Dimensi Operasi Baru Mati Syahid Hamas
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i109596-dimensi_operasi_baru_mati_syahid_hamas
Dua operasi mati syahid Palestina yang berlangsung hanya dalam sepekan menimbulkan kekhawatiran dari para pejabat Israel mengenai gelombang intifada baru.
(last modified 2025-10-07T09:39:18+00:00 )
Nov 24, 2021 12:01 Asia/Jakarta

Dua operasi mati syahid Palestina yang berlangsung hanya dalam sepekan menimbulkan kekhawatiran dari para pejabat Israel mengenai gelombang intifada baru.

Sekitar sepekan lalu, media melaporkan seorang pemuda Palestina menyerang sekelompok tentara Israel yang menyebabkan dua orang dari mereka terluka, tapi berujung gugurnya pemuda Palestina ini di tangan tentara rezim Zionis.

Sebelumnya, 21 November 2021, Sheikh Fadi Abu Shkhaidem, salah satu pemimpin gerakan Hamas ditembak mati oleh tentara Israel setelah melukai dan membunuh beberapa orang Zionis di Al-Quds.

Di satu sisi, operasi mati syahid ini merupakan titik balik perlawanan. Aksi ini terjadi di saat normalisasi hubungan dunia Arab dengan Israel sedang diupayakan, dan pemerintah Inggris juga secara resmi menyebut Hamas sebagai gerakan teroris.

Keputusan pemerintah Inggris tersebut memicu peningkatan konflik antara Palestina dan rezim Zionis. Operasi syahid Sheikh Fadi Abu Shkhaidem sebagai reaksi terhadap tindakan ilegal dari pemerintah Inggris dan kelanjutan dari normalisasi hubungan negara-negara Arab dengan Israel.

Ziyad al-Nakhala, Sekretaris Jenderal Jihad Islam Palestina, mengatakan, "Tindakan yang dilakukan oleh Sheikh Fadi Abu Shkhaidem dalam membela Masjid Al-Aqsa dianggap sebagai titik balik dalam sejarah jihad gerakan perlawanan."

 

 

Masalah lainnya mengenai dua operasi syahid ini terjadi di Al-Quds yang diduduki Israel. Hal ini menunjukkan bahwa Palestina memandang Al-Quds sebagai simbol identitas agama dan sejarah mereka, dan tidak pernah mau menerima keputusan ilegal tentang Al-Quds.

Sebelumnya, pada tahun 1987 dan 2000, terjadi intifadas pertama dan kedua, dan dalam beberapa bulan terakhir memicu kemunculan perang 12 hari.

Dalam hal ini, Ziyad al-Nakhala menegaskan bahwa mempertahankan Quds dari agresi pasukan pendudukan dan pemukim Zionis membutuhkan orang-orang seperti Syahid Fadi Abu Shkhaidem, yang mengorbankan dirinya demi membela kesucian Masjid Al-Aqsa.

Selain itu, operasi syahid menyebabkan ketakutan dan kecemasan di kalangan Zionis. Para pejabat Israel yang merasa di atas angin setelah keputusan pemerintah Inggris terhadap Hamas,dan perluasan hubungan Israel dengan beberapa negara Arab saat ini menghadapi masalah baru operasi mati syahid.

Rezim Zionis sangat takut dengan situasi saat ini, hingga Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett menanggapinya dengan mengatakan,"Saya memerintahkan pasukan keamanan untuk bersiap dan waspada. Potensi berlanjutnya serangan ini tinggi. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan mencegah kelanjutan operasi ini,".

Faktanya, operasi kesyahidan ini membalikkan keadaan untuk mendukung kelompok perlawanan Palestina, yang menunjukkan bahwa bangsa Palestina bukan hanya tidak terpengaruh oleh keputusan Inggris terhadap Hamas, tetapi sebaliknya keputusan tersebut memperkuat tekad mereka untuk melanjutkan perlawanan.

Berbicara kepada Palestine Today, Hassan Abdu, seorang analis urusan Israel, mengungkapkan, "Operasi heroik kesyahidan Fadi Abu Shkhaidem baru-baru ini di al-Quds akan menandai awal dari fase baru operasi kesyahidan di Al-Quds dan Tepi Barat."

Abdul Bari Atwan, seorang analis terkemuka di dunia Arab dan pemimpin redaksi surat kabar Rai Al-Youm, juga mengatakan bahwa kehadiran Hamas di Tepi Barat telah menjadikan lebih berwarna dan anggota gerakan Palestina ini memiliki cukup senjata untuk melancarkan serangan bersenjata terhadap rezim Zionis yang saat ini berlindung di bawah bayang-bayang dukungan penuh dari Barat dan proses normalisasi hubungan dengan sebagian negara Arab.(PH)