Jokowi: Negara Kaya 83 dan Miskin 17 Persen Terima Pasokan Vaksin
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) mendorong pemimpin negara-negara di dunia melakukan langkah nyata untuk mengatasi kesenjangan vaksin dan mewujudkan akses vaksin yang adil dan merata bagi semua negara.
Hal itu disampaikan dalam pidato virtual Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kesehatan Global hari Jumat (21/05/2021) malam. Pidato ini ditayangkan di YouTube Sekretarian Presiden di Jakarta, Sabtu (22/05/2021).
Menurut Presiden Jokowi, "Saya harus kembali mengingatkan kita semua bahwa kita hanya akan betul-betul pulih dan aman dari Covid-19 jika semua negara juga telah pulih. No one is safe until everyone is."
Kepala Negara mengungkapkan bahwa di saat beberapa negara mulai melakukan vaksinasi bagi kelompok berisiko rendah, yakni anak-anak dan usia belia, hanya sebanyak 0,3 persen pasokan vaksin global yang tersedia bagi negara berpenghasilan rendah.
Menurutnya, kesenjangan tampak menjadi semakin nyata saat 83 persen pasokan vaksin global telah diterima negara-negara kaya, sementara 17 persen sisanya diterima negara-negara berkembang di mana terdapat di dalamnya 47 persen populasi dunia.
G20 Harus Dukung Kesetaraan Vaksin
Sebab tercapainya produksi ekonomi yang positif menurut institusi keuangan dunia, kata Jokowi, akan sangat bergantung bagaimana kerja sama seluruh negara menangani pandemi. Jokowi pun meminta agar anggota negara G20 bisa memberikan dukungan peningkatan produksi serta kesetaraan akses vaksin bagi negara.
"Indonesia mendukung adanya usulan Trade-Related Intelectual Property Rights (TRIPs) Waiver bagi pencegahan dan pengobatan Covid19 termasuk untuk vaksin,” katanya.
Indonesia juga, kata Jokowi, telah memutuskan untuk menjadi salah satu negara co-sponsor proposal Trade-Related Intelectual Property Rights (TRIPs) Waiver. Dengan begitu, kata Jokowi, Indonesia berharap negara anggota G20 lainnya dapat memberikan dukungan yang sama.
"Sebagai produsen vaksin terbesar di Asia Negara, Indonesia siap menjadi hub (pusat) peningkatan produksi vaksin di kawasan," ungkapnya.
Pandemi Covid-19 Belum Berakhir
Dalam kesempatan itu, Jokowi menambahkan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda pandemi Covid-19 akan berakhir. Hal tersebut diperkuat dengan peringatan WHO bahwa tahun ke dua pandemi bakal lebih mematikan lantaran adanya perkembangan varian virus baru.
"Yang mulia sejak pertemuan kita terkahir 6 bulan yang lalu belum ada tanda-tanda pandemi akan segera berakhir. Dokter Tedros Dirjen WHO, menyampaikan pada tahun ke-2 pandemi dampaknya bisa jauh lebih mematikan dibanding tahun pertama. Perkembangan varian-varian baru virus Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi dunia," kata Jokowi.
Jokowi pun meminta agar negara G20 untuk membuat langkah strategis untuk menghadapi pandemi di masa depan. Dengan menjadi bagian utama upaya membangun arsitektur ketahanan kesehatan global yang kokoh.
"Kerja sama Global menjadi sebuah keniscayaan melalui komitmen politik yang Solid G20 perlu mendukung traktat kesiapan pandemi global dan penguatan peran sentral WHO," bebernya.
Dia juga mengatakan, negara G20 harus menjadi katalisator ketahanan kesehatan kawasan melalui peningkatan sistem deteksi, peringatan dini dan mekanisme berbagi informasi serta dukungan pendekatan one health.
Untuk diketahui, KTT Kesehatan Global merupakan salah satu pertemuan G-20 di bawah Presidensi Italia untuk tahun 2021. KTT ini dihadiri oleh kepala negara atau kepala pemerintahan G-20, negara undangan, serta pimpinan organisasi internasional.
KTT Kesehatan Global menghasilkan kesepakatan "Deklarasi Roma" yang berisikan prinsip kerja sama multilateral dan tindakan bersama untuk mencegah krisis kesehatan global di masa depan dengan komitmen untuk membangun dunia yang lebih sehat, aman, adil, dan berkelanjutan.