Jenderal Iran: Kita tidak Boleh Bersitegang dengan Saudi
Asisten dan Penasihat Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran untuk Urusan Militer, mengatakan Iran tidak boleh bergerak ke arah ketegangan dengan Arab Saudi.
Mayor Jenderal Yahya Rahim Safavi menyampaikan hal itu dalam pidatonya pada konferensi bersama Lembaga Studi Masa Depan Dunia Islam dan Pusat Pendidikan dan Studi Internasional Kementerian Luar Negeri Iran pada Selasa (13/9/2016), seperti dilaporkan televisi al-Alam.
Iran, ujarnya, perlu meningkatkan hubungannya dengan negara-negara seperti Oman, Kuwait dan bahkan Qatar.
Berbicara tentang kompetisi Riyadh dengan Tehran di kawasan, Rahim Safavi menerangkan bahwa dalam bidang geopolitik Teluk Persia, Iran memiliki sebuah rival strategis yaitu Arab Saudi dan negara itu dalam situasi sekarang – dengan menajemen Amerika Serikat atau mungkin rezim Zionis – ingin menciptakan sebuah hubungan yang tegang dengan Iran.
Menurutnya, Saudi memprotes peningkatan bobot geopolitik Iran dan kekalahan-kekalahannya di Suriah, Irak, Lebanon dan bahkan di Yaman dilemparkan ke pundak Iran.
Tehran, tegas Rahim Safavi, sejauh ini memilih menahan diri dalam berurusan dengan Riyadh.
"Selama perang delapan tahun, pemerintah yang paling banyak membantu Irak adalah Saudi dan Kuwait. Mereka menyediakan miliaran dolar untuk Irak dan dana itu dipakai membeli rudal dan bom untuk menyerang Iran. Arab Saudi secara praktis terlibat dalam gugurnya 200 ribu warga Iran," tambahnya.
Rahim Safavi menandaskan bahwa Saudi telah menciptakan tragedi besar bagi jemaah haji Iran seperti, tragedi Mina dan terbunuhnya ratusan jemaah Iran di masa lalu.
Meski demikian, lanjutnya, Iran perlu menahan diri dalam berurusan dengan Saudi, karena perdamaian, keamanan dan kekuatan unggul Teluk Persia adalah milik Iran dan hal ini juga disadari oleh AS. (RM)