2021 dan Asa Perbaikan Ekonomi Indonesia
-
Pertumbuhan ekonomi
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membuka perdagangan saham perdana 2021. Acara berlangsung di lantai dasar gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (4/1/2021).
"Bismillahirrahmanirrahim, saya dengan resmi membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia 2021," kata Airlangga dalam acara pembukaan perdagangan BEI 2021 yang dilihat virtual. Sebagaimana hasil pantauan Parstodayid dari Detik, Senin (04/01/2021).
Dalam pidatonya, Airlangga menyampaikan optimismenya soal pertumbuhan ekonomi global dan nasional di tahun 2021. Ekonomi global, ujarnya, diprediksi tumbuh di kisaran 4,2 hingga 5,2 persen, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,5 hingga 5 persen.

"Optimisme ini didorong sentimen positif terkait vaksin Covid-19," tutur Airlangga dalam pidatonya.
Penanganan Kesehatan dan Stimulus Covid-19
Terlepas dari sentimen positif terkait vaksin Covid-19, ekonom makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan ada dua fokus utama yang harus diperhatian pemerintah untuk membantu pemulihan ekonomi pada tahun ini.
Keduanya adalah penanganan kesehatan, serta tetap mempertahankan stimulus seperti bantuan sosial (bansos) dan keringanan pajak untuk masyarakat.
Riefky menilai pemerintah harus lebih serius menangani aspek kesehatan jika memang ingin perekonomian kembali pulih dan tumbuh. Jika tidak, maka Indonesia hanya akan terus mempersoalkan tentang PSBB, fasilitas kesehatan, dan belum bisa berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi 5 persen.
Selain itu, ia menekankan pemerintah untuk tidak menarik stimulus seperti bansos untuk masyarakat, jika program vaksinasi sudah dijalankan. Hal ini disebabkan, perekonomian yang tidak akan langsung pulih dengan adanya vaksinasi Covid-19.
Kebangkitan Pasar Modal
Harapan perbaikan ekonomi Indonesia juga disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut OJK, menyebut pasar modal Indonesia telah bangkit dari efek awal pandemi COVID-19. Hal itu tidak terlepas dari kebijakan pemerintah selama ini di sektor keuangan.
"Di pasar modal IHSG indikatornya telah di atas 6.000 beberapa minggu yang lalu. Memang ada koreksi sedikit pada penutupan 5.979 atau terkontraksi 5,09%, tidak terlalu jelek bila dibandingkan negara tetangga," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dalam acara pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2021 yang dilihat virtual, Senin (4/1/2021).
Bangkitnya pasar modal Indonesia tercermin dari meningkatnya transaksi investor sebesar 73% dari tahun sebelumnya, dengan transaksi investor ritel yang meningkat empat kali lipat dan menjadi yang tertinggi di ASEAN. Jumlah investor pasar modal naik 56% dibanding tahun lalu menjadi 3,88 juta investor, didominasi oleh investor domestik milenial mencapai 54,79% dari total investor.
Rupiah Menguat?
Hal yang menggembirakan adalah nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada perdagangan awal tahun menguat tajam didukung sentimen positif global.
Pada pukul 9.56 WIB, rupiah bergerak menguat 170 poin atau 1,21 persen ke posisi Rp13.880 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.050 per dolar AS.
Indeks dolar AS juga masih tertekan di area 89. Nilai tukar mayor dan mata uang negara berkembang umumnya bergerak menguat terhadap dolar AS.
Selain itu, dari Tanah Air, pasar akan mewaspadai laporan kenaikan kasus Covid-19 yang bila menimbulkan kebijakan pembatasan, bisa kembali mendorong pelemahan rupiah. (Detik/Liputan6/Antaranews)