Khutbah Jumat di Tehran, 26 Juli 2019
(last modified Sat, 27 Jul 2019 08:43:50 GMT )
Jul 27, 2019 15:43 Asia/Jakarta

Ayatullah Sayid Ahmad Khatami menjadi Khatib Shalat Jumat di Tehran, ibu kota Republik Islam Iran pada pekan ini.

Ayatullah Khatami dalam khutbahnya mengatakan, pembajakan Inggris terhadap kapal tanker Republik Islam Iran mengingatkan berbagai kejahatan "rubah tua" dan kolonialis lama ini di Iran.

"Pembajakan kapal tanker Iran mengingatkan bangsa negara ini tentang berbagai kejahatan 'rubah tua' dan kolonialis ini di Iran," ujarnya, Jumat, 26 Juli 2019.

Polisi dan agen bea cukai wilayah Gibraltar dibantu oleh pasukan Marinir Inggris telah membajak kapal tanker Iran di Selat Gibraltar pada 4 Juli 2019.

Khatib Shalat Jumat Tehran lebih lanjut mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Intelijen Iran atas keberhasilannya menangkap 17 agen CIA sebelum mereka mengambil tindakan apa pun di dalam negeri.

Di bagian lain khutbahnya, Ayatullah Khatami menyinggung kunjungan delegasi Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) ke Iran yang dipimpin oleh Wakil Ketua Biro Politik Hamas, Saleh al-Arouri dan pertemuan mereka dengan pejabat tinggi Iran dan Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.

Dia mengatakan, rezim Zionis Israel senang dengan dua hal dan berharap dua hal itu akan terwujud: isu Palestina akan dilupakan dan masalah ini akan dianggap sebagai masalah Arab.

Khatib Shalat Jumat Tehran menjelaskan, Pendiri Republik Islam Iran Imam Khomeini ra telah menetapkan Hari al-Quds Sedunia, sehingga isu Palestina tidak dilupakan.

"Dalam pertemuan ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam mengatakan bahwa Republik Islam Iran serius dalam masalah Palestina dan tidak basa-basi terkait hal ini," tegasnya.

Ayatullah Sayid Khatami menegaskan, Republik Islam Iran dan penuntut kebebasan dunia menilai Kesepakatan Abad sebagai pengkhianatan abad ini dan akan bediri dan melawannya.

Berdasarkan kesepakatan abad, Baitul Maqdis akan diserahkan kepada Israel, pengungsi Palestina di negara lain tidak berhak kembali ke tanah airnya, dan Palestina hanya terdiri dari wilayah yang tersisa di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Di bagian akhir, Khatib Jumat Tehran juga mengecam penahanan ilegal yang terus berlanjut terhadap Pemimpin Gerakan Islam di Nigeria (IMN) Sheikh Ibrahim Zakzaky oleh pemerintah negara itu.

Dia menuturkan, Iran akan menerima ulama Nigeria itu dengan tangan terbuka untuk perawatan medisnya karena beliau dalam kondisi kritis.

Sheikh Zakzaky telah ditahan sejak Desember 2015 setelah serangan mematikan oleh pasukan negara itu di kediamannya di negara bagian Kaduna, utara Nigeria.

Tentara Nigeria menembaki demonstran dan menewaskan setidaknya satu orang. Dua orang juga mengalami luka parah akibat ditembak di dada.

Insiden itu terjadi setelah hampir seminggu ini polisi Nigeria menggunakan peluru tajam dan gas air mata untuk membubarkan demonstran yang menyerukan pembebasan Sheikh Zakzaky.

Sheikh Zakzaky telah kehilangan penglihatan kirinya ketika pasukan Nigeria menyerbu kota Zaria di utara negara ini lebih dari tiga tahun lalu.

Istrinya juga mengalami luka serius, sementara lebih dari 300 pendukungnya, dan tiga putranya gugur syahid akibat kekerasan pasukan pemerintah.

Ulama besar Nigeria itu telah ditahan bersama istrinya dan sejumlah besar pendukungnya sejak saat itu.

Pada tahun 2016, pengadilan tinggi federal Nigeria memerintahkan pembebasannya tanpa syarat dari penjara tetapi pemerintah sejauh ini menolak untuk membebaskannya.

Menurut Tim hukumnya, Sheik Zakzaky menderita masalah kesehatan yang memerlukan perawatan medis mendesak di luar negeri tetapi pengadilan tinggi negara di Kaduna telah menolak permintaan tersebut. (RA)

Tags