Nov 25, 2023 17:41 Asia/Jakarta
  • Rahbar, Ayatullah Khamenei
    Rahbar, Ayatullah Khamenei

Perkembangan di Iran selama sepekan lalu diwarnai sejumlah isu penting, di antaranya; Rahbar: Putus Urat Nadi Rezim Zionis, Negara-Negara Islam Harus Boikot Israel.

Selain itu, masih ada isu-isu lainnya seperti;

  • Raisi: Operasi Badai Al-Aqsa, Kekalahan Fatal Rezim Zionis​
  • Menlu Iran: Dukungan AS kepada Israel Membuat Perang di Gaza Berlanjut
  • Kanaani: Kelompok Perlawanan Kawasan Tak Terima Instruksi dari Iran
  • Amir-Abdollahian: Kami akan Membalas Setiap yang Menarget Pasukan Iran
  • Mayjen Bagheri: Front perlawanan akan Hancurkan Zionis
  • ​ Menhan Iran: Rakyat Kawasan akan Saksikan Keruntuhan Rezim Zionis
  • Iran Mengutuk Kejahatan Pembunuhan Zionis di Sekolah Al-Fakhoora

Rahbar: Putus Urat Nadi Rezim Zionis, Negara-Negara Islam Harus Boikot Israel

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, atau Rahbar, menegaskan bahwa urat nadi kehidupan Rezim Zionis, harus diputus, dan negara-negara Muslim, minimal harus memutus hubungan politik dengan Rezim Zionis, untuk rentang waktu tertentu.

Rahbar, Ayatullah Khamenei

Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Minggu (19/11/2023) pagi saat mengunjungi pameran capaian-capaian terbaru Pasukan Dirgantara, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, mengatakan peristiwa Gaza, mengungkap banyak fakta tersembunyi bagi masyarakat dunia, salah satunya adalah dukungan para pemimpin negara Barat, atas diskriminasi ras.

Ia menambahkan, "Orang-orang Zionis, menganggap dirinya sebagai ras paling unggul, dan manusia-manusia lainnya adalah ras rendah, oleh karena itu tanpa merasa tersakiti nuraninya, mereka membunuh sekian ribu anak-anak."

Rahbar menerangkan, "Ketika Presiden Amerika Serikat, Kanselir Jerman, Presiden Prancis, dan Perdana Menteri Inggris, dengan seluruh klaimnya, mendukung dan membantu rezim ini, artinya mereka mendukung diskriminasi ras yang merupakan salah satu hal yang paling dibenci di dunia."

Ayatullah Khamenei melanjutkan, "Masyarakat Eropa, dan Amerika, juga harus memperjelas sikap mereka terkait situasi saat ini, dan menunjukkan diri bahwa mereka bukanlah pendukung diskriminasi ras."

"Kekalahan Rezim Zionis di Gaza, adalah sebuah kenyataan, dan penyerbuan ke rumah sakit atau rumah-rumah warga bukanlah kemenangan, pasalnya kemenangan adalah mengalahkan lawan, sementara Rezim Zionis, sampai sekarang tidak mampu mengalahkan rakyat Palestina, dan di masa depan pun demikian," paparnya.

Rahbar lebih lanjut menjelaskan, "Ketidakmampuan ini juga termasuk ketidakmampuan AS dan negara-negara Barat, sementara sekarang seluruh dunia menyadari kenyataan bahwa sebuah rezim dengan segala fasilitas dan peralatan militer canggih yang dimilikinya, tidak mampu menaklukkan lawan yang tidak punya satu pun fasilitas seperti yang dimilikinya."

"Beberapa negara Islam, di berbagai pertemuan internasional dalam tampilan lahiriahnya mengecam kejahatan-kejahatan Rezim Zionis, dan beberapa negara yang lain sampai sekarang tidak mengecam, hal ini tidak bisa diterima. Pekerjaan asli adalah memutus urat nadi kehidupan Rezim Zionis, dan negara-negara Islam, harus mencegah sampainya energi, dan barang-barang ke rezim ini," imbuhnya.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, menegaskan, "Bangsa-bangsa dunia harus melanjutkan aksi unjuk rasa, dan demonstrasi mereka, dan tidak membiarkan ketertindasan bangsa Palestina, terlupakan."

Raisi: Operasi Badai Al-Aqsa, Kekalahan Fatal Rezim Zionis​

Sayid Ebrahim Raisi, Presiden Iran menyatakan bahwa apa yang dilakukan rakyat dan pemuda Palestina di Gaza adalah melanjutkan pembelaan sah atas hak-hak mereka, dan operasi badai Al-Aqsa menjadi kekalahan fatal bagi rezim Zionis.

Presiden Iran, Sayid Ebrahim Raisi

Presiden Iran dalam wawancara Rabu malam pukul 21:00 waktu Quds Sharif (22:30 waktu Tehran) di lima saluran televisi nasional di Iran menunjukkan bahwa operasi badai Al-Aqsa, pada 7 Oktober  telah mengacaukan semua perhitungan musuh.

"Operasi badai Al-Aqsa adalah kegagalan militer, keamanan dan intelijen rezim Zionis," ujar Raisi.

Presiden Iran memandang kebencian dan kebangkitan global terhadap rezim Zionis sebagai berkah dari darah syuhada Palestina, dan menambahkan,"Apa yang telah dilakukan rezim Zionis telah menunjukkan bahwa mereka putus asa melawan perlawanan Palestina,".

"Israel tidak mencapai tujuannya dalam menduduki Gaza dan menghilangkan pasukan perlawanan," tegas Raisi.

Presiden Iran menekankan bahwa analisis operasi 7 Oktober tanpa mempertimbangkan latar belakang masalah Palestina sebagai kesalahan.

"Penistaan terhadap Masjid Al-Aqsa dan pembunuhan orang-orang Palestina oleh rezim Zionis, khususnya dalam beberapa waktu terakhir, menjadi alasan terjadinya operasi badai Al-Aqsa," papar Presiden Iran.

Menlu Iran: Dukungan AS kepada Israel Membuat Perang di Gaza Berlanjut

Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Islam Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, jika bukan karena dukungan Amerika Serikat (AS) kepada rezim Zionis Israel, maka rezim palsu ini tidak dapat melanjutkan perang melawan Kelompok Perlawanan Islam Palestina, Hamas.

Hal itu disampaikan Amirabdollahian dalam wawacara dengan televisi Al Jazeera pada hari Kamis, (23/11/2023). Dia berharap gencatan senjata sementara akan menjadi awal dari penghentian kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina.

"Presiden Republik Islam Iran memprakarsai inisiatif praktis bersama dengan para pemimpin negara-negara Muslim dan BRICS untuk menghentikan kejahatan rezim Zionis dalam perang di Jalur Gaza," ujarnya.

Menlu Iran, Hossein Amir-Abdollahian

Menurut Amirabdollahian, Iran telah menerima pesan dari AS bahwa Gedung Putih tidak ingin memperluas cakupan perang.

"AS secara keliru berpikir bahwa mereka akan dapat membuat keputusan tentang siapa yang akan mengambil alih pemerintahan Jalur Gaza tanpa kembalinya warga Palestina," kata Menlu Iran.

Amirabdollahian mengatakan, tanggapan Iran terhadap AS adalah bahwa para pejabat AS, melalui bantuannya kepada Israel dan pemindahan senjata ke rezim palsu ini, telah memperluas cakupan perang.

Menlu Iran menegaskan, penyelesaian permasalahan di Gaza akan ditentukan oleh rakyat Palestina dan perlawanan Palestina.

Akhirnya, setelah hampir 50 hari serangan udara membabi buta Israel terhadap Gaza, gencatan senjata sementara selama empat hari telah ditetapkan.

Menurut rencana, gencatan senjata akan dilaksanakan pada hari Kamis pukul 10.00 waktu setempat, namun karena masalah teknis dan logistik, gencatan senjata tersebut dilaksanakan dengan penundaan satu hari, yang akhirnya  dimulai pada hari Jumat (24/11/2023) di Gaza.

Berdasarkan gencatan senjata selama 4 hari, tindakan militer kedua belah pihak harus dihentikan. Setiap tahanan Israel akan ditukar dengan 3 tahanan perempuan dan anak-anak Palestina.

Menurut rencana, setiap hari 200 kontainer berisi bahan makanan dan peralatan medis akan diserahkan ke seluruh daerah di Gaza.

Kanaani: Kelompok Perlawanan Kawasan Tak Terima Instruksi dari Iran

Juru bica Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, kelompok-kelompok perlawanan di kawasan Asia Barat, tidak berada di bawah perintah Iran, atau menerima instruksi dari negara ini. Iran tidak punya kelompok-kelompok proksi di kawasan, sehingga bisa memerintah mereka.

Nasser Kanaani, Senin (20/11/2023) dalam jumpa persnya menanggapi tuduhan Rezim Zionis, terhadap Iran, terkait keterlibatan Tehran, dalam penahanan kapal milik Israel, di Yaman.

Ia menuturkan, "Tuduhan-tuduhan semacam ini ditimbulkan oleh situasi sangat pelik yang sedang dihadapi sekarang oleh Rezim Zionis."

Pada saat yang sama, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan, Rezim Zionis, tidak bisa menerima kekalahan strategis dari sebuah kelompok perlawanan.

"Gelombang luas penentangan di berbagai negara dunia atas kejahatan Rezim Zionis, dan berlanjutnya dukungan total Amerika Serikat, atas kejahatan Rezim Zionis, membuktikan bangsa-bangsa dunia tidak senang dengan apa yang terjadi di Gaza, dan menuntut penghentian perang," imbuhnya.

Menurut Kanaani, anggota Kongres AS, selama bertahun-tahun, lebih banyak menunjukkan sebagai pembela Rezim Zionis, daripada pembela hak asasi dan kepentingan Amerika, serta mengorbankan kepentingan rakyatnya demi kepentingan Rezim Zionis.

Ia menerangkan, "Organisasi-organisasi internasional termasuk Dewan Keamanan PBB, tidak mampu melaksanakan kewajibannya, di sisi lain negara-negara Islam, dapat melakukan banyak langkah untuk mendukung rakyat Gaza."

Amir-Abdollahian: Kami akan Membalas Setiap yang Menarget Pasukan Iran

Menteri Luar Negeri Iran Republik Islam Iran Hossein Amir-Abdollahian memperingatkan bahwa kami akan membalas dengan tegas setiap penargetan pasukan Iran di Suriah.

Menurut laporan FNA, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Financial Times di Jenewa, Hossein Amir-Abdollahian menjawab pertanyaan tentang penargetan pasukan Iran di Suriah oleh Amerika Serikat, Menurut berita yang saya dapatkan, tidak ada satu pun pasukan Iran yang terkena serangan, dan tentu jika hal ini terjadi, respon Iran akan tegas.

Menanggapi pertanyaan apakah Republik Islam tertarik untuk melakukan negosiasi langsung dengan Amerika Serikat mengenai Gaza, Amir-Abdollahian mengatakan, Masalah Gaza adalah masalah yang kembali ke kelompok Palestina dan mereka adalah pihak utama dalam masalah ini. Oleh karena itu, pada dasarnya mengatakan bahwa Iran dan Amerika Serikat akan melakukan dialog langsung mengenai perkembangan di Gaza, mungkin itu bukanlah pertanyaan yang tepat.

"Dengan pendekatan yang dilakukan AS dan rezim pendudukan Israel di wilayah tersebut, jika kejahatan perang terhadap rakyat Gaza dan Tepi Barat tidak dihentikan, segala kemungkinan dapat terjadi dan perluasan cakupan perang tidak bisa dihindari," tambah Menlu Iran.

Pertanyaan berikut terkait apakah pesan-pesan Amerika berdampak pada Hizbullah untuk tidak terlibat perang lebih luas dengan Israel?

Menteri Luar Negeri Iran mengklarifikasi, Hizbullah telah memasuki tahap perang dengan Israel saat ini, dan tindakan apa yang akan diambil Hizbullah dalam beberapa jam dan hari mendatang, dan langkah apa lagi yang akan diambilnya, adalah sesuatu yang kembali pada keputusan Hizbullah, bukan pada pesan Amerika kepada Hizbullah.

"Situasi saat ini di kawasan, genosida di Gaza, pengiriman senjata dalam skala besar bahkan yang dilarang seperti yang mengandung fosfor dari pangkalan Amerika di kawasan untuk digunakan oleh rezim Zionis memiliki berbagai konsekuensi di kawasan," tegas Amir-Abdollahian.

Mengenai pengiriman kapal-kapal Amerika ke perairan Mediterania timur, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, Kapal-kapal ini bukanlah kekuatan Amerika, tapi hal ini meningkatkan tingkat kerusakan kapal-kapal ini dalam segala kemungkinan.

Pertanyaan lainnya terkait mengapa Iran tidak ikut berperang untuk membantu Hamas?

"Perlawanan sendiri memiliki kemampuan yang tinggi. Anda akan melihat bahwa dalam fase memasuki perang darat, nasib perang akan ditentukan oleh perlawanan di Gaza," pungkas Amir-Abdollahian.

Mayjen Bagheri: Front perlawanan akan Hancurkan Zionis​

Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran menekankan bahwa front perlawanan akan menghancurkan rezim Zionis. ​

Image Caption

Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran dalam acara penghormatan terhadap syuhada di Kerman hari Selasa (21/11/2023) mengatakan,"Biarkan musuh tahu bahwa darahSyahid Soleimani terus mendidih, dan pemuda negara-negara Islam serta poros perlawanan tidak akan duduk diam dan tidak akan membiarkan kekuatan arogan tetap ada,".

"Hari-hari ini adalah hari-hari ketika seluruh dunia menyaksikan pohon muda yang ditanam oleh Syahid Soleimani, komandan pejuang Front Perlawanan dan rekan-rekannya," ujar Mayjen Bagheri.

"Mereka menanam di Palestina, yang telah berubah menjadi pohon cahaya, yang melawan dan akan menghancurkan Zionis," tegasnya.

Mayor Jenderal Bagheri juga menekankan bahwa Syahid Soleimani akan menjadi contoh yang baik tidak hanya bagi pemuda dan rakyat Iran, tetapi juga bagi semua pembela kebebasan dan keadilan di dunia.

Menhan Iran: Rakyat Kawasan akan Saksikan Keruntuhan Rezim Zionis

Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Islam Iran Brigadir Jenderal Mohammad Reza Gharaei Ashtiani mengatakan, masyarakat di kawasan akan menyaksikan bahwa rezim Zionis Israel akan runtuh sepenuhnya dan keamanan nyata akan kembali ke kawasan Asia Barat.

"Operasi Badai al-Aqsa menyebabkan sistem rezim Israel secara resmi telah hancur di berbagai dimensi, termasuk politik, militer, dan bidang-bidang lainnya," kata Reza Ashtiani ketika berbicara mengenai perang masa mendatang di Jalur Gaza, seperti dikutip ISNA, Jumat (24/11/2023).

Dia menyatakan bahwa karena tekanan yang luas dari berbagai negara di bidang politik dan ekonomi, rezim Zionis dan pendukungnya akhirnya terpaksa menerima gencatan senjata.

"Para pejabat Amerika Serikat (AS) sangat merasakan bahaya bahwa rezim Zionis sedang menuju ke arah keruntuhan sepenuhnya, oleh karena itu, mereka mendukung rezim ini, dan beberapa negara Eropa juga mengikuti AS dalam mendukung rezim Zionis," jelasnya.

Menhan Iran menuturkan, kehadiran AS dan beberapa negara Eropa di kawasan akan menimbulkan reaksi dari seluruh kawasan, termasuk masyarakat revolusioner di kawasan dan poros perlawanan, karena kawasan ini merupakan kawasan sensitif, dan dunia terfokus pada kawasan yang merupakan jalur transmisi energi ini sehingga perekonomian dunia bergantung padanya.

Akhirnya, setelah hampir 50 hari serangan udara membabi buta Israel ke Gaza, gencatan senjata sementara selama empat hari telah ditetapkan.

Menurut rencana, gencatan senjata akan dilaksanakan pada hari Kamis pukul 10.00 waktu setempat, namun karena masalah teknis dan logistik, gencatan senjata tersebut dilaksanakan dengan penundaan satu hari, yang akhirnya  dimulai pada hari Jumat (24/11/2023) di Gaza.

Berdasarkan gencatan senjata selama 4 hari, tindakan militer kedua belah pihak harus dihentikan. Setiap tahanan Israel akan ditukar dengan 3 tahanan perempuan dan anak-anak Palestina.

Menurut rencana, setiap hari 200 kontainer berisi bahan makanan dan peralatan medis akan didistribusikan ke seluruh daerah di Gaza

Iran Mengutuk Kejahatan Pembunuhan Zionis di Sekolah Al-Fakhoora

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran mengutuk keras tindakan rezim Zionis yang membunuh anak-anak dalam pembunuhan kriminal, gila dan brutal terhadap ratusan warga Palestina di sekolah Al-Fakhoora dan Tal Zaatar di Jabalia.

Menurut laporan IRNA, Nasser Kanaani, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran  mengatakan pada Sabtu (18/11/2023) malam, Sayangnya, di bawah bayang-bayang kelambanan negara-negara di dunia dan forum internasional mengenai genosida rakyat Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, rezim penjarah Zionis melakukan kejahatan perang dan pembunuhan massal baru terhadap warga negara, perempuan dan anak-anak Palestina setiap hari di rumah, pemukiman dan tempat akomodasi sementara bagi pengungsi dan pencari suaka.

Jubir Kemlu Iran menyerukan tanggung jawab komunitas internasional dan khususnya tindakan segera dan pencegahan dari negara-negara Islam terhadap genosida yang terbuka dan disengaja oleh rezim kriminal Israel terhadap rakyat Palestina yang tertindas dan tidak berdaya.

Sementara itu, Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada Sabtu (18/11) malam, pasca kejahatan biadab rezim Zionis di sekolah-sekolah tempat pengungsi sipil menetap, khususnya dua sekolah Fakhoora dan Tal Zaatar, hanya beberapa jam setelah evakuasi orang sakit dan terluka dari Rumah Sakit Shifa, melakukan pembicaraan telepon dengan sejumlah pemimpin dan otoritas regional dan internasional melalui telepon dan menyerukan tindakan serius untuk menghentikan pembunuhan terhadap bangsa Palestina.

Dalam seruannya, Haniyeh menekankan pentingnya mengadakan pertemuan darurat komite untuk menindaklanjuti hasil pertemuan para kepala negara Arab dan Islam yang baru-baru ini diadakan di Riyadh, dan menuntut pelaksanaan keputusan pertemuan tersebut mengenai penghentian perang terhadap Jalur Gaza dan mematahkan pengepungan wilayah ini.

 

Tags