Dunia yang Lelah Menanti Seorang Penyelamat
https://parstoday.ir/id/news/religion-i177822-dunia_yang_lelah_menanti_seorang_penyelamat
Pars Today - Manusia saat ini yang lelah dengan kebuntuan ideologi dan ketidakadilan, menantikan seorang juru selamat dan keadilan ilahi lebih dari sebelumnya.
(last modified 2025-10-05T09:59:34+00:00 )
Okt 05, 2025 15:00 Asia/Jakarta
  • Manusia menanti Juru Selamat
    Manusia menanti Juru Selamat

Pars Today - Manusia saat ini yang lelah dengan kebuntuan ideologi dan ketidakadilan, menantikan seorang juru selamat dan keadilan ilahi lebih dari sebelumnya.

Menurut laporan Pars Today, jarang ada periode dalam sejarah di mana masyarakat manusia merasakan kebutuhan sebesar ini akan seorang penyelamat seperti saat ini. Sebuah kebutuhan yang terkadang terbentuk secara sadar di tingkat elit dan terkadang di alam bawah sadar massa.

Kini, setelah mengalami berbagai ideologi dan mazhab, dari komunisme hingga demokrasi liberal Barat, manusia masih belum mencapai kedamaian dan kebahagiaan.

Kemajuan ilmiah yang mencengangkan telah mengubah kehidupan manusia, tetapi belum mampu memuaskan dahaga akan keadilan dan kebahagiaan. Saat ini, dunia penuh dengan kesenjangan kelas, kemiskinan, penyakit, prostitusi, ketidakadilan, dan penyalahgunaan pengetahuan oleh penguasa.

Alih-alih melayani kemanusiaan, sains dalam banyak kasus justru menjadi alat dominasi, pemicu perang, dan penjarahan bangsa. Hasil dari tren ini adalah kelelahan dan kecemasan global serta meningkatnya kebutuhan akan uluran tangan penyelamat. Sebuah kebutuhan yang dijanjikan dalam semua agama dan menemukan maknanya dalam budaya Islam melalui sosok Nabi Muhammad Saw.

Keadilan, Misi Sang Juru Selamat

Dalam ajaran Islam, misi utama Imam Mahdi af tak lain adalah menyebarkan keadilan. Itulah janji ilahi, "Allah akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kesetaraan."

Keadilan ini tidak terbatas pada satu bidang tertentu. Keadilan dalam hal kekuasaan, kekayaan, kesehatan, status manusia, martabat sosial, spiritualitas, dan pertumbuhan, semuanya akan terwujud dalam cahaya kedatangannya kembali.

Keadilan global tidak mungkin terwujud dengan teknologi dan sains yang canggih, melainkan hanya dengan kekuatan ilahi dan bimbingan Imam Maksum.

Menunggu, Melampaui Rasa Kebutuhan

Namun, sekadar merasa perlu saja tidak cukup. Dalam ajaran Islam, kita diminta untuk "menunggu". Sebuah konsep yang melampaui kebutuhan, yang berarti harapan dan keyakinan akan masa depan yang pasti.

Menunggu bukanlah keadaan pasif dengan pasrah, melainkan, sebuah harapan yang membangun dan gerakan dinamis yang diperkenalkan dalam berbagai riwayat sebagai tindakan terbaik.

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Amal terbaik umatku adalah menunggu kemunculan."

Menunggu sesungguhnya menyelamatkan seseorang dari keputusasaan dan kekecewaan serta memberinya kedamaian. Komunitas yang menanti tak pernah putus asa dalam menghadapi masalah hidup dan selalu menantikan pencerahan ilahi.

Menunggu; Persiapan dan Tindakan

Menunggu bukanlah ketidaksabaran dan penentuan waktu. Terburu-buru dan penentuan waktu untuk kemunculannya bertentangan dengan ajaran agama. Menunggu yang sejati berarti mempersiapkan diri dan masyarakat. Yaitu, berusaha mendekatkan kondisi kehidupan kepada masyarakat Mahdawi, yang didasarkan pada keadilan, spiritualitas, pengetahuan, kehormatan, persaudaraan, dan martabat manusia.

Masyarakat yang menunggu harus, sebisa mungkin, membangun model kecil masyarakat Mahdawi. Menunggu tidak terbatas pada kemunculan akhir. Dalam budaya keagamaan, "kemudahan setelah kesulitan" juga memiliki tempat penting. Yaitu, harapan akan pencerahan setelah kesulitan sehari-hari dan krisis sosial. Bahkan dalam peristiwa tersulit yang mendorong orang putus asa dan terkadang bunuh diri, pandangan penuh harapan ke masa depan mencegah keruntuhan psikologis dan sosial.

Jalan Menuju Kedamaian di Masa Penantian

Selain harapan sosial, penantian akan datangnya akhir zaman membawa kedamaian pribadi. Berdoa, mencari pertolongan, memohon kepada Allah, dan kembali kepada Ahlul Bait as dapat memperdalam kedamaian ini.

Sebagaimana Al-Qur'an telah berjanji, "Hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

Mengingat Allah membebaskan jiwa manusia dari kekacauan dan memperkuat harapan akan masa depan.

Saat ini, umat manusia membutuhkan keselamatan lebih dari sebelumnya. Ideologi telah gagal dan sains telah gagal menghadirkan keadilan dan perdamaian.

Manusia kontemporer sedang menantikan tangan Tuhan yang Maha Kuasa, yang akan terwujud dalam kemunculan Sang Wali Asr af. Namun penantian bukan sekadar berdiam diri. Penantian adalah sebuah gerakan untuk membangun masyarakat yang lebih adil, spiritual, dan manusiawi di jalan menuju pemenuhan janji ilahi. Penantian adalah sebuah harapan yang menuntun umat manusia dari kegelapan menuju cahaya. Sebuah harapan yang merupakan awal dari akhir zaman.(sl)