PM Rezim Zionis Tolak FBI Selidiki Kasus Pembunuhan Shireen Abu Akleh
Perdana Menteri Rezim Zionis menyatakan pihaknya tidak akan mengizinkan FBI untuk menyelidiki pembunuhan jurnalis Palestina Shieein Abu Akleh.
Pada 11 Mei 2022, tentara rezim Zionis menyerang daerah Jenin di utara Tepi Barat Sungai Yordan yang menewaskan Shireen Abu Akleh saat sedang menjalankan tugasnya meliput dengan mengenakan rompi wartawan.
Shireen Abu Akleh ditembak tentara Israel dari jarak antara 100 hingga 150 meter. Aksi penembakkan itu juga menyebabkan Ali Sammoudi, produser Aljazeera yang berada dekat Abu Akleh terluka akibat serangan tentara rezim Zionis.
Menurut laporan saluran TV Al-Alam hari Rabu (16/11/2022), Yair Lapid, Perdana Menteri Rezim Zionis yang akan mengakhiri masa jabatannya, dan mengumumkan bahwa ia tidak akan mengizinkan FBI untuk menginterogasi tentara Israel mengenai kasus pembunuhan Shireen Abu Akleh.
"Tentara Israel tidak akan dizinkan untuk diinterogasi Biro Investigasi Federal AS (FBI) atau entitas dan negara asing manapun, tidak peduli seberapa ramahnya mereka," kata Lapid.
Pernyataan Lapid muncul setelah FBI menyatakan akan membuka kasus penyelidikan atas pembunuhan Shireen Abu Akleh.
Sebelumnya, Benny Gantz, Menteri Perang Rezim Zionis mengumumkan penentangan Tel Aviv terhadap penyelidikan asing dalam kasus kematian Shireen Abu Akleh, dan mengatakan bahwa keputusan Departemen Kehakiman AS untuk menyelidiki masalah adalah kesalahan yang jelas.
"Israeli mendukung militernya dan tidak akan bekerja sama dengan penyelid asing, serta tidak akan membiarkan campur tangan dalam urusan internalnya," tutur Gantz.
Pembunuhan jurnalis Aljazeera, Shireen Abu Akleh bukanlah kejahatan pertama yang dilakukan oleh rezim Zionis terhadap wartawan Palestina.
Menurut Kementerian Penerangan Palestina, sejak intifada Palestina kedua pada tahun 2000 hingga sekarang, 45 jurnalis gugur di tangan tentara rezim Zionis.(PH)