Bulan Muharam, Bundaran Azadi Dihias Simbol-Simbol Duka (1)
Pemerintah Kota Tehran menghias Bundaran Azadi dengan simbol-simbol duka pada bulan Muharam 1445 H sebagai bentuk berkabung atas musibah dan tragedi yang menimpa kelurga Nabi Muhammad SAW.
Kegiatan yang dimulai pada hari Rabu (9/8/2023) malam ini disebut sebagai "Muharam Shahr" dan berlangsung di Pusat Kebudayaan Bundaran Azadi di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.
Acara tersebut dihadiri oleh Menteri Tenaga Kerja, Koperasi dan Kesejahteraan Sosial Solat Mortazavi, dan Direktur Jenderal Kebudayaan Kota Tehran.
Kegiatan keagamaan ini bertujuan untuk menciptakan semangat dan kesadaran Huseini di kota Tehran dan hubungan spiritual masyarakat dengan kehidupan Aba Abdillah al-Hussein as, Cucu Tercinta Rasulullah SAW, dan Asyura Husseini.
Kegiatan yang berisi dengan beragam acara ini telah dimulai sejak 20 Muharam 1445 H dan akan berlanjut hingga 5 Safar 1445 H.
10 Asyura adalah hari memperingati Asyura. Tanggal 10 Muharam 61 H, Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw dan keluarga beserta para pengikutnya gugur syahid dibantai oleh pasukan Umar bin Saad di Padang Karbala. Imam Husein as gugur pada usia 57 tahun.
Meski telah berlalu berabad-abad, namun peristiwa heorik itu tidak pernah berkurang urgensi dan kedudukannya, bahkan semakin berlalu, pesan Asyura justru semakin tersebar luas.
Kebangkitan Imam Hussein melawan pemerintahan tiran Yazid bertujuan untuk menjaga kelangsungan agama Islam yang terkena erosi kerusakan di berbagai sendi kehidupan masyarakatnya.
Oleh karena itu, motivasi perjuangan cucu tercinta Rasulullah SAW ini demi menjaga kesucian Islam dari berbagai penyimpangan yang dilakukan penguasa lalim di masanya. Imam Husein bangkit melawan Yazid bin Muawiyah bukan karena menghendaki kekuasaan, tapi karena ketulusannya membela ajaran agama Islam dan mengembalikan umat Islam dari berbagai penyimpangan.
Imam Hussein dalam salah satu munajatnya berkata,"Ya ilahi, Engkau tahu tujuan kebangkitanku bukan bersaing untuk meraih kekuatan politik atau merebut kekayaan dan kemegahan dunia. Tetapi motif utama kebangkitanku demi menghidupkan kembali ajaran-Mu, mengibarkan tanda-tanda keagungan agama-Mu dan memperbaiki urusan di muka bumi. Kami akan membela hak-hak mereka yang dilanggar dan mengembalikannya kepada mereka. Kami akan mengikuti aturan yang telah Engkau wajibkan kepada para hamba-Mu untuk mengikutinya..."
Imam Husein dalam munajatnya ini dan berbagai perkataannya yang lain memiliki motif ketuhanan yang terlihat jelas di berbagai bidang, termasuk dalam gerakan perlawanannya menghadapi rezim lalim Yazid bin Muawiyah. (RA)