Mencermati Kunjungan Presiden Iran ke Johannesburg
(last modified Thu, 24 Aug 2023 12:30:15 GMT )
Aug 24, 2023 19:30 Asia/Jakarta
  • Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi
    Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi

Presiden Iran Sayid Ebrahim Raisi Rabu (23/8/2023) malam sebelum bertolak ke Afrika Selatan untuk menghadiri KTT BRICS mengatakan, BRICS mengumpulkan negara-negara independen untuk menggalang kerja sama ekonomi dan melawan unilateralisme, serta tujuan kami adalah bekerja sama dengan organisasi ini.

Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian dan Deputi bidang politik kantor kepresidenan Iran, Mohammad Jamshidi termasuk yang menyertai kunjungan Presiden Raisi kali ini.

Presiden Iran dalam kunjungannya kali ini selain menghadiri dan menyampaikan pidato di KTT BRICS ke-15 yang juga diikuti pemimpin 70 negara ini, juga dilaporkan akan menggelar pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara yang hadir di KTT ini.

Rencananya KTT Johannesburg akan membahas dan mencapai kesepakatan terkait tolok ukur, proses dan jadwal penerimaan negara-negara yang mengajukan proposal keanggotaan di BRICS.

BRICS adalah nama kelompok yang dipimpin kekuatan ekonomi baru dunia yang sesuai dengan abjadnya terdiri dari Brazil, Rusia, India, Cina dan Afrika Selatan.

Image Caption

Proses transformasi ekonomi dan industri anggota BRICS menunjukkan bahwa asas dari gerakan dan dasar ideologi pembentukan kelompok ini sebagai sebuah kelompok yang baru muncul adalah untuk memainkan peran di dunia multipolar masa depan, serta mengganggu sistem yang menguasai dunia internasional saat ini. Pendekatan utama BRICS adalah memulihkan sistem finansial dan perbankan global, tekad serius dedolarisasi, fokus pada mata uang nasional, mengambil pendekatan politik anti-hegemoni serta menentang hegemoni Barat di berbagai lembaga dan struktur internasional.

Kini sebanyak 22 negara secara resmi telah mengajukan permohonan untuk menjadi anggota BRICS, dan 22 negara lain juga menunjukkan minatnya untuk bergabung dengan aliansi ini.

Kelompok BRICS kini memiliki seperempat produk nasional bruto dan sekitar sepertiga wilayah dunia. Para anggota kelompok ini ingin menciptakan kutub yang efektif dalam sistem moneter dan keuangan dunia dengan mendirikan Bank BRICS dengan modal awal 100 miliar dolar dan mencegah hegemoni dolar dalam perekonomian global. Selain itu, perdagangan dengan mata uang lokal dan negara anggota juga menjadi agenda BRICS.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan negara-negara berkembang seperti Iran mengajukan keanggotaan BRICS guna memperoleh bagian perdagangan global yang lebih besar dalam suatu lembaga yang berbasis pada dialog dan kemitraan.

Iran adalah salah satu negara pertama yang mengajukan keanggotaan BRICS. Faktor-faktor seperti produk domestik bruto, populasi, wilayah, cadangan sumber daya alam, peran politik dan keamanan di kawasan dan dunia, serta hubungan dengan negara-negara anggota merupakan beberapa kriteria untuk menerima anggota baru di BRICS; Tentu saja, seluruh anggota BRICS mendukung dan menyambut baik keanggotaan Iran dalam aliansi ini, dan khususnya Cina dan Rusia telah menekankan perlunya keanggotaan negara-negara baru dan menganggap Iran sebagai salah satu negara yang berpotensi untuk berpartisipasi dalam kelompok ekonomi ini.

Bagi Republik Islam Iran, yang baru-baru ini menjadi anggota Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), bergabung dengan BRICS dianggap sebagai langkah untuk memperkuat hubungan politik dan komersial dengan organisasi regional; Dengan menjadi anggota kelompok ini, Iran dapat memperluas bisnisnya di Afrika dan Amerika Selatan melalui Afrika Selatan dan Brazil. Republik Islam Iran di bidang energi, transit, konstruksi, pembangunan jalan, dan kegiatan berbasis pengetahuan dan ekspor jasa teknis juga memiliki kemampuan dan kapasitas tinggi yang diminati anggota BRICS.

Dalam dimensi politik, kerja sama dan keanggotaan Iran dalam BRICS juga penting, aliansi BRICS dibentuk tanpa partisipasi Eropa dan Amerika Serikat, dan mengingat sanksi unilateral dan tekanan politik Amerika Serikat dan Eropa terhadap Iran, Tehran memandang BRICS, khususnya Cina, Rusia dan India sebagai pengganti Barat yang dapat mengurangi dampak sanksi dan tekanan politik tersebut.

Presiden Republik Islam Iran juga menyatakan bahwa Iran telah menempatkan hubungannya dengan negara-negara independen di dunia dalam agenda kebijakan luar negerinya dan berkata, "Tidak diragukan lagi, BRICS adalah kekuatan yang sedang berkembang di dunia saat ini, dan landasan Iran adalah kerja sama dengan kelompok ini.  BRICS mempunyai kapasitas dan di sisi lain kapasitas Iran juga menarik bagi kelompok ini, sehingga kapasitas ini dapat dimanfaarkan dengan baik melalui kerja sama timbal balik."

Jelas terlihat bahwa Republik Islam Iran melalui pemerintahan ke-13 yang dipimpin oleh Presiden Sayid Ebrahim Raisi telah memperkuat poros penguatan hubungan politik dan komersial dengan negara tetangga dan sekutunya di timur. Suatu pendekatan yang bertujuan untuk membuka perekonomian Iran dan melawan sanksi ekonomi Amerika; Sejatinya, selama periode ini, politik luar negeri Iran berupaya mengembangkan hubungan dan memperluas kerja sama internasional multilateral dengan negara-negara tersebut dalam bentuk upaya menjadi anggota organisasi regional dan internasional seperti Uni Ekonomi Eurasia dan SCO; Kini, bergabung dengan BRICS dapat dianggap sebagai langkah diplomasi ekonomi Iran selanjutnya untuk meningkatkan hubungan multilateral internasional dan regional. (MF)