Sebuah roket yang dibuat oleh sebuah perusahaan Jepang meledak tepat setelah diluncurkan pada Rabu (13/3), dan lembaga penyiaran publik NHK menayangkan rekaman kegagalan yang membara tersebut.
Berdasarkan pernyataan yang dikeluarkan Badan Antariksa Iran, sinyal satelit Pars 1, langsung diterima oleh pusat data beberapa jam setelah diluncurkan.
Satelit Iran Pars 1 diluncurkan ke luar angkasa oleh rudal peluncur Soyuz buatan Rusia dari pangkalan Vostochny.
Menjelang peringatan 45 tahun kemenangan Revolusi Islam, Iran meluncurkan satelit Mehda, Kayhan 2 dan Hatef 1 yang berhasil ditempatkan pada orbit 450 km.
Jerman, Prancis dan Inggris atau yang dikenal dengan troika Eropa, dalam bersamanya mengecam langkah Iran meluncurkan satelit Soraya dengan roket peluncur Qaim-100 ke orbit 750 km.
Kepala Departemen Ruang Angkasa, Pasukan Antariksa, Korps Garda Revolusi Islam Iran, IRGC, mengatakan, IRGC siap meluncurkan satelit milik negara-negara lain dengan 100 persen teknologi dalam negeri.
Situs teknologi internasional ISP menulis, keberhasilan Iran, menempatkan satelit Soraya, pada orbit 750 kilometer di atas permukaan bumi telah membuka cakrawala baru bagi negara ini dalam eksplorasi ruang angkasa.
Ilmuwan-ilmuwan muda Republik Islam Iran berhasil meraih beragam pencapaian di bidang luar angkasa dalam beberapa tahun terakhir. Prestasi ini diraih di tengah sanksi dekstruktif Amerika Serikat (AS) dan Barat.
Satelit Soraya diproduksi dan diluncurkan oleh para ilmuwan muda Republik Islam Iran. Satelit ini mengirimkan sinyal pertamanya ke bumi dan menjadi bukti atas kemampuan dan keahlian ilmuwan muda di negara tersebut.
Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Republik Islam Iran seraya membenarkan penerimaan sinyal satelit Soraya, menyatakan keberhasilan penempatan dan pengoperasian satelit ini di orbit.