Ternyata Kepolisian Filipina Belum Rilis Resmi Keterlibatan WNI
(last modified Tue, 05 Feb 2019 04:22:39 GMT )
Feb 05, 2019 11:22 Asia/Jakarta
  • Ledakan teror di gereja Filipina
    Ledakan teror di gereja Filipina

Menurut laporan Reuters Sabtu, 2 Februari, informasi-informasi yang disampaikan otoritas Filipina terkait tragedi itu terkesan tidak konsisten satu sama lain.

Awalnya, para pejabat keamanan Filipina menyebut dua bom itu diledakkan dari jarak jauh. Kepala Urusan Publik pada Militer Filipina, Kolonel Noel Detoyato, awalnya menyebut ada dua saksi mata yang melihat seorang wanita membawa bom ke dalam katedral, tepatnya di salah satu kursi jemaat. Namun sayangnya, saksi mata itu tidak bisa menjelaskan secara detail ciri-ciri fisik wanita yang dimaksud.

Pernyataan itu disampaikan Kolonel Detoyato setelah sebelumnya militer Filipina merilis rekaman CCTV yang menunjukkan seorang pria, yang diduga Alias Kamah, saudara salah satu pemimpin Abu Sayyaf, Surakah Ingog, yang sudah tewas, sedang meledakkan sebuah bom di katedral tersebut.

Terkait rekaman CCTV itu, juru bicara Komando Mindanao Barat, Kolonel Gerry Besana, menyebut Kamah yang dikenal sebagai perakit bom, berhasil melarikan diri saat ledakan terjadi. Rekaman CCTV menunjukkan Kamah didampingi sejumlah orang saat kejadian.

Informasi itu tiba-tiba berubah drastis setelah pada hari yang sama, setelah Duterte menyatakan kepada wartawan bahwa ledakan kembar di katedral Jolo merupakan ledakan bom bunuh diri. Duterte bahkan menyebut ada sepasang pengebom bunuh diri, yang disebutnya merupakan pasangan suami-istri.

Informasi soal kewarganegaraan pelaku justru diungkapkan oleh Mendagri Ano dalam pernyataannya pada Jumat (1/2) waktu setempat.

"Mereka warga Indonesia. Saya yakin bahwa mereka warga Indonesia," tegas Ano dalam pernyataannya kepada CNN Filipina merujuk pada kewarganegaraan dua pengebom bunuh diri di katedral Jolo. Ano tidak menjelaskan lebih lanjut soal bukti yang mendasari pernyataannya itu.

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi

Tentu saja pernyataan ini langsung ditanggapi oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, yang menyesalkan pernyataan otoritas Filipina itu diungkapkan ke publik tanpa verifikasi terlebih dulu dengan pemerintah Indonesia. Dalam tanggapan terbaru, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan otoritas Filipina masih mengidentifikasi pelaku.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang mengatakan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) masih menunggu hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku bom bunuh diri di sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, pada 27 Januari lalu.

“Sampai saat ini belum ada hasilnya,” kata Harry dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa. Sebagaimana dilansir Antaranews, Selasa (05/02).

Disebutkan bahwa hasil pemeriksaan DNA jasad kedua pelaku pengeboman akan sangat penting untuk membuktikan dugaan keterlibatan dua WNI dalam insiden yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka, seperti sebelumnya disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Dalam konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu oleh Kamah, anggota kelompok Ajang-Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut.

“Dengan demikian hingga saat ini belum dapat dipastikan adanya keterlibatan WNI dalam peristiwa pengeboman di Jolo,” kata Harry.

Dalam wawancara dengan media Inquirer pada 3 Februari, Wali Kota Jolo Kherkar Tan menyatakan bahwa dirinya telah mengajukan permohonan kepada kelompok pegiat HAM lokal maupun internasional untuk mengunjungi Jolo guna membantu proses investigasi tindakan teror tersebut.

Kondisi dalam geraja yang menjadi sasaran ledakan teror

Wali Kota Tan mengatakan bahwa proses pencarian fakta yang independen perlu dilakukan agar tidak ada yang “dapat ditutup-tutupi”.

Ia juga mengatakan bahwa penduduk dan keluarga para korban ledakan bom menolak mempercayai pernyataan pejabat-pejabat pemerintah yang mengklaim bahwa pelaku bom bunuh diri asal Indonesia yang mungkin telah melakukan serangan tersebut.

Pada 4 Februari lalu, Kepala Kepolisian Nasional Filipina Oscar D. Albayalde menyampaikan keterangan pers bahwa Kammah L. Pae, seorang pria warga Jolo yang diyakini sebagai tersangka utama sekaligus donatur aksi pengeboman, telah menyerahkan diri bersama empat orang lainnya, yaitu Albaji Kisae Gadjali alias Awag, Rajan Bakil Gadjali alias Radjan, Kaisar Bakil Gadjali alias Isal, serta Salit Alih alias Papong.

Kelima orang tersebut adalah anggota kelompok Abu Sayyaf di bawah pimpinan Hatib Hajan Sawadjaan. Mereka menyerahkan diri setelah kepolisian dan militer Filipina melakukan operasi pengejaran besar-besaran.

Kamah diyakini sebagai bagian dari anggota tim yang memandu para pelaku bom bunuh diri, yaitu pasangan Asia yang belum teridentifikasi identitasnya. Pasangan tersebut diketahui tiba di Jolo dengan menggunakan perahu pada 24 Januari 2019.

Tags