Pidato Rahbar Memperingati Wiladah Sayidah Fatimah as
Puluhan maddah (pelantun kidung dan syair Ahlul Bait as) bertemu Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di Huseiniyah Imam Khomeini ra di Tehran pada Minggu (23/1/2022) pagi.
Pertemuan itu dilakukan bertepatan dengan hari kelahiran Sayidah Fatimah az-Zahra as, putri tercinta Rasulullah Saw.
Berbicara tentang kedudukan luhur Sayidah Fatimah as, Rahbar menuturkan bahwa di antara karakteristik khusus wanita mulia ini, yang disinggung secara eksplisit dalam al-Quran, adalah memiliki kedudukan yang suci, bekerja karena Allah, mengabdi tanpa pamrih, dan punya posisi istimewa saat menghadapi kelompok batil dalam peristiwa Mubahalah.
"Berkat rahmat Ilahi, setelah kemenangan Revolusi Islam, masyarakat Iran telah meneladani Sayidah Fatimah. Selama 43 tahun terakhir, kita berulang kali menyaksikan gerakan (semangat) Sayidah Fatimah selama era Perang Pertahanan Suci, selama gerakan (kebangkitan) ilmiah, dan pelayanan tanpa pamrih yang diberikan oleh para syuhada seperti, Fakhrizadeh, para syuhada nuklir, dan para ilmuwan besar, seperti almarhum Kazemi Ashtiani," ujarnya.
Rahbar menekankan bahwa Sayidah Fatimah az-Zahra as harus menjadi teladan dalam semua aspek, terutama gerakan-gerakan sosial dan revolusioner.
Menurutnya, memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat merupakan sebuah jihad yang bernilai, terutama di tengah upaya musuh yang menciptakan tekanan ekonomi dengan tujuan membenturkan masyarakat dengan sistem Islam.
Ayatullah Khamenei mengatakan, musuh-musuh bangsa Iran melakukan gerakan besar-besaran untuk menyesatkan pemikiran, merusak iman dan keyakinan rakyat melalui media massa, dan menggunakan ribuan pakar seni dengan dukungan keuangan dan keamanan yang besar.
Jadi, sambungnya, bidang utama dari jihad adalah memberikan penjelasan dan pencerahan.
"Dalam menghadapi gerakan jahat ini, para pegiat Ahlul Bait harus bertanya pada diri sendiri di mana posisi mereka dalam konteks perang antara hak dan batil, dalam konfrontasi antara kebohongan dan kebenaran, serta bagaimana mereka akan menyebarkan prinsip-prinsip utama revolusi," tuturnya.
"Lembaga-lembaga Ahlul Bait harus menjadi pusat untuk menjawab berbagai pertanyaan dari generasi muda," kata Ayatullah Khameni.
Menurutnya, lembaga-lembaga Ahlul Bait adalah tempat untuk memberikan penjelasan, untuk menjelaskan ilmu-ilmu keislaman yang paling penting dan pengetahuan tentang Ahlul Bait, dan untuk menjawab berbagai pertanyaan.
"Hari ini, generasi muda kita menyimpan pertanyaan, mereka punya bermacam pertanyaan, pertanyaan tentang gaya hidup, tentang persoalan-persoalan dasar, ini adalah pertanyaan yang tepat," ujar Rahbar.
Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa berpikir dan memberikan jawaban merupakan cara dalam menghadapi pertanyaan. Pekerjaan ini harus dilakukan oleh lembaga-lembaga Ahlul Bait, mereka-lah pusat terpenting untuk tugas ini.
Tanggal 20 Jumadil Tsani, Sayidah Fatimah terlahir ke dunia. Beliu dibesarkan dalam bimbingan wahyu dan melewati masa-masa perjuangan menegakkan Islam bersama ayah beliau.
Pada tahun ke-2 Hijriah, Sayidah Fatimah menikah dengan Sayidina Ali bin Abi Thalib dan sejak saat itu beliau melakukan tugas sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, yaitu Imam Hasan as, Imam Husain as, dan Sayidah Zainab sa.
Sayidah Fatimah as membesarkan anak-anaknya dengan ajaran iman dan Islam. Dalam kehidupan sosial, beliau juga berperan dalam menyampaikan kebenaran dan teguh membela haknya, bahkan sampai wafatnya, yaitu tak lama setelah wafatnya Rasulullah Saw, beliau masih berjuang menegakkan kebenaran.
Sayidah Fatimah az-Zahra as adalah teladan wanita sedunia. Di antara nasehat beliau adalah, Allah Swt menjadikan keimanan sebagai alat untuk membersihkanmu dari kesyirikan, shalat sebagai alat untuk menyucikanmu dari takabur, kepatuhan kepada kami adalah alat untuk mengukuhkan agama, mengakui kepemimpinan kami adalah alat untuk mencegah perpecahan, dan kecintaan kepada kami adalah sumber dari kehormatan Islam. (RA)