Mengapa Imam Ali Memandang Empati Sebagai Bentuk Kebaikan Utama?
https://parstoday.ir/id/news/religion-i180576-mengapa_imam_ali_memandang_empati_sebagai_bentuk_kebaikan_utama
Di banyak masyarakat, kebaikan sering kali dipahami semata-mata sebagai bantuan materi atau tindakan lahiriah. Namun, ajaran Imam Ali a.s., wasi dan penerus Nabi Islam, membuka cakrawala baru bagi kita—sebuah pandangan yang mengangkat kebaikan dari permukaan tindakan menuju kedalaman jiwa.
(last modified 2025-11-18T06:18:06+00:00 )
Nov 18, 2025 13:08 Asia/Jakarta
  • Mengapa Imam Ali Memandang Empati Sebagai Bentuk Kebaikan Utama?

Di banyak masyarakat, kebaikan sering kali dipahami semata-mata sebagai bantuan materi atau tindakan lahiriah. Namun, ajaran Imam Ali a.s., wasi dan penerus Nabi Islam, membuka cakrawala baru bagi kita—sebuah pandangan yang mengangkat kebaikan dari permukaan tindakan menuju kedalaman jiwa.

Ihsan adalah kata yang akrab, namun dalam pandangan Imam Ali  memiliki makna yang jauh lebih luas.

Sayidina Ali bin Abi Thalib berkata, “Sebaik-baik ihsan adalah berempati dan saling membantu saudara-saudara kalian.”

Perkataan ini mengubah ihsan dari sekadar tindakan lahiriah menjadi sebuah pengalaman batin dan kemanusiaan—sebuah pengalaman yang mendekatkan hati dan meringankan beban hidup.

Sekilas pandangan ini tampak sederhana, tetapi sebenarnya mengandung filsafat mendalam tentang hidup bersama dan tanggung jawab sosial. Di dunia yang kerap dibentuk oleh individualisme dan jarak antarmanusia, empati dan saling membantu menjadi jembatan yang menghubungkan hati—jembatan kasih sayang, keadilan, dan pemahaman.

Imam Ali a.s. mengajak kita untuk melatih diri setiap hari: melihat kebutuhan orang lain sebagaimana kita melihat kebutuhan diri sendiri, dan menolong mereka dengan kesungguhan yang sama seperti saat kita menolong diri kita sendiri. Bila pandangan ini hadir dalam tindakan-tindakan kecil keseharian—dari percakapan sederhana hingga keputusan sosial yang besar—maka kita akan memiliki masyarakat di mana martabat manusia bukan sekadar slogan, melainkan kenyataan yang hidup dan terasa.(PH)