Upaya AS Merusak Stabilitas Pasar Minyak Dunia
(last modified Wed, 17 Oct 2018 06:28:02 GMT )
Okt 17, 2018 13:28 Asia/Jakarta
  • Sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran akan berlaku pada 4 November 2018.
    Sanksi AS terhadap ekspor minyak Iran akan berlaku pada 4 November 2018.

Harga minyak naik melebihi 80 dolar per barel selama beberapa pekan terakhir. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menuding OPEC bertanggung jawab atas lonjakan harga minyak dan harus menambah pasokan.

Namun, Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zangeneh menganggap AS bertanggung jawab atas ketidakstabilan pasar minyak.

Berbicara kepada wartawan di sela-sela The 4th Iranian Petroleum and Energy Club Congress & Exhibition di Tehran, Zangeneh mengatakan langkah terbaik untuk mencegah kenaikan harga dan menstabilkan pasar adalah tidak mengejar sanksi Iran.

Menurutnya, Cina dan negara-negara Eropa sebagai konsumen utama minyak akan dirugikan dari kenaikan harga. "Iran atau OPEC tidak bertanggung jawab dalam hal ini. Iran ingin memacu produksi, tetapi AS menciptakan hambatan," tegasnya.

Iran dan Rusia baru-baru ini melakukan pembicaraan untuk membahas kondisi pasar minyak dunia. Fokus utama kedua pihak adalah masalah pemenuhan permintaan energi yang terus tumbuh di seluruh dunia dan mencegah ketegangan lebih lanjut di pasar minyak.

Bijan Namdar Zangeneh dan mitranya dari Rusia, Alexander Novak dalam pertemuan Senin kemarin di Moskow, menekankan peran negara-negara produsen minyak dalam menstabilkan harga.

Novak meminta seluruh negara anggota OPEC dan non-anggota untuk berkomitmen pada kuota yang sudah disepakati. Menurutnya, kepatuhan negara produsen minyak pada kuota mereka akan menciptakan stabilitas di pasar minyak.

"Langkah ini juga akan memenuhi kepentingan para produsen dan konsumen serta memberikan keamanan investasi," ujarnya.

Bijan Namdar Zangeneh.

AS sedang membujuk negara-negara produsen minyak untuk bergabung dalam sanksi Iran. Padahal, para produsen anggota OPEC dan non-anggota harus mematuhi kuota produksi dan tidak memompa minyak melebihi jatahnya.

Berdasarkan deklarasi 174 OPEC dan kesepakatan lain, negara-negara produsen minyak berkomitmen untuk memelihara kesepakatan global tentang pengurangan produksi.

Di samping itu, negara manapun termasuk Arab Saudi tidak memiliki kapasitas untuk menambah kuota produksi. Demi menutupi kekurangan pasokan di pasar dunia, Saudi sedang menggunakan cadangan minyaknya dan tidak diketahui sampai kapan langkah ini bisa bertahan.

Amrita Sen, analis dari Institut Energi Aspects percaya bahwa secara teori, Arab Saudi punya kemampuan untuk melakukan itu, tetapi untuk menggenjot produksi dan mencapai angka 12 juta barel per hari, negara itu membutuhkan banyak biaya dan paling sedikit memerlukan waktu satu tahun.

Mengenai masa depan kesepakatan pengurangan produksi, Sekjen OPEC Mohammed Barkindo kepada media Bloomberg, menuturkan tidak ada alternatif lain kecuali melembagakan dan melanjutkan kerjasama antara negara-negara anggota dan non-anggota. Industri perminyakan membutuhkan kerjasama ini.

Oleh karena itu, semua negara produsen minyak harus berkomitmen terhadap kesepakatan dan keputusan yang sudah dibuat di Wina. Mereka diharapkan tidak mengambil langkah-langkah yang merusak kekompakan dan kemandirian OPEC.

Jelas bahwa stabilitas di pasar minyak tergantung pada komitmen semua pihak dan menghindari politisasi produksi. (RM)

Tags