Zarif: Pompeo ingin Menjadi Mitra JCPOA Pasca Kegagalan "Tekanan Maksimum"
-
Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran
Menteri Luar Negeri Iran menyebut keputusan Amerika Serikat untuk kembali pada kesepakatan JCPOA sebagai hasil dari kegagalan memalukan kebijakan tekanan maksimumnya terhadap Republik Islam.
Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran hari Senin (27/04/2020) sore di laman Twitter-nya menulis, "Dua tahun lalu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo dan presidennya mengumumkan "penghentian partisipasi AS" di Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) dengan khayalan bahwa "tekanan maksimum" mereka akan membuat Iran bertekuk lutut."

Zarif menjelaskan bahwa Pompeo, setelah kekalahan memalukan dari tekanan maksimum, sekarang ingin menjadi mitra JCPOA seraya menekankan, "Berhentilah bermimpi. Bangsa Iran selalu menentukan nasibnya sendiri."
The New York Times pada Minggu (26/04/2020) malam mengungkapkan dalam sebuah laporan bahwa Amerika Serikat berusaha untuk memperpanjang embargo senjata Iran, yang telah dicabut berdasarkan perjanjian JCPOA pada 18 Oktober tahun ini.
Menurut laporan koran ini, untuk memajukan rencana strategis AS, Pompeo telah menyusun rencana di mana Amerika Serikat mengklaim bahwa sampai saat ini masih hadir sebagai mitra pemerintah dalam kesepakatan nuklir secara hukum, tetapi rencana itu pada dasarnya untuk mengembalikan sanksi PBB anti-Iran yang telah dibatalkan sejak perjanjian nuklir 2015.
Embargo senjata Iran yang ditetapkan Dewan Keamanan PBB diberlakukan pada 2006 dan 2007 untuk melarang penjualan senjata ke Iran dan ekspor senjata dari Iran.
Setelah perjanjian JCPOA, embargo ini dibatalkan pada 18 Oktober 2020 dan setelah laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang mengkonfirmasi bahwa program nuklir Iran damai.