Pancasila dan Ancaman Perang Ideologi
(last modified Fri, 07 Dec 2018 09:00:51 GMT )
Des 07, 2018 16:00 Asia/Jakarta
  • Presiden RI Joko Widodo di Jambore FKPPI 2018 di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta, Jumat (7/12/2018).
    Presiden RI Joko Widodo di Jambore FKPPI 2018 di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta, Jumat (7/12/2018).

Presiden Joko Widodo mengingatkan semua elemen bangsa untuk tidak lengah menjaga Pancasila serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

"Kita tidak boleh lengah, kita harus selalu menjaga Pancasila, menjaga NKRI dan memastikan nilai-nilai Pancasila terus diterapkan dalam kehidupan berbangsa kita sehari-hari," kata Presiden Jokowi ketika membuka Jambore Kebangsaan Bela Negara Keluarga Besar Forum Komunikasi Putra Putri TNI-Polri (FKPPI) Tahun 2018 di Bumi Perkemahan Ragunan Jakarta, Jumat, 7 Desember 2018.

 

Ia meminta semua elemen bangsa tidak memberi ruang bagi masuknya ideologi dari luar atau ideologi impor.  

 

"Jangan sampai ideologi impor mendapat tempat kemudian menggeser Pancasila yang pada akhirnya mengoyak NKRI, mengoyak Merah Putih," katanya.

 

Pada awal sambutannya,  Presiden menanyakan kepada peserta jambore yang mencapai sekitar 1.300 orang.

 

"Apakah saudara-saudara terus akan setia pada NKRI? Apakah saudara-saudara siap terus membela NKRI? Apakah saudara-saudara terus setia kepada Pancasila? Siap membela Pancasila?" tanya Presiden yang langsung dijawab para kader bela negara FKPPI itu. 

 

Presiden meminta jawaban itu tidak hanya di bibir dan teriakan saja tapi juga di pikiran dan hati karena para kader mewarisi semangat juang, semangat bela negara, semangat cinta Tanah Air yang sudah dipegang teguh generasi pendahulu yang sudah bertaruh nyawa memperebutkan kemerdekaan Indonesia.

 

Menurut dia,  Indonesia harus bersyukur karena selama 73 tahun Indonesia terus bersatu, bergerak maju karena memiliki Pancasila. Di negara Pancasila, keragaman jadi sumber persatuan, bukan perpecahan. 

 

"Negara kita berbeda suku, adat, agama, tradisi, bahasa daerah. Di negara Pancasila, kepentingan negara harus diletakkan di atas kepentingan golongan dan pribadi," katanya.

 

Ia menyebutkan tugas membela negara tidak mudah, tidak cukup hanya mengumpulkan massa, tapi harus dengan kerja nyata. 

 

"Bisa dilakukan melalui berbagai bidang profesi, bela negara bisa dilakukan mereka yang menjadi dokter yang punya dedikasi memberikan pelayanan utamanya di daerah terpencil," katanya. 

 

Bela negara juga bisa dilakukan oleh mereka yang menjadi insiyur yang turut terlibat dalam pembangunan infrasturktur yang Indonesia sentris. 

 

"Bisa juga oleh guru yang tanpa kenal lelah memberi yang terbaik bagi bangsa. Juga bisa jadi pengusaha, sosiopreneur," kata Kepala Negara. 

 

Dia juga meminta FKPPI menjadi sumber inspirasi untuk selalu mencintai negara, untuk mewujudkan Indonesia yang maju.

Ketua Badan Bela Negara FKPPI Bambang Soesatyo.

 

Menghadapi Ancaman Perang Ideologi

 

Ketua Badan Bela Negara Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan TNI/Polri Bambang Soesatyo menyatakan Indonesia menghadapi ancaman perang ideologi. 

 

"Yang kita hadapi sekarang adalah perang ideologi yang bertentangan dengan Pancasila," kata Bamsoet sapaan Bambang Soesatyo dalam acara pembukaan Jambore Bela Negara FKPPI di Perkemahan Ragunan Jakarta, Jumat. 

 

Bamsoet yang juga Ketua DPR menyebutkan Indonesia tidak sedang menghadapi ancaman sik bersenjata dari negara lain.  

 

"Tetapi tidak berarti kita tidak menghadapi ancaman lain, kita sedang menghadapi ancaman kapitalisme. Kita juga tak boleh melupakan akan bangkitnya kembali komunisme dalam berbagai bentuk dan pemikiran," katanya. 

 

Ancaman yang menghadang bangsa Indonesia, katanya adalah perang modern yang dikelola dengan "proxy war". 

 

"Yang kita hadapi adalah kebebasan tanpa batas, ancaman radikalisme dan terorisme, tindakan intoleran serta merebaknya politik identitas dalam jagat perpolitikan kita," katanya. 

 

Menurut dia,  dalam rangka menghadapi ancaman itu semua maka bela negara menjadi kewajiban bagi seluruh warga negara. 

 

"Melalui kegiatan Jambore Bela Negara ini, FKPPI ingin meneguhkan kembali komitmen untuk membela negara, menyadarkan kembali seluruh kadernya jangan sampai lengah dari berbagai bentuk ancaman yang dapat menggangu kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya. 

 

Menurut dia,  FKPPI akan terus memantapkan wawasan kenegaraan dan wawasan perjuangan. Sosialisasi empat pilar kebangsaan tidak boleh terlupakan yaitu Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, UUD 1945, NKRI. 

 

"Itulah sebabnya kami menyelanggarakan Jambore Bela Negara," katanya.

 

Jambore nasional yang berlangsung 7-9 Desember 2018 itu diikuti oleh 1.350 kader dari seluruh Indonesia. Mereka akan mendapat wawasan tentang ideologi Pancasila serta ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan, wawasan kebangsaan, masalah pertahanan dan masalah keamanan serta latihan sik dan kebajikan. 

 

"Dengan materi yang demikian diharapkan para peserta dapat memiliki ketahanan mental serta ketrampilan bela negara," kata Bamsoet. (Antaranews)