Pentingnya Teologi Bersama untuk Kerukunan
(last modified Fri, 29 Mar 2019 09:49:50 GMT )
Mar 29, 2019 16:49 Asia/Jakarta
  • Pendiri CDCC Din Syamsuddin .
    Pendiri CDCC Din Syamsuddin .

Pendiri Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Din Syamsuddin menganjurkan perlunya teologi bersama (shared theology) tentang kemajemukan, hidup berdampingan secara damai, toleransi dan kerukunan.

"Agama-agama, walau ada perbedaan pada Sistema Kredo, yaitu konsepsi tentang Tuhan tapi memiliki titik singgung tentang kemajemukan, koeksistensi, toleransi dan kerukunan," kata Din di Jakarta, Kamis (28/3/2019), seperti dikutip Antara.

Dia mengatakan, teologi bersama itu merupakan titik singgung antaragama yang juga memiliki benang merah tentang kemanusiaan.

Menurut mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu, kerukunan dalam keberagamaan sejati bisa tumbuh dengan simpul kemanusiaan. Islam sangat menekankan aspek humanis keberagamaan.

Hal itu dapat dipahami dari pernyataan Al Quran bahwa misi kerasulan Muhammad SAW adalah menyebar rahmat bagi seluruh umat manusia, bahkan alam semesta atau "rahmatan lil 'alamin".

"Beragama sejatinya untuk manusia dan kemanusiaan," kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu.

Dalam konteks nasional, Din mengatakan, enam agama di Indonesia meski memiliki perbedaan, tetapi memiliki persamaan yang menjadi modal dasar kerukunan.

Persamaan tersebut, kata dia, membuat Indonesia tidak mudah dipecah belah. Dengan begitu, kehidupan berbangsa dan bernegara tetap rukun dalam persatuan dan kesatuan Indonesia.

Di tahun politik 2019, Din mengatakan, masyarakat Indonesia harus bisa mengelola perbedaan itu dengan baik sehingga tidak terjerumus dalam perpecahan. Peran tokoh masyarakat dan ormas-ormas keagamaan juga strategis dalam menjaga kerekatan sesama warga bangsa.

"Persatuan bangsa itu adalah di atas segala-galanya," kata Din seperti dilansir Kompas. (RA)