakan dunia bisa menuju resesi global pada 2023 karena bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang terus-menerus.
Tiga ekonomi terbesar dunia - Amerika Serikat, Cina, dan zona euro - telah melambat tajam, dan bahkan "pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan dapat menyebabkan resesi", katanya.
Indermit Gill, kepala ekonom Bank Dunia, mengatakan pada Kamis (15/9/2022) bahwa dia khawatir tentang "stagflasi umum," periode pertumbuhan rendah dan inflasi tinggi, dalam ekonomi global, mencatat bank telah memangkas kembali perkiraan untuk sebagian besar negara.
Di perdagangan Asia, imbal hasil acuan pada obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 3,4509 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,459 persen pada Kamis (15/9/2022).
Imbal hasil dua tahun, yang naik bersama ekspektasi pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 3,871 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,873 persen.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun mencapai tertinggi baru 15 tahun setelah data penjualan ritel AS dan klaim pengangguran beragam, yang menurut para analis memperkuat kasus kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif.(sl)