Perjalanan Biden Memicu Ketegangan dan Ketidakstabilan di Kawasan
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i125426-perjalanan_biden_memicu_ketegangan_dan_ketidakstabilan_di_kawasan
Pada awalnya, Zionis Israel membentangkan karpet merah untuk Biden dengan harapan bahwa selama perjalanan ini mereka akan menempatkannya ke dalam perangkap yang sama saat mereka melempar Trump, dan dengan apa yang dilakukan Trump atas JCPOA lewat hasutan dan dorongan Netanyahu, sampai saat ini AS belum bisa keluar dari jeratan itu, sekalipun telah beberapa tahun berusaha.
(last modified 2025-10-19T09:24:41+00:00 )
Jul 17, 2022 10:40 Asia/Jakarta

Pada awalnya, Zionis Israel membentangkan karpet merah untuk Biden dengan harapan bahwa selama perjalanan ini mereka akan menempatkannya ke dalam perangkap yang sama saat mereka melempar Trump, dan dengan apa yang dilakukan Trump atas JCPOA lewat hasutan dan dorongan Netanyahu, sampai saat ini AS belum bisa keluar dari jeratan itu, sekalipun telah beberapa tahun berusaha.

Zionis Israel memiliki dua permintaan khusus dari Biden:

Pertama, tidak kembali ke JCPOA, dan kedua, jika hasil dari ini adalah kelanjutan dan pengembangan kegiatan nuklir Iran, harus tetap bersama Zionis Israel untuk menyerang upaya ini.

Dalam hal ini, pada saat kedatangan Biden di Palestina Pendudukan, televisi Kanal 12 Israel melakukan wawancara eksklusif dengan Biden, tetapi pertanyaan yang terkait dengan JCPOA dibingkai dan disalurkan sedemikian rupa sehingga Biden hanya dapat memilih antara dua opsi, ya atau tidak.

Presiden AS Joe Biden

Sebenarnya, apa yang dikutip oleh media Barat dan Zionis dari Biden bahwa bahkan dengan menghancurkan JCPOA, IRGC tidak akan dihapus dari daftar kelompok teroris yang diklaim oleh Amerika, bukanlah kata-kata dan kalimat yang sama dari Biden. Sebaliknya, itu adalah bagian dari pertanyaan yang direncanakan dan dikelola oleh pembawa acara televisi Kanal 12 Israel, yang harus dijawab oleh Biden dengan jawaban ya atau tidak.

Tentu saja, ini tidak berarti bahwa Biden setuju untuk kembali ke JCPOA, bahkan dengan penarikan seluruh atau sebagian IRGC dari daftar kelompok teroris yang diklaim oleh Amerika Serikat, atau bahwa ia menentang pilihan militer berdasarkan keadaan apa pun, bahkan dengan kegagalan total JCPOA.

Sebaliknya, penekanannya adalah pada bagaimana lingkaran Zionis menempatkan kata-kata mereka di mulut para pejabat Amerika Serikat di tingkat tertinggi dan membawa mereka di bawah kendali mereka, dan pada saat yang sama menunjukkan bahwa rezim Zionis, bertentangan dengan klaim dan pernyataan sikap Gedung Putih, memanfaatkan perjalanan Biden untuk memicu ketegangan dan ketidakstabilan di kawasan.

Terlepas dari upaya dan penipuan ini, televisi Kanal 12 Israel mengutip sumber keamanan melaporkan bahwa para pejabat Zionis Israel gagal "mengubah posisi Amerika terhadap Iran" selama kunjungan Biden ke Palestina Pendudukan, yang telah menyebabkan kekecewaan mereka.

Zionis Israel pertama membentangkan karpet merah di bawah kaki Biden dengan harapan bahwa selama perjalanan ini mereka akan melemparkan Biden ke dalam perangkap yang sama seperti mereka melemparkan Trump, dan dengan batu yang Trump lemparkan ke dalam sumur JCPOA dengan hasutan dan dorongan Netanyahu, ribuan orang berakal belum bisa keluar darinya setelah beberapa tahun berusaha.

Menyusul pengumuman laporan ini, para pejabat Israel, sebagai tanggapan terhadap Biden, mengatur wawancara antara Kanal 13 TV Israel dengan kepala Dewan Keamanan Nasional Zionis Israel, di mana dalam wawancara itu pembawa acara televisi ini memanfaatkan sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk menggiring ketua Dewan Keamanan Nasional Zionis Israel agar mengungkapkan berbagai operasi di tanah Iran dan keberlanjutannya.

Dalam sebuah wawancara dengan Kanal 13, Eyal Hulata mengatakan bahwa Zionis Israel telah berulang kali meluncurkan operasi di Iran pada tahun lalu sebagai tanggapan atas pertanyaan apakah Israel akan bertindak melawan Iran sendirian dan bahkan jika Amerika Serikat menekan Iran.

Dari perkembangan tersebut, terlihat bahwa para pejabat Zionis secara ketat mengontrol dan mengatur perjalanan Joe Biden dengan menggunakan media internal mereka, dan pada saat yang sama, mereka memberikan arahan kepada media Barat dan asing tentang cara meliput perjalanan ini.

Televisi Kanal 12 memberikan kepada media-media yang lebih kecil dengan mengutip pernyataan bahwa bahkan dengan biaya penghancuran total JCPOA, IRGC tidak akan dihapus dari daftar kelompok teroris. Sebaliknya, dari Kanal 13 pesan disampaikan kepada Biden bahwa Zionis Israel akan tetap melanjutkan tindakan sepihak, meski bertentangan dengan pendekatan pemerintah Biden dalam menjamin keamanan ekspor energi dari Teluk Persia.

Namun, sejalan dengan memprioritaskan ancaman barunya yang terfokus pada Cina dan Rusia, tidak menutup kemungkinan AS berupaya membangun stabilitas di Teluk Persia guna menjamin keamanan ekspor energi dari kawasan ini, yang merupakan salah satu tujuan perjalanan Biden yang diumumkan.

Presiden AS Joe Biden

Sekalipun demikian, tidak ada keraguan bahwa rezim Zionis membutuhkan ketidakstabilan dan ketegangan di kawasan untuk menjaga beberapa negara yang baru bersekutu dengannya. Zionis Israel akan mencoba menjadikan Amerika Serikat sebagai mitra di jalan ini, seperti di masa lalu, untuk setidaknya sebagian dari biaya militer dan sipil ditanggung oleh AS.

Kenyataan ini telah menjadi kebalikan dari pendekatan dan strategi Amerika Serikat selama setidaknya satu dekade terakhir, yang mengklaim setidaknya dalam sikap yang diumumkan bahwa Washington tidak ingin menggunakan uang pembayar pajak Amerika untuk keamanan pihak lain seperti di masa lalu.(sl)