Menelisik Hasil Pertemuan Menlu Liga Arab Bahas Isu Palestina
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i119580
Komite Menteri Luar Negeri negara-negara Arab, yang bertanggung jawab atas tindakan internasional untuk melawan aksi dan kebijakan ilegal rezim Zionis di Al Quds menekankan urgensi segera diakhirinya agresi rezim Zionis di Al Quds dan Masjid Al-Aqsa dalam pertemuan luar biasa Liga Arab yang berlangsung di Yordania kemarin.
(last modified 2025-07-30T06:25:16+00:00 )
Apr 22, 2022 16:19 Asia/Jakarta

Komite Menteri Luar Negeri negara-negara Arab, yang bertanggung jawab atas tindakan internasional untuk melawan aksi dan kebijakan ilegal rezim Zionis di Al Quds menekankan urgensi segera diakhirinya agresi rezim Zionis di Al Quds dan Masjid Al-Aqsa dalam pertemuan luar biasa Liga Arab yang berlangsung di Yordania kemarin.

Palestina kembali menjadi sasaran kejahatan baru rezim Zionis yang meningkat sejak awal bulan suci Ramadhan sebagaimana tahun sebelumnya. Jumat lalu, lebih dari 450 orang terluka dan lebih dari 400 orang ditahan dalam serangan tentara Zionis terhadap warga Palestina di Masjid Al-Aqsa. Tidak hanya itu, aksi brutal tentara Israel terhadap warga Palestina terus berlanjut dalam beberapa hari terakhir.

Setelah banyak kritik dari Palestina atas sikap pasif negara-negara Arab atas kejahatan ini, Komite Menteri Luar Negeri Negara-Negara Arab akhirnya mengadakan pertemuan untuk mendukung Al Quds yang digelar di Yordania. Namun, pertemuan tingkat menteri luar negeri ini tidak dihadiri dua kekuatan penting Liga Arab. Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan termasuk di antara mereka yang tidak hadir dalam pertemuan ini.

UEA telah mengambil dua tindakan anti-Palestina dalam beberapa hari terakhir, termasuk setuju untuk membangun pemukiman Yahudi di negaranya, dan setuju untuk menghadiri peringatan berdirinya rezim Zionis pada 15 Mei.

Pertemuan Palestina di Yordania digelar saat UEA memiliki perjanjian damai dengan rezim Zionis, dan dalam beberapa bulan terakhir, UEA bersama Bahrain telah mengambil langkah-langkah untuk mengembangkan hubungan dengan Israel. Menteri Luar Negeri Otoritas Ramallah Riyad al-Maliki hampir tidak mengambil tindakan signifikan untuk melindungi rakyat Palestina dari kekejaman tentara rezim Zionis. Bahkan sebaliknya, Presiden Otoritas Ramallah Mahmoud Abbas justru mengecam operasi mati syahid yang dilancarkan pemuda Palestina.

Oleh karena itu, rezim Zionis telah memanfaatkan perbedaan antara negara-negara Arab dalam masalah Palestina, yang dijadikan sebagai salah satu alasan untuk meningkatkan kejahatannya terhadap orang-orang Palestina. Rezim Zionis percaya bahwa pertemuan semacam itu tidak akan bermanfaat bagi Palestina dan hanya merupakan deklarasi seremonial yang bertentangan dengan tindakan nyata negara-negara tersebut.

 

 

Pernyataan terakhir juga menunjukkan bahwa para menteri luar negeri Arab yang berpartisipasi hanya mengutuk rezim Zionis. Dalam pernyataan akhir pertemuan tersebut, para menteri luar negeri Arab meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan segera guna menghentikan serangan rezim Zionis terhadap Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa, serta menekankan akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mendukung Al- Quds dan rakyat Palestina.

Permintaan itu datang karena UEA sekarang menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, tapi bukan hanya tidak mengambil tindakan apa pun untuk mendukung Palestina, bahkan sebaliknya menjadi mitra terpenting Israel di kawasan. Tidak hanya itu, Abu Dhabi juga mendesak negara-negara Arab lainnya untuk menormalkan dan mengembangkan hubungan dengan  rezim Zionis. 

Ahmed Abu al-Gheit, Sekretaris Jenderal Liga Arab yang menghadiri pertemuan para menteri luar negeri Arab, menyebut pertemuan ini untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat internasional tentang protes negara-negara Arab terhadap peristiwa yang terjadi di Al Quds.

Klaim ini juga datang pada saat gerakan Palestina dan perlawanan mereka terhadap kejahatan rezim pendudukan di Al Quds telah pesan terbaik dan terpenting kepada masyarakat internasional mengenai perkembangan di Al Quds dan membongkar kejahatan terbaru rezim Zionis di arena internasional.

Para menteri Arab menyerukan upaya intensif untuk memulai pembicaraan serius guna menyelesaikan konflik. Padahal, pengalaman Otoritas Ramallah jelas menunjukkan bahwa negosiasi dengan rezim Zionis tidak akan mengarah pada perdamaian dan pengurangan kekerasan.

Faktanya, Palestina saat ini tidak membutuhkan kebijakan slogan, tetapi konsensus di dunia Arab dan dunia Islam untuk mengadopsi kebijakan anti-Israel.

Israel sangat rapuh dari dalam, dan untuk mengimbangi kerapuhan ini, Israel harus memecah belah di dunia Arab dan meningkatkan tekanan terhadap Palestina.(PH)