Mar 04, 2022 11:51 Asia/Jakarta

Ketika 10 hari lagi, pengerahan militer Saudi di Bahrain memasuki tahun kedua belas, Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa, melakukan pertemuan dengan Raja Saudi selama kunjungannya ke Arab Saudi.

Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa, melakukan perjalanan ke Arab Saudi hari Kamis (03/03/2022), dan bertemu dengan Raja Salman bin Abdulaziz. Hubungan bilateral dan isu-isu regional menjadi fokus pembicaraan kedua belah pihak.

Hubungan Arab Saudi dengan Bahrain bukanlah hubungan dengan negara merdeka, tetapi Al Saud memandang Bahrain sebagai negara yang bergantung pada Riyadh, yang harus tunduk pada kebijakan Saudi.

Image Caption

Bahrain telah menyaksikan kebangkitan rakyat sejak 2011. Rakyat telah memprotes diskriminasi yang sistematis dan terarah, ketidakadilan, kekerasan struktural, perubahan demografi, serta pergerakan sistem politik ke arah kediktatoran.

Rezim Al Khalifa, yang menghadapi protes luas, menyerukan intervensi Saudi demi menekan kebangkitan rakyat Bahrain.

Dalam hal ini, pasukan Al Saud mengerahkan pasukannya pada 14 Maret 2011, satu bulan setelah kebangkitan rakyat Bahrain, dan memainkan peran penting dalam menekan gerakan protes damai di Bahrain.

Baca juga: Raja Bahrain akan Kunjungi Arab Saudi, Ada Apa ?

Dengan mencermati pendekatan pemerintah Saudi ini, rezim Al Khalifa telah sepenuhnya mengikuti kebijakan regional Arab Saudi sejak tahun 2011.

Kunjungan Hamad bin Isa ke Arab Saudi saat ini menandai kelanjutan kepatuhan terhadap Riyadh, serta kelanjutan kehadiran pasukan Arab Saudi di Bahrain demi menekan gerakan rakyat di negara ini.

Dalam pertemuan hari Kamis, kedua belah pihak juga menekankan pentingnya melanjutkan kerja sama untuk mengembangkan hubungan militer dan keamanan antara Bahrain dan Arab Saudi.

Rakyat dan kelompok politik Bahrain percaya bahwa negara mereka telah diduduki oleh Arab Saudi.

Ketika 10 hari lagi, pengerahan militer Saudi di Bahrain memasuki tahun kedua belas, Raja Bahrain, Hamad bin Isa Al Khalifa, melakukan pertemuan dengan Raja Saudi selama kunjungannya ke Arab Saudi.

Isu lainnya adalah Bahrain telah menandatangani Perjanjian Abraham dengan rezim Zionis di Washington pada September 2020 di hadapan mantan Presiden AS Donald Trump.

Mengingat ketergantungan rezim Al Khalifa kepada Arab Saudi, ada pandangan bahwa Manama belum menormalkan hubungan dengan rezim Zionis tanpa pendapat yang baik dan dukungan dari Riyadh.

Terlepas dari kebijakan Bahrain ini, Hamad bin Isa dan Raja Salman dalam pertemuan hari Kamis menyerukan penyelesaian konflik yang komprehensif dan adil antara Palestina dan rezim Zionis.

Kesepakatan Abraham, sementara itu, pada dasarnya telah membuka jalan bagi lebih banyak kekerasan Zionis terhadap Palestina dalam 18 bulan terakhir.

Fokus lain dari pembicaraan antara Raja Bahrain dan Arab Saudi adalah perbedaan dan friksi dalam Dewan Kerja Sama Teluk Persia (PGCC).

Baca juga: Kemlu Bahrain Ungkap Alasan Kehadiran Personil Mossad di Negaranya

Sejak Juni 2017, ketegangan muncul antara Qatar dan empat negara Arab Saudi, Bahrain, UEA, dan Mesir, dan pada Januari 2021, hubungan mereka dengan Qatar terputus.

Arab Saudi mengakhiri ketegangan dengan Qatar di al-'Ula pada Januari 2021, sementara Mesir, UEA dan Bahrain tidak siap untuk menghidupkan kembali hubungan dengan Qatar.

Kritik utama Bahrain terhadap Qatar terkait dengan kinerja Aljazeera dan dukungannya terhadap protes rakyat di Bahrain.

Televisi Aljazeera

Dengan demikian, meskipun hubungan Arab Saudi dengan Qatar telah dipulihkan, ketegangan di dalam PGCC belum benar-benar berakhir.

Oleh karena itu, dalam pertemuan hari Kamis (03/03), Hamad bin Isa dan Raja Salman menekankan perlunya menindaklanjuti pernyataan akhir pertemuan al-'Ula dan menyelesaikan "masalah yang tersisa" dengan Qatar.

Tags