Okt 04, 2023 17:07 Asia/Jakarta
  • Peserta Konferensi Persatuan Islam ke-37.
    Peserta Konferensi Persatuan Islam ke-37.

Pertemuan yang dihadiri oleh para pejabat tinggi Republik Islam Iran, duta besar negera-negara Muslim, dan masyarakat Iran itu dalam kerangka memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad Saw dan Imam Ja'far Shadiq as pada 17 Rabiul Awwal 1445 H.

Konferensi Internasional Persatuan Islam ke-37 dibuka hari, Minggu (1/10/2023) dan telah berlangsung selama tiga hari.Konferensi yang  berakhir pada hari Selasa (3/10/2023) ini digelar di Iran International Conference Center, Tehran, ibu kota Republik Islam Iran.

Pembukaan konferensi ini dihadiri oleh Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi. Ratusan cendekiawan, intelektual dan ulama dari berbagai negara, terutama negara-negara Muslim dan Islam menghadiri konferensi tersebut.

Konferensi internasional ini menghadirkan 110 pemikir dari 41 negara, dan 110 pejabat dan tokoh masyarakat seperti imam salat Jumat, ketua organisasi budaya dan tokoh-tokoh perempuan.

Dua pertemuan penting juga akan digelar dalam konferensi ini, salah satunya akan dihadiri oleh 110 intelektual lokal dengan kehadiran para imam salat Jumat serta tokoh provinsi dan ulama dari 60 kota di Iran untuk membahas isu persatuan Islam.

Pertemuan dan diskusi lainnya diadakan dengan para tamu asing, dan pernyataan akhir konferensi dibacakan dalam pertemuan ini.

Tahun ini, lebih dari 200 artikel dari 20 negara berbahasa Arab seperti Mesir, Aljazair, Tunisia dan Irak telah dikirim ke sekretariat konferensi Persatuan Islam, 15 artikel dalam bahasa Inggris dan empat artikel dalam bahasa Turki dan sisanya dalam bahasa lain.

Hari Kamis, 28 September 2023 yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal, adalah hari kelahiran Nabi Muhammad Saw –menurut riwayat Ahlu Sunnah– dan dimulainya Pekan Persatuan Islam di Republik Islam Iran.

Ahlu Sunnah berpendapat bahwa Rasulullah Saw lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal, sementara Syiah pada tanggal 17 Rabiul Awal. Bapak Pendiri Republik Islam Iran, Imam Khomeini ra kemudian menetapkan rentang waktu antara 12-17 Rabiul Awal sebagai Pekan Persatuan Islam, dan menjadikannya sebagai momentum untuk mempererat persatuan di tengah umat Islam.

Pekan Persatuan merupakan sebuah kesempatan untuk mengkaji lebih jauh tentang urgensitas persatuan dan solidaritas Dunia Islam, terutama di masa sekarang yang sarat dengan fitnah dan konflik.

Meskipun umat Islam memiliki banyak mazhab dan berbeda pandangan dalam sebagian masalah hukum, namun mereka menyimpan banyak persamaan seperti, keyakinan kepada Tuhan yang satu, al-Quran, Rasulullah Saw dan kiblat yang sama.

Umat Islam juga memiliki pandangan yang sama dalam pelaksanaan ibadah-ibadah wajib seperti, shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain.

Selama Pekan Persatuan Islam, beragam acara untuk memperingati Maulid Nabi Agung Muhammad Saw digelar di masjid-masjid, pusat-pusat ziarah dan sekolah-sekolah di Republik Islam Iran.

Forum Pendekatan Mazhab-Mazhab Islam setiap tahun juga mengadakan Konferensi Internasional Persatuan Islam dengan kehadiran tokoh-tokoh dari dunia Islam, yang digelar bersamaan dengan peringatan Pekan Persatuan (12-17 Rabiul Awal).

Tujuan diadakannya Konferensi Internasional Persatuan Islam untuk menciptakan persatuan dan solidaritas  umat Islam, konsensus para ulama dan ilmuwan Muslim untuk mengkaji dan menyajikan solusi praktis guna mencapai persatuan Islam dan memecahkan masalah umat Islam.

Dalam pidatonya, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menungkapkan alasan kekuatan arogan dunia melakukan penistaan atas Al Quran, karena merasa terancam oleh ajaran kitab suci ini.

Rahbar menekankan penerapan kebijakan yang sama dalam masalah-masalah asasi untuk melawan intervensi Amerika Serikat, dan kekuatan-kekuatan arogan dunia lainnya.

Dalam pertemuan itu Rahbar menjelaskan, "Setiap umat manusia berutang budi kepada Nabi Muhammad Saw, karena Nabi selayaknya tabib ulung dan mahir, telah memberikan resep konseptual dan praktis untuk mengatasi semua masalah utama umat manusia seperti kemiskinan, kebodohan, penindasan, diskriminasi, hawa nafsu, ketidakberimanan, minus tujuan hidup, kerusakan akhlak, dan kerusakan sosial."

Ayatullah Khamenei percaya bahwa upaya musuh yang mengira bisa melemahkan Al Quran dengan melakukan aksi-aksi penistaan bodoh, hanyalah angan-angan, dan justru akan mengungkap hakikat musuh-musuh Al Quran.

"Al Quran adalah kitab hikmah dan pengetahuan, kitab yang membangun dan membangkitkan manusia, permusuhan terhadap Al Quran pada hakikatnya adalah permusuhan terhadap ajaran-ajaran luhurnya," kata Rahbar.

Di bagian lain paparannya, Ayatullah Khamenei menyinggung Pekan Persatuan Islam, dan mengajak para pemimpin, politisi negara-negara Muslim, serta para cendekiawan dan intelektual Islam, untuk merenungkan pertanyaan ini, "Siapakah musuh persatuan negara-negara Muslim, dan siapa yang dirugikan oleh persatuan umat Islam, dan siapa yang merasa dicegah dalam melakukan penindasan, perampokan dan intervensi karena persatuan Islam ini ?".

Rahbar menegaskan persatuan negara-negara Muslim, di kawasan Asia Barat dan Afrika Utara telah mencegah aksi pencurian, pemaksaan dan intervensi Amerika Serikat.

"Hari ini AS memberikan pukulan terhadap negara-negara kawasan di bidang politik dan ekonomi, mereka mencuri minyak Suriah, melindungi kelompok teroris ISIS zalim, bengis dan peminum darah di kamp-kamp miliknya untuk dipakai kembali saat dibutuhkan dalam mencampuri urusan negara lain. Tapi jika semua bersatu, dan jika Iran, Irak, Suriah, Lebanon, Arab Saudi, Mesir, Yordania, serta negara-negara pesisir Teluk Persia menerapkan kebijakan yang sama dalam masalah-masalah asasi dan kunci, maka kekuatan-kekuatan arogan tidak akan mampu dan berani untuk mencampuri urusan dalam negeri serta kebijakan luar negeri kita," imbuhnya.

Ayatullah Khamenei menilai upaya para pemimpin negara dan tokoh-tokoh Dunia Islam dalam memusatkan perhatian secara serius pada masalah vital persatuan, dan masalah regional lain yaitu kejahatan Rezim Zionis terhadap rakyat Palestina, sebagai hal yang urgen.

Ia menegaskan, "Sekarang Rezim Zionis bukan hanya menaruh dendam kesumat, dan kemarahan yang dalam pada Republik Islam Iran semata, tapi juga pada seluruh negara di sekitarnya seperti Mesir, Suriah, dan Irak, karena tujuan mereka adalah menguasai wilayah dari Sungai Nil hingga Sungai Eufrat."

Menurut Rahbar, masalah Palestina, perampokan dan pengusiran paksa terhadap sebuah bangsa dari rumah-rumahnya, serta penyiksaan dan pembunuhan mereka adalah masalah pertama Dunia Islam sejak beberapa puluh tahun lalu.

"Sikap definitif Republik Islam Iran adalah negara-negara yang menjadikan taruhan normalisasi hubungan dengan Rezim Zionis sebagai model kerjanya pasti akan rugi, karena Rezim Zionis akan sirna, dan mereka sedang bertaruh pada kuda yang kalah," pungkasnya. (RA)

 

Tags