Dinamika Asia Tenggara, 20 Mei 2023
(last modified 2023-05-20T05:01:20+00:00 )
May 20, 2023 12:01 Asia/Jakarta
  • Pemilu di Thailand
    Pemilu di Thailand

Perkembangan di negara-negara Asia Tenggara pekan lalu diwarnai sejumlah isu penting di antaranya; Partai Oposisi Thailand Bertemu Bahas Koalisi.

Selain itu, masih ada isu lain seperti;

  • Indonesia Perkuat Strategi Penanganan Terorisme di ASEAN
  • Lagi, Malaysia Laporkan 14 Kasus Baru Heatstroke! Satu Orang Meninggal
  • ASEAN Siap Kirim Bantuan bagi Korban Topan Mocha di Myanmar
  • Panglima militer Filipina kunjungi pulau terpencil dekat Spratly
  • Banyak Muslim Rohingya tewas akibat Topan Mocha

Partai Oposisi Thailand Bertemu Bahas Koalisi

Partai-partai oposisi Thailand, yang mengalahkan aliansi militer dalam pemilihan pekan ini, bertemu untuk membahas koalisi pada Rabu ketika Partai Move Forward yang meraih suara terbanyak berencana membentuk pemerintahan.

Ketua Move Forward Pita Limjaroenrat

Reuters melaporkan, Ketua Move Forward Pita Limjaroenrat terlihat menyambut para petinggi dari lima partai lain di sebuah restoran di Bangkok sebelum mengantar mereka ke lantai atas untuk berbicara secara tertutup.

Pemilihan pada Minggu menempatkan Move Forward di urutan pertama dari partai-partai oposisi lain, yang menjadi pukulan besar bagi partai-partai pro-militer pimpinan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha.

Pita dan lima partai oposisi lain pada awal minggu ini menyatakan bahwa koalisi mereka dapat menguasai sekitar 310 dari 500 kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Partai-partai yang telah didekati Pita adalah Pheu Thai, Thai Sang Thai, Prachachart, Seri Ruam Thai dan Fair.

Pheu Thai, yang memenangi lima pemilihan umum terakhir tetapi selalu dijatuhkan dari kekuasaan, menurut perkiraan terakhir meraih 141 kursi, hanya 10 kursi lebih sedikit dari Move Forward.

Namun, konstitusi yang dirancang militer mensyaratkan lebih dari separuh jumlah suara dalam sidang gabungan legislatif bikameral agar Pita menjadi perdana menteri.

Dia membutuhkan suara dari partai-partai pemerintah atau 250 orang anggota senat tidak dipilih, yang pernah mendukung Prayuth dan kubu konservatif.

Analis memperkirakan pembicaraan dan negosiasi akan berlangsung hingga berbulan-bulan saat partai-partai berkoalisi untuk membentuk pemerintahan.

Pada Rabu, sejumlah warga Thailand mempertanyakan peran senat dalam pemilihan perdana menteri. Mereka menanyakan "mengapa kita membutuhkan senat" di media-media sosial seperti Twitter.

Pejabat senior Pheu Thai mendesak partai lain untuk mendukung Pita menjadi perdana menteri.

Indonesia Perkuat Strategi Penanganan Terorisme di ASEAN

Indonesia terus memperkuat strategi mengatasi terorisme dan ekstremisme berbasis kekerasan bersama mitra serta negara-negara ASEAN melalui forum kelompok kerja Senior Official Meeting on Transnational Crime (SOMTC) Working Group on Counter Terorism (WG on CT) ke-19.

Bendera Indonesia

Situs Antara melaporkan, Deputi Kerja Sama internasional Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Andhika Chrisnayudanto saat ditemui di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis mengatakan pertemuan SOMTC pada dasarnya meningkatkan kerja sama negara-negara ASEAN dalam penanggulangan terorisme terlebih pada pencegahan, penegakan hukum dalam menindak terorisme, serta menggerakkan kerja sama dengan mitra ASEAN.

"Ini merupakan pertemuan tahunan kebetulan Indonesia adalah ketua di ASEAN dalam rangka penanggulangan terorisme, sehingga setiap tahun Indonesia dibebankan tugas untuk menjadi ketua dalam working group yang terkait dengan penanggulangan terorisme ini," kata dia.

Andhika mengatakan pertemuan tersebut penting dan mendesak mengingat terorisme merupakan kejahatan terorganisasi secara transnasional yang membutuhkan kerja sama juga melibatkan kawasan di luar negara-negara ASEAN.

Menurut keterangan Andhika, pertemuan yang juga melibatkan Divisi Hubungan Internasional Kepolisian Republik Indonesia tersebut merupakan forum bagi anggota ASEAN untuk mempresentasikan pembaruan strategi nasional dan upaya dalam pemberantasan terorisme di negara masing-masing maupun di level kawasan.

Selain itu, pertemuan tersebut memberikan peluang bagi negara-negara ASEAN untuk bertukar wawasan, pengalaman, praktik terbaik hingga hambatan yang dihadapi, serta diskusi mengenai implementasi dan rencana ke depan dokumen-dokumen ASEAN terkait pemberantasan terorisme.

Salah satu dokumen penting yang dibahas dalam forum tersebut adalah Bali Work Plan 2019-2025 yang telah disahkan melalui Asean Ministrial Meeting di Bangkok pada tahun 2019 yang isinya terkait upaya pencegahan dan penanggulangan radikalisme dan ekstremisme berbasis kekerasan khususnya di kawasan ASEAN.

"Bali Work Plan ini sekitar 100 aktivitas yang akan dijalankan bersama. Salah satu hal yang menarik dari Bali Work Plan ini dia tidak hanya di satu sektoral saja, tetapi dilaksanakan pada sektor ASEAN lainnya. Kalo kita lihat ASEAN itu dibagi dalam tiga pilar utama politik dan keamanan, ekonomi dan sosial budaya. Kebetulan Bali Work Plan ini crosspilar. Jadi daya kerja dia bukan hanya di sisi politik dan keamanan saja, tetapi juga berpengaruh pada sosial budaya," kata Andhika

Menurut Andhika di bawah sektoral sosial budaya tersebut nantinya melengkapi pelaksanaan forum Senior Official Meeting of Education. Forum tersebut akan membahas peningkatan atau pencegahan paham ekstremisme berbasis kekerasan di dalam lembaga-lembaga pendidikan.

Selain itu, kata Andhika pertemuan Kelompok Kerja ASEAN SOMTC terkait pemberantasan terorisme ke-19 menjadi tonggak penting dalam upaya bersama negara-negara ASEAN dalam mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh terorisme sekaligus juga persiapan untuk dialog pemberantasan terorisme antara ASEAN dengan Australia pada 18 Mei 2023.

"Melalui kolaborasi yang berkelanjutan dan pertukaran pengetahuan dan pengalaman, negara-negara anggota ASEAN berkomitmen untuk memerangi terorisme dan menjaga keselamatan dan keamanan wilayah," katanya.

Hasil dari pertemuan tersebut nantinya akan dibawa ke pertemuan Pejabat Senior ASEAN yang menangani kejahatan lintas negara atau biasa disebut ASEAN SOMTC (Senior Officials Meeting on Transnational Crime) yang akan diselenggarakan pada 19-23 Juni 2023 di Jogjakarta.

Selanjutnya hasil pertemuan tersebut juga akan dilaporkan ke forum pertemuan Menteri-Menteri ASEAN yang menangani kejahatan Lintas Negara atau yang biasa disebut AMMTC (ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime) yang rencananya akan dilaksanakan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Agustus 2023 yang akan dipimpin langsung oleh Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.

Lagi, Malaysia Laporkan 14 Kasus Baru Heatstroke! Satu Orang Meninggal

Wakil Menteri Kesehatan Malaysia Lukanisman Awang Sauni melaporkan total 14 kasus sengatan panas atau heatstroke. Namun, pihaknya meyakini bahwa kondisi ini masih dapat terkendali.

Cuaca panas

"Hingga kemarin sudah ada 14 kasus namun situasinya masih terkendali dan dapat tertampung di fasilitas kesehatan nasional," jelas Lukanisman Awang Sauni yang dikutip dari World of Buzz, Selasa (16/5/2023).

Kasus heatstroke ini dilaporkan di beberapa wilayah di Malaysia hingga 12 Mei, yakni:

6 kasus di Kelantan

5 kasus di Sarawak

3 kasus di Sabah

Sebanyak 7 kasus dialami oleh orang dewasa. Dari 14 kasus heatstroke, 13 di antaranya sembuh. Namun, satu korban yakni bocah laki-laki berusia 11 tahun meninggal dunia.

Pemerintah Malaysia memperkirakan jumlah korban akibat heatstroke ini masih akan terus meningkat. Sebab, cuaca panas ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga bulan Agustus mendatang.

Maka dari itu, pemerintah mempersiapkan warga dan bekerja sama dengan kementerian serta lembaga lain seperti Kementerian Komunikasi dan Digital (KKD) untuk menyebarkan informasi ini melalui televisi dan media sosial.

Departemen Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) juga mengidentifikasi titik panas agar dapat menyiapkan fasilitas kesehatan yang memadai.

"Saat ini situasi terkendali, dan fasilitas Kemenkes serta rumah sakit siap menerima semua kasus seperti korban sengatan panas dan yang menderita heat cramps," katanya.

Selain itu, pemerintah Malaysia juga meminta agar para orang tua untuk tidak cemas. Namun, mereka perlu melakukan pencegahan yang tepat untuk memastikan anak-anak mereka agar mendapatkan asupan cairan yang cukup dan tidak beraktivitas berlebihan.

ASEAN Siap Kirim Bantuan bagi Korban Topan Mocha di Myanmar

Negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) siap mendukung upaya penanggulangan bencana dan pengiriman bantuan kemanusiaan kepada rakyat Myanmar yang terdampak Topan Mocha.

Kesiapan itu dinyatakan para Menteri Luar Negeri ASEAN melalui pernyataan bersama pada Senin (15/5), sebagai tanggapan atas Siklon Mocha yang terjadi di Myanmar akhir pekan ini.

ASEAN

"...termasuk pengerahan Tim Tanggap dan Penilai Darurat ASEAN (ERAT) untuk melakukan penilaian cepat, mendukung logistik darurat, dan mengumpulkan informasi di lapangan," demikian bunyi pernyataan tersebut, seperti dikutip dari laman Sekretariat ASEAN, Selasa.

ASEAN juga mendorong Myanmar mengaktifkan peran Sekretaris Jenderal ASEAN sebagai Koordinator Bantuan Kemanusiaan ASEAN (SG AHAC) untuk mengawasi koordinasi secara keseluruhan, dengan bantuan dari Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan dan Penanggulangan Bencana (AHA Centre).

Para Menlu ASEAN juga menyatakan solidaritas organisasi regional itu bersama masyarakat Myanmar yang terdampak, dan menegaskan kembali pentingnya pemenuhan prioritas dan kebutuhan mendesak warga Myanmar melalui pendekatan "Satu ASEAN Satu Respons".

Topan Mocha yang melanda pada Minggu (14/5) telah menewaskan banyak Muslim Rohingya di Myanmar, menurut laporan Reuters yang mengutip para warga, organisasi pemberi bantuan, dan saluran media pada Selasa.

Negara Bagian Rakhine di Myanmar menjadi titik dengan kerusakan terberat akibat badai tropis tersebut. Badai dengan kecepatan angin mencapai 210 kilometer per jam itu telah merusak atap-atap rumah.

Portal berita Myanmar Now, dengan mengutip warga, mengatakan ada 22 warga Rohingya yang tewas akibat badai tersebut.

Media pemerintah Myanmar pada Selasa tidak menyebutkan jumlah korban, tetapi mengatakan pemimpin junta Min Aung Hlaing telah mengunjungi Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine, untuk menaksir kerusakan, menyalurkan dana, serta memberikan instruksi penanganan.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan sekitar enam juta orang di kawasan itu membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum badai terjadi, termasuk di antaranya 1,2 juta orang yang telantar akibat konflik etnis.

Topan Mocha menjadi salah satu badai terhebat yang pernah terjadi sejak Topan Nargis melanda bagian selatan Myanmar pada 2008 silam yang menewaskan hampir 140.000 orang.

Panglima militer Filipina kunjungi pulau terpencil dekat Spratly

Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Andres Castor Centino pada Kamis menyebut kehadiran kontingen kecil pasukan angkatan laut negara itu di sebuah pulau terpencil di provinsi Palawan dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut China Selatan, adalah untuk memastikan perdamaian.

Kepada sekelompok perwira angkatan laut Filipina di pulau yang dia kunjungi hari ini tersebut, Centino juga menyatakan pasukan kontingen kecil ini berperan "sangat penting" dalam menjaga perairan Filipina dari penyusup.

Centino meyakinkan para perwira itu bahwa mereka akan mendapatkan tambahan sumber daya dan pasukan yang lebih banyak saat Filipina mengalihkan fokus dari keamanan dalam negeri ke pertahanan teritorial.

"Kita mesti memastikan bahwa kita dikerahkan di mana kita dibutuhkan. Di Palawan, kita dibutuhkan di sini karena ini lokasi yang strategis, jadi kita harus siap," kata Centino setelah makan bersama dengan pasukannya dalam satu meja berlapis daun pisang yang menyajikan kepiting, ayam, nasi, buah-buahan dan babi panggang.

Kunjungan Centino ke pangkalan angkatan laut Narciso del Rosario itu adalah kunjungan keduanya di gugusan pulau Balabac, di mana dia juga menginspeksi sebuah pangkalan angkatan udara Filipina seluas 300 hektare.

Pangkalan angkatan udara Balabac yang lokasinya disebut Centino "sangat strategis" itu adalah salah satu dari empat lokasi baru yang sejak Februari lalu boleh diakses militer Amerika Serikat.

Filipina memberikan akses kepada Amerika Serikat berdasarkan pakta pertahanan 2014 yang saat itu terbentuk karena kekhawatiran atas aksi China di Laut China Selatan dan ketegangan di sekitar Taiwan.

Perjanjian Kerjasama Pertahanan Yang Diperluas (EDCA) 2014 itu membuat Filipina dan AS bisa menggelar latihan bersama, prapenempatan peralatan dan membangun fasilitas-fasilitas seperti landasan pacu, penyimpanan bahan bakar dan tangsi militer, tetapi bukan merupakan kehadiran permanen.

Sejumlah pejabat pemerintah daerah menyatakan keberatan atas perluasan EDCA, tetapi Billy Adriano, warga Balabac, menyambut baik hal itu karena bisa meningkatkan keamanan negara.

Manila tengah membangun sebuah landas pacu sepanjang 3 km di pangkalan udara tersebut, yang juga akan menampung bantuan kemanusiaan dan fasilitas-fasilitas bantuan bencana serta barak yang dapat digunakan Amerika Serikat sesuai kesepakatan EDCA.

Ini dikelilingi oleh pulau-pulau, dan di sinilah kapal asing dari perairan internasional masuk dan melewati SLOC (jalur komunikasi laut) kita,” kata Centino tentang lokasi pangkalan udara tersebut.

Jika kita diharuskan mempertahankan (wilayah kita), maka kita harus bisa mendeteksi dan mengidentifikasi penyusupan,” kata Centino, mengenang sebuah insiden di mana sebuah kapal asing menyelinap ke Laut Sulu dekat Palawan.

Dia tidak mengungkapkan kapal asing itu, tetapi Filipina pada Maret 2022 mengaku telah mendeteksi kapal pengintai angkatan laut China dari Gugusan Kepulauan Cuyo di Laut Sulu di mana kapal perang itu masuk dan bertahan tanpa izin serta tak menggubris perintah pergi dari pihak Filipina.

China menyatakan berdaulat atas hampir seluruh Laut China Selatan dalam batas "sembilan garis putus-putus" di peta yang membentang lebih dari 1.500 km dari daratan China sendiri sampai memotong zona ekonomi eksklusif Vietnam, Filipina, Malaysia, Brunei, dan Indonesia.

Putusan arbitrase internasional pada 2016 menolak garis itu karena tidak memiliki dasar hukum.

"Penting bagi kita untuk melakukan pantauan guna mendeteksi siapa yang masuk dan keluar, apakah itu pasukan yang bermusuhan atau bersahabat," kata Centino.

Banyak Muslim Rohingya tewas akibat Topan Mocha

Topan Mocha yang melanda pada akhir pekan telah menewaskan banyak Muslim Rohingya di Myanmar, menurut para warga, organisasi pemberi bantuan dan sebuah kanal media pada Selasa.

Muslim Rohingya

Negara Bagian Rakhine di Myanmar menjadi titik dengan kerusakan terberat akibat badai tropis tersebut yang terjadi pada Minggu (14/5). Badai dengan kecepatan angin mencapai 210 kilometer per jam itu telah merusak atap-atap rumah.

Organisasi pemberi bantuan non-pemerintah, Partners, mengutip sumber di lapangan, mengatakan di Twitter bahwa ada banyak orang yang tewas dan luka-luka.

Reuters tidak dapat memverifikasi jumlah korban akibat badai tersebut. Namun, media pemerintah Myanmar pada Senin melaporkan ada sebanyak tiga orang tewas.

Kami meningkatkan upaya responsif kami untuk memberikan pasokan bantuan penting seperti beras dan terpal kepada komunitas Rohingya yang terkena dampak Topan Mocha semampu kami,” kata Partners dalam unggahannya di Twitter.

Wilayah Myanmar barat adalah rumah bagi ratusan ribu Rohingya, salah satu kaum minoritas teraniaya yang ditolak dan tidak diakui sebagai warga negara oleh pemerintah Myanmar.

Lebih dari satu juta orang tinggal di kamp-kamp seadanya di negara tetangga Bangladesh, setelah melarikan diri dari penindasan oleh militer dalam beberapa tahun terakhir.

Portal berita Myanmar Now mengatakan ada sebanyak 22 Rohingya yang tewas akibat badai tersebut, mengutip para warga.

Media pemerintah Myanmar pada Selasa tidak menyebutkan jumlah korban, tetapi mengatakan pemimpin junta Min Aung Hlaing telah mengunjungi Sittwe, ibu kota Negara Bagian Rakhine, untuk menaksir kerusakan, menyalurkan uang dan memberikan instruksi tanggapan.

Sebelum badai melanda pada Minggu, sekitar 400.000 orang di Myanmar dan Bangladesh telah dievakuasi.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan sekitar 6 juta orang di kawasan itu membutuhkan bantuan kemanusiaan sebelum badai terjadi, termasuk di antaranya 1,2 juta orang yang terlantar akibat konflik etnis.

Seorang warga di daerah itu, yang menolak disebutkan identitasnya karena khawatir akan keselamatannya, mengatakan kepada Reuters bahwa lebih dari 100 orang Rohingya tewas, berdasarkan kalkulasi dari beberapa desa yang telah dia kunjungi setelah badai terjadi.

"Ada juga begitu banyak orang yang hilang akibat badai. Kami tidak menerima bantuan apa pun sejauh ini," katanya.

Topan Mocha menjadi salah satu badai terhebat yang pernah terjadi sejak Topan Nargis melanda bagian selatan Myanmar pada 2008 silam yang menewaskan hampir 140.000 orang.

 

Tags