16 September, Pembantaian Sabra-Shatila, Ini Kata Jubir Kemlu Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran Nasser Kanaani mengeluarkan pernyataan terkait dengan peringatan pembataian warga Palestina di Sabra dan Shatila pada September 1982, di Beirut, ibu kota Lebanon, yang saat itu diduduki oleh rezim Zionis Israel.
"Sabra dan Shatila akan selalu menjadi noda (noktah) di dahi para pendukung rezim Israel dan para pengklaim palsu pembela hak asasi manusia, khususnya Amerika Serikat dan Inggris," tulis Kanaani di akun X pada hari Sabtu (16/9/2023).
Pada tanggal 16 September 1982, militer rezim Zionis, yang menduduki Beirut, melakukan salah satu pembantaian paling berdarah dan paling kejam pada abad ke-20 di dua kamp Palestina, Sabra dan Shatila.
Pembantaian warga Palestina yang tinggal di Sabra dan Shatila terjadi selama tiga hari (16, 17, 18 September). Pembantaian yang dipimpin oleh Perdana Menteri rezim Zionis Ariel Sharon itu menyebabkan lebih dari 3000 warga Sabra dan Shatila kamp gugur syahid.
"Hari ini adalah peringatan pembunuhan brutal terhadap perempuan, anak-anak dan laki-laki Palestina yang tidak bersalah dan tidak berdaya di kamp Sabra dan Shatila oleh Zionis dan tentara bayaran mereka. Kejahatan besar ini menutupi semua penjahat dalam sejarah," tambahnya.
Jubir Kemblu Iran menegaskan, pembantaian di Sabra dan Shatila merupakan aib dan noda yang tidak akan pernah bisa dihapus dari dahi para pejabat rezim Zionis dan pendukungnya.
"Pembantaian brutal di Sabra dan Shatila hanyalah sebuah contoh operasi mesin teror terorganisir rezim kriminal Israel terhadap warga Palestina, termasuk anak-anak, pria dan wanita tak berdosa. Sebab, kejahatan ini telah berlangsung selama beberapa dekade dengan dukungan Amerika Serikat dan Eropa kepada penjajahan yang dilakukan Zionis," pungkasnya. (RA)