Sep 16, 2018 16:41 Asia/Jakarta
  • Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran
    Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran

Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran dalam wawancaranya dengan majalah mingguan Der Spiegel mengatakan, Selama Uni Eropa tetap menunjukkan sikap pasif menanggapi keluarnya Amerika Serikat dari Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), kemungkinan peningkatan pengayaan uranium semakin besar.

"Bila Uni Eropa tetap menunjukkan sikap pasif mereaksi keluarnya Amerika Serikat dari JCPOA, mereka harus menanti dampak dari sikap mereka ini dari pihak Iran," ungkap Zarif yang dipublikasikan Spiegel hari Sabtu (15/9).

Sekarang tidak banyak waktu tersisa untuk bernegosiasi dengan Eropa.

JCPOA

Kamal Kharazi, Ketua Dewan Strategis Hubungan Luar Negeri Republik Islam Iran yang melakukan kunjungan ke Cina, hari Sabtu (15/9) saat bertemu dengan Yang Zhiyamin, Ketua Pusat Studi Internasional Shanghai berbicara mengenai keberlanjutan JCPOA pasca keluarnya Amerika Serikat bahwa telah dilakukan sejumlah negosiasi dengan pihak Eropa dan kesepakatan internasional ini akan berlanjut bila ada jaminan bagi hak Iran.

Eropa di bulan Mei mengusulkan paket dukungan kepada Iran yang berisikan sejumlah komitmen dan harus diimplementasikan sekarang. Menurut Zarif, penting bagi Eropa tidak melakukan ini semata untuk Iran, tapi bagi kedaulatan dan kepentingan jangka panjang ekonominya.

Sekaitan dengan hal ini ada tiga pembahasan kunci:

Pertama, menentukan posisi Eropa dan pihak lain dalam JCPOA terkait sebuah kesepakatan internasional..

Kedua, mengenai sifat damai dari program nuklir Iran yang sekarang dengan proses JCPOA dan kesepakatan yang dihasilkan dengan IAEA pada dasarnya telah berakhir.

Ketiga, adanya penilaian realistis terkait tingkat resistensi Eropa menghadapi tekanan dan arogansi AS.

Berkenaan dengan isu pertama, jelas bahwa penjamin perjanjian nuklir dengan Iran adalah resolusi Dewan Keamanan PBB yang dipatuhi Iran, tetapi Amerika Serikat telah mengambil tindakan terhadapnya. Sekarang, Amerika sedang mencoba untuk melintasi garis merah ini dan meminta pihak lain untuk melanggar hukum internasional. Dalam keadaan seperti itu, poin 36 dari resolusi DK-PBB bernomor 2231 mengizinkan Iran mengurangi tingkat kepatuhan tanpa keluar dari kesepakatan, dimana peningkatan pengayaan uranium dapat menjadi salah satunya.

Adapun masalah kedua terkait kekhawatiran tentang konten JCPOA dan kemungkinan yang disampaikan Amerika Serikat soal upaya Iran untuk mencapai senjata nuklir jelas hanya sekedar klaim dan alasan. Karena 12 laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), dimana dua laporannya disampaikan pasca keluarnya AS dari JCPOA menunjukkan Iran komitmen menjalankan kewajibannya terkait JCPOA dan klaim Amerika Serikat tidak kredibel.

Tetapi sehubungan dengan pembahasan ketiga yang sebenarnya mencakup komitmen Eropa untuk mempertahankan JCPOA. Pertanyaannya adalah, apakah Eropa ingin perusahaan Eropa mematuhi hukum Eropa atau terikat dengan hukum Amerika ataukah berada di bawah dikte AS?

Maja Kocijancic, Jurubicara Uni Eropa dalam hal ini mengatakan bahwa upaya untuk melanjutkan kerjasama dengan Iran di sektor penting ekonomi termasuk minyak masih berlanjut. Namun, Jurubicara Menteri Keuangan Perancis mengatakan bahwa masih belum ada keputusan politik untuk menciptakan fasilitas keuangan independen, tetapi ada percepatan dalam hal itu. Sementara Kementerian Keuangan Jerman menyatakan, konsultasi dalam hal ini terus dilakukan secara intensif dan ada berbagai opsi dari berbagai contoh proyek yang diusulkan.

Bendera Amerika Serikat

Tentunya, dalam situasi saat ini, seseorang tidak dapat berharap untuk bertindak sepihak dalam komitmen multilateral. Eropa harus memutuskan apakah mereka siap untuk melakukan apa yang diucapkan atau bahwa mereka sudah merasa kalah sebelum November menghadapi kebijakan Trump terkait JCPOA.

Tags