Mengurai Dimensi Pidato Sayid Hassan Nasrallah di Peringatan Hari Syahid
Dalam pidato di peringatan Hari Syahid, Sekjen Hizbullah Lebanon menjelaskan masalah Suriah, normalisasi hubungan dengan Israel dan kebijakan Arab Saudi terhadap Lebanon.
Salah satu peristiwa terpenting dan terkini di kawasan Asia Barat adalah kunjungan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed Al Nahyan ke Damaskus dan pertemuannya dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Kunjungan Menteri Luar Negeri UEA ke Damaskus terjadi pada saat UEA telah menjadi pemain utama dalam kontra-rezim Suriah selama dekade terakhir dan pendukung kelompok teroris.

Tujuannya adalah untuk menggulingkan rezim Suriah dan membawa penguasa baru berkuasa di negara itu.
Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sayid Hassan Nasrallah mengatakan dalam pidato Kamis (11/11/2021) malam bahwa kunjungan Menteri Luar Negeri UEA ke Suriah adalah "pengakuan atas kemenangan Suriah oleh negara-negara Arab dan pengakuan mereka atas kegagalan proyek yang menelan biaya ratusan miliar dolar".
Dalam pidatonya Kamis malam, Sayid Hassan Nasrallah menyinggung latihan rezim Zionis, serta normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan rezim ini.
Rezim Zionis Israel, bersama dengan Amerika Serikat, Bahrain dan Uni Emirat Arab, memulai latihan angkatan laut bersama pada 10 November.
Pada akhir Oktober, Angkatan Udara Zionis Israel juga mengadakan latihan bersama dengan 1.500 tentara dari beberapa negara, termasuk UEA.
Sayid Hassan Nasrallah berpendapat bahwa diadakannya latihan ini memiliki dua alasan, yaitu keprihatinan Israel dan menindaklanjuti proses normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab.
Dalam pidato di peringatan Hari Syahid, Sekjen Hizbullah Lebanon menjelaskan masalah Suriah, normalisasi hubungan dengan Israel dan kebijakan Arab Saudi terhadap Lebanon.
"Kekhawatiran adalah ciri khas Israel hari ini. Latihan berulang Israel di Palestina utara yang diduduki juga menunjukkan kekhawatiran Israel terhadap Lebanon ... Itulah sebabnya mereka mengadakan latihan setiap bulan dan setiap musim ... Latihan ini menunjukkan bahwa Israel percaya pada kekuatan Poros Perlawanan. Mereka khawatir akan rudal presisi Perlawanan. Israel tidak takut dengan mortir Lebanon, tetapi takut bagian utara Palestina akan diduduki dalam perang yang akan datang," kata Nasrallah.
Poin lainnya adalah dengan mengadakan latihan berulang dengan negara-negara seperti UEA dan Bahrain, Zionis Israel berusaha meningkatkan pelanggaran tabu dengan memperluas hubungan dengan negara-negara Arab dan membawa masalah normalisasi ke tahap baru, terutama tahap militer.
Menurut sekretaris jenderal Hizbullah Lebanon, memperkuat hubungan militer Israel dengan negara-negara Arab di atas segalanya adalah keyakinan pada kekuatan militer Hizbullah dan upaya untuk Tel Avivi bernafas.
Dalam hal ini, Sayid Hassan Nasrallah mengatakan, "Di Wilayah Pendudukan, mereka memiliki keyakinan penuh pada kekuatan, ucapan, dan rasionalitas strategis Hizbullah dan Perlawanan serta percaya penuh dengan Perlawanan. Atas dasar ini, Israel sedang mencoba bernafas melalui normalisasi dengan beberapa negara Arab."
Masalah lain adalah bahwa negara-negara seperti Arab Saudi telah menyelaraskan diri dengan Zionis Israel dalam kebijakan anti-Perlawanan mereka, dan ada semacam kerja sama antara Riyadh dan Tel Aviv.
Arab Saudi melayani kepentingan Israel dengan menekan pemerintah Lebanon dan mencoba melemahkan Perlawanan di dalam negeri.
Sekjen Hizbullah mengatakan bahwa Arab Saudi sedang mencari alasan untuk menciptakan krisis.

Menurutnya, "Arab Saudi memiliki masalah dengan Perlawanan Lebanon. Arab Saudi telah berperang dengan Hizbullah sejak 2006. Dalam perang 33 hari, Arab Saudi memprovokasi Israel. Arab Saudi menyerukan sekutunya di Lebanon untuk memulai perang saudara dengan Hizbullah untuk melayani Amerika Serikat dan Israel."