Kehadiran Qaani, Tembakan terhadap Mesin Berita Bohong Barat
(last modified Thu, 17 Oct 2024 04:46:08 GMT )
Okt 17, 2024 11:46 Asia/Jakarta
  • Kehadiran Qaani, Tembakan terhadap Mesin Berita Bohong Barat

Kehadiran Komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menghadiri upacara publik membuat perang psikologis media Barat gagal total.

Tehran, Parstoday- Surat kabar internasional Tehran Times menulis dalam sebuah artikel yang menganalisis perilaku media barat dalam berita tentang Jenderal Qaani dengan menegaskan bahwa netralitas dan kejujuran menjadi pilar utama jurnalisme yang bertanggung jawab.Namun, di media Barat, sikap tebang pilih yang terang-terangan dari rezim Israel dan komitmen yang tidak perlu dipertanyakan lagi terhadap kepentingan-kepentingannya dengan resiko apa pun, semakin terlihat jelas dibandingkan sebelumnya.

Media Barat telah menjadi aktor aktif dalam menutupi wajah rezim Zionis yang melakukan tindakan melawan kemanusiaan yang tidak terbayangkan. Tren memalukan ini, yang dulunya dibatasi oleh setidaknya sedikit etika jurnalistik, kini telah berkembang menjadi pemalsuan berita. Bahkan prinsip sederhana untuk menghindari kebohongan yang terang-terangan dan berulang-ulang telah ditinggalkan dalam satu tahun terakhir.

Sejak 7 Oktober 2023, internet penuh dengan cerita palsu tentang Hamas, Palestina, Lebanon, dan Iran. Di antara cerita-cerita palsu tersebut, terdapat klaim-klaim mengerikan seperti pemenggalan kepala bayi Israel oleh Hamas, pemboman Rumah Sakit al-Arabi al-Ahli, dan penggunaan situs sipil sebagai perisai pertahanan. Namun cerita-cerita terkenal ini mungkin tampak masuk akal dibandingkan dengan klaim konyol yang terdengar dalam beberapa pekan terakhir tentang keberadaan dan status kesehatan komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Islam.

Pada awalnya, dilaporkan bahwa Jenderal Ismail Qaani gugur dalam serangan udara Israel terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di selatan Beirut, yang menyebabkan syahidnya Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayid Hassan Nasrullah belum lama ini. IRGC mengonfirmasi bahwa salah satu komandan seniornya, Nilforoshan juga gugur dalam serangan ini.

Setelah jenazah korban serangan Israel ini teridentifikasi, media Barat menerbitkan gelombang baru informasi palsu. Mereka mengklaim bahwa Sardar Qaani terluka parah dalam serangan ini, namun selamat. Kabar palsu ini kemudian diperkuat dengan klaim bahwa komandan Pasukan Quds telah kembali ke Tehran dengan pesawat Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, yang melakukan perjalanan singkat ke Beirut.

Ketika seorang pejabat tinggi IRGC akhirnya bereaksi terhadap rumor tentang kesehatan Qaani dan dengan tegas menyangkal kesyahidan atau cederanya, media Barat terpaksa mengarang kebohongan lain. Kali ini, cerita fiksi tersebut datang dari situs berita Middle East Eye, sebuah situs berbasis di Inggris yang konon disponsori oleh pemerintah Qatar.

Seorang jurnalis Irak, yang dikenal karena sikapnya yang bermusuhan terhadap perlawanan, melaporkan pada 10 Oktober bahwa sepuluh sumber di Teheran, Beirut dan Baghdad mengatakan bahwa Qaani di bawah perlindungan, dan karena perannya dalam pelanggaran intelijen yang menyebabkan Sayyid Hassan Nasrullah dibunuh, dia sedang diinterogasi.

Media lain juga melangkah lebih jauh dengan mengklaim bahwa Qaani menderita serangan jantung selama interogasi. Namun sang komandan, yang dilaporkan tewas, terluka dan ditangkap hanya dalam waktu dua pekan muncul dalam sebuah upacara publik pada hari Selasa.

Qaani berpartisipasi dalam upacara pemakaman Syahid Nilforoushan bersama rekan-rekannya di IRGC dan pejabat Iran lainnya, dan dia tampak sangat sehat dan tenang. Dia terlihat berdoa dan berbicara dengan hadirin lainnya dan membantah semua klaim yang dibuat oleh media barat dalam beberapa hari terakhir.

Apa yang dilakukan media barat?

Sardar Qaani, seperti pendahulunya, Syahid Soleimani, dikenal kurang terlihat di depan umum dan tidak berinteraksi dengan media. Orang-orang seperti dia biasanya hanya terlihat di acara-acara resmi yang dihadiri seluruh jajaran pejabat Iran. Jadi, sungguh menggelikan sejak awal bahwa media Barat mencoba meragukan keberadaannya dengan menyoroti ketidakhadirannya yang sudah lama terlihat di depan umum.

Said Reza Sadr al-Hosseini, seorang pakar Asia Barat, mengatakan, "Saya pikir selain mencoba melemahkan moral kekuatan perlawanan, media Barat bekerja sama dengan badan intelijen Israel dan Amerika, telah mencoba menjatuhkan Qaani dan aktivitasnya. Sebab, mengumpulkan informasi tentang komandan pasukan perlawanan Quds sangatlah sulit."

Pakar ini memperingatkan bahwa kerja sama yang erat dan berulang-ulang dengan agen mata-mata akan merusak kredibilitas media Barat. Sebuah proses yang sudah dimulai.

Kepercayaan publik terhadap media Barat terkikis dengan cepat. Media seperti Reuters dan The New York Times, yang dahulu dianggap sebagai sumber informasi terpercaya, kini semakin skeptis karena kecenderungan mereka memutarbalikkan kebenaran. Hari-hari dimana publik dunia menerima narasi mereka secara membabi buta akan segera berakhir seiring dengan semakin banyaknya orang yang mencari sumber informasi alternatif.(PH)