Pengokohan Militer; Strategi Vital Jaga Keamanan dan Lawan Ancaman
-
Kapal tempur AL IRGC
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei saat bertemu dengan para komandan AU dan unit anti udara Ahad (7/2/2021) dalam memperingati baiat bersejarah AU dengan Imam Khomeini pada 19 Bahman 1357 Hs menilai salah satu manifestasi produksi kekuatan adalah memperkokoh militer sesuai dengan kebutuhan regional dan internasional.
Sekaitan dengan ini, Rahbar seraya memuji manuver terbaru angkatan bersenjata menambahkan, manuver seperti ini, di kondisi sanksi, sejatinya sebuah jaminan keamanan nasional oleh putra-putra bangsa di angkatan bersenjata dan sangat membanggakan.
Sehubungan dengan gerakan menakjubkan ini, hari Senin digelar acara serah terima 340 unit kapal tempur cepat ke armada AL Sepah Pasdaran dengan dihadiri Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, Mayjen. Mohammad Bagheri, Komandan IRGC, Mayjen. Hossein Salami dan Laksamana Alireze Tangsiri, komandan AL IRGC serta sejumlah petinggi negara di Bandar Abbas. Kapal tempur cepat ini memiliki kemampuan membawa dan menembakkan beragam roket dan peluru kendali.

Kebijakan Republik Islam Iran adalah menghindari konfrontasi dan perang; namun negara ini akan melawan tegas setiap ancaman dengan kemampuan yang dimilikinya.
Urgensitas pengokohan angkatan bersenjata sesuai dengan kebutuhan regional dan internasional dinilai penting dari sisi ini.
Melihat kondisi kawasan menunjukkan bahwa tujuan Amerika adalah menyibukkan Iran dengan beragam ancaman regional. Tujuan ini diambil dengan berbagai langkah seperti membangun koalisi militer di Teluk Persia dan konspirasi normalisasi hubungan rezim Zionis Israel dengan sejumlah pemimpin Arab di kawasan serta menyeret Israel ke kawasan.
Ayatullah Khamenei di pidatonya juga mengingatkan masalah ini bahwa kesalahan terbesar sejumlah negara kawasan adalah menggantungkan keamanan nasionalnya kepada pihak asing dan meski mereka membelanjakan miliaran dolar serta dihina dan juga mendengar pelecehan, pada akhirnya keamanan mereka tetap tidak terjamin; sama seperti di kasus beberapa tahun lalu Mesir dan Tunisia atau nasib Mohammad Reza Pahlevi.
Kehadiran kekuatan trans-regional di Teluk Persia, dengan nama dan gelar apapun, adalah penyebab ketegangan dan krisis dan ancaman nyata bagi keamanan kawasan. Sejarah Teluk Persia menunjukkan bahwa kehadiran orang asing di wilayah ini tidak ada hasilnya selain perang, yang menimbulkan perpecahan, perbedaan dan ketidakamanan. Dalam gerakan destruktif ini, mereka bahkan berupaya mengubah identitas sejarah dan mendistorsi nama Teluk Persia.
Pembentukan aliansi militer pimpinan AS di Teluk Persia dan Laut Oman sebenarnya merupakan langkah untuk menggoyahkan Teluk Persia dan Laut Oman. Amerika Serikat, rezim Zionis, dan beberapa negara Eropa, seperti Prancis dan Inggris, bersama dengan sejumlah perusahaan senjata, berusaha mencapai tujuan mereka dengan menghancurkan kekuatan defensif dan pertahanan Republik Islam.
Namun demikian dewasa ini upaya mereka mulai pudar khususnya dalam menghadapi kekuatan angkatan bersenjata Iran termasuk angkatan laut strategis negara ini. Republik Islam Iran secara praktis menunjukkan bahwa tidak akan memberi peluang kepada pengobar instabilitas keamanan nasional dan dengan tegas melawan setiap ancaman. (MF)