Perluas Hubungan dengan Tetangga; Prioritas Kebijakan Luar Negeri Iran
Republik Islam Iran komitmen terhadap dialog dan mengabil solusi politik untuk menyelesaikan kendala bilateral dan regional.
Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran, Hossein Amir-Abdollahian Sabtu (25/12/2021) bertemu dengan Sheikh Khalifa bin Ali bin Issa al-Harthy, deputi bidang diplomatik Kemenlu Oman yang berkunjung ke Tehran untuk menghadiri sidang Komite Bersama Konsultasi Strategis.
Amir-Abdollahian mengatakan, "Perluasan hubungan dengan negara tetangga merupakan prioritas kebijakan luar negeri Republik Islam Iran."
Lebih lanjut menlu Iran seraya mengingatkan posisi khusus Oman di antara negara tetangga Iran, menekankan upaya kedua negara meningkatkan volume hubungan perdagangan di tingkat hubungan bersahabat kedua negara.
Oman memainkan peran aktif di transformasi kawasan dan menjadi mediator hubungan serta koordinasi dengan Republik Islam Iran, di mana kebijakan ini sangat penting di mata Iran.
Iran dan Oman juga memiliki koordinasi yang cukup baik di sektor keamanan maritim, Laut Oman, Selat Hormuz dan juga isu Yaman serta berbagai peristiwa di kawasan. Melalui penekanan terhadap indeks ini, menlu Iran mengaku optimis bahwa dengan upaya semua negara kawasan khususnya Iran dan Oman, akan tecipta peluang yang tepat untuk mengakhiri krisis Yaman.
Sementara itu, deputi menlu Oman juga mengaku optimis untuk secepatnya mengakhiri krisis Yaman dan menegaskan, Oman mendukung dan menyambut ide perdamaian dan perundingan untuk mereduksi tantangan regional.
Republik Islam Iran meyakini bahwa mencapai keamanan berkesinambungan dan pembangunan kawasan akan munkin diraih melalui kerja sama dan partisipasi kolektif negara tetangga.
Dari perspektif ini, kebijakan regional Iran dapat dianalisis di sekitar tiga poros:
Tujuan pertama, penekanan terhadap berkesinambungan di kawasan dan penolakan terhadap arus perusak stabilitas regional.
Tujuan kedua, tindakan positif ditujukan untuk menghilangkan rasa tidak aman di kawasan dan membangun kepercayaan dalam hubungan yang konstruktif dan bersahabat antara negara-negara kawasan dan tetangga.
Tujuan ketiga, memberikan perspektif konstruktif untuk menciptakan solusi keamanan bersama untuk mengakhiri konflik dan perang regional dengan kerja sama negara-negara di kawasan. Pengalaman menunjukkan bahwa kepentingan bersama akan terwujud dalam kerangka kerja sama dan kesepahaman. Ketegangan tetap ada di antara negara-negara di kawasan itu melalui konflik, dan ini hanya menguntungkan kepentingan pihak yang melakukan intervensi dan pihak asing.
Pentingnya masalah ini menjadi jelas ketika pemahaman bersama dicapai dalam mengenali faktor-faktor ketidakamanan di kawasan. Iran dan Oman sepakat bahwa dialog dan konsultasi tentang isu-isu regional dalam konteks internasional baru dapat membantu membangun pemahaman di antara negara-negara di kawasan. Sayangnya, beberapa aktor regional telah menyebabkan ketidakamanan dan ketidakstabilan di kawasan dengan bersikeras melanjutkan kebijakan agresif mereka. Kampanye propaganda Amerika Serikat dan lingkaran Zionis dan beberapa negara Eropa tentang peran regional dan kemampuan pertahanan Iran dalam konteks negosiasi "Wina" untuk mencabut sanksi AS sedang berlangsung dan mencapai kesimpulan dengan tujuan yang sama.
Namun dalam politik luar negerinya, Republik Islam Iran mengupayakan stabilitas dan keamanan serta memiliki hubungan terbaik dengan tetangganya.Selain aspek ekonomi, hubungan baik Iran dengan tetangganya juga penting secara strategis untuk menjaga keamanan kolektif di kawasan. Hubungan seperti ini membuka peluang bagi pertukaran kapasitas ekonomi, perdagangan dan investasi antar tetangga dan tentunya akan menguntungkan semua negara di kawasan.
Unsur-unsur intervensi dan destruktif di kawasan sangat menyadari bahwa hasil pasti dari peningkatan hubungan antara Iran dan negara-negara tetangga adalah memperkuat keamanan kawasan tanpa perlu pihak asing dan mengembangkan kerja sama bilateral dan multilateral di semua bidang. Kebijakan keamanan Iran di kawasan didasarkan pada doktrin keamanan kolektif, dan karenanya, Iran menganggap ketidakamanan di kawasan itu merugikan semua negara di kawasan itu. Kondisi saat ini di kawasan membuat dialog dan kesepahaman untuk menyelesaikan friksi harus menggantikan tensi dan pendekatan permusuhan. (MF)