Ketika Haniyeh Memperingatkan Tel Aviv
(last modified Tue, 28 Jun 2022 02:47:49 GMT )
Jun 28, 2022 09:47 Asia/Jakarta

Berbicara di Lebanon, Ismail Haniyeh, Pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), menggambarkan gerakan itu mampu menembakkan 150 rudal ke Palestina Pendudukan dalam waktu kurang dari lima menit.

Pernyataan ini dengan jelas menunjukkan dimensi kuantitatif dan kualitatif dari kemampuan misil Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas).

Sebelum pasukan perlawanan di Palestina dan kawasan memperoleh kekuatan rudal dan kekuatan pencegah, mereka terkena serangan hampir setiap hari lewat darat dan terutama serangan udara rezim Zionis Israel.

Ismail Haniyah dan Sayid Hassan Nasrullah

Namun ketika rezim Zionis mulai mengalami dan menyadari bahwa setiap serangan ekspansionis mereka tidak dibiarkan tanpa balasan, mereka mulai mempertimbangkan kembali sebagian besar serangannya.

Sebelum Hizbullah memperoleh kekuatan dan kemampuan rudal untuk menargetkan Tel Aviv dan pusat-pusat strategis lainnya, Beirut setiap hari menjadi sasaran serangan udara rezim Zionis.

Namun setelah dimensi dan ruang lingkup kemampuan rudal Hizbullah menjadi jelas selama Perang 33 Hari, terutama dalam menargetkan Tel Aviv, serangan dan agresi rezim Zionis di Lebanon secara bertahap berkurang bahkan mendekati nol.

Sekarang, jet-jet tempur rezim Zionis tidak berani masuk wilayah Lebanon, dan bahkan beberapa minggu yang lalu, meskipun sebelum ini ada ancaman, rezim Zionis tidak berani melakukan penggalian di sumur gas bersama di Laut Mediterania, dan sekarang Lebanon, berkat kekuatan pencegah Hizbullah, telah mampu mengeksploitasi sumber daya ini.

Di Palestina juga demikian. Setelah daya tangkal Gerakan Perlawanan Palestina berangsur-angsur meningkat, waktu perang yang dipaksakan mulai dipersingkat karena rezim Zionis tidak bisa lagi menahan pukulan dan serangan untuk waktu yang lama. Untuk alasan ini, pertempuran terakhir antara kedua belah pihak adalah Pedang Quds, yang berlangsung selama 11 hari.

Pada saat itu, rezim Zionis, dengan keterlibatan para pemukim, bertekad untuk mengusir keluarga Palestina yang tinggal di lingkungan Sheikh Jarrah di al-Quds Timur, sekali lagi setelah perang tahun 1948.

Berbicara di Lebanon, Ismail Haniyeh, Pemimpin Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas), menggambarkan gerakan itu mampu menembakkan 150 rudal ke Palestina Pendudukan dalam waktu kurang dari lima menit.

Namun orang-orang Palestina yang tinggal di lingkungan tersebut menunjukkan perlawanan sepenuhnya untuk tidak meninggalkan rumah mereka, sementara warga Palestina lainnya memprotes untuk mendukung mereka. Komunitas internasional berulang kali meminta rezim Zionis untuk mempertimbangkan kembali keputusannya bagi memindahkan paksa warga Palestina ini.

Semua langkah yang dilakukan tidak efektif untuk mencegah rezim Zionis melakukan tindakannya, sampai Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) beraksi dengan kekuatan rudalnya. Setelah Hamas menyerang Tel Aviv dan lokasi strategis lainnya dari rezim Zionis, Tel Aviv meninggalkan migrasi paksa warga Palestina yang hidup di daerah Sheikh Jarrah dan tidak berani melakukannya sampai sekarang.

Oleh karena itu, salah satu tujuan Ismail Haniyeh adalah untuk mengingatkan perang 11 hari, serta kekuatan rudal Hamas, demi memberikan peringatan ini kepada rezim Zionis agar menghentikan ancaman barunya terhadap al-Quds. Jika tidak, mungkin saja Hamas akan bertindak kembali seperti yang terjadi di Sheikh Jarrah.

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam pernyataan pemimpin Hamas adalah kohesi dan solidaritas strategis yang telah dibangun antara berbagai sisi gerakan Perlawanan di kawasan. Mereka saling membantu dalam keadaan darurat untuk memperkuat daya tangkal mereka di seluruh kawasan. Mereka telah meletakkan dan membuktikan hal ini dalam slogan dan tindakan bahwa mereka akan bersama-sama dan berada di belakang satu sama lain dalam kondisi yang tepat.

Ismail Haniyah

Hal ini penting karena rezim Zionis telah membentuk koalisi yang agresif sejak Trump untuk menutupi proses normalisasi hubungan antara rezim Zionis dan beberapa negara di kawasan. Dari sudut pandang ini, kekuatan pencegah pasukan Perlawanan adalah satu-satunya penjamin keamanan dan stabilitas di kawasan dalam kondisi  setelah pembentukan koalisi militer apa pun di bawah naungan nama apa pun.

Jadi, dari sudut pandang manapun, jelas bahwa, bertentangan dengan propaganda yang ada, kekuatan rudal pasukan Perlawanan di Palestina dan kawasan adalah untuk menjaga stabilitas, memperkuat perdamaian serta mencegah kemungkinan agresi rezim Zionis Israel dan bonekanya di kawasan.(sl)

Tags