Ketika Joe Biden Mengakui Peningkatan Islamofobia di Amerika Serikat
Pada hari Jumat, (15/2) Presiden AS Joe Biden mengakui peningkatan Islamofobia di negara ini sejak serangan Zionis di Gaza, dan mengatakan, "Umat Islam di seluruh dunia menanggung kondisi sulit karena keyakinan mereka."
Pada Hari Internasional Melawan Islamofobia, Biden mengatakan bahwa “kami menyadari kekerasan dan kebencian yang sering dihadapi umat Islam di seluruh dunia karena keyakinan agama mereka dan munculnya Islamofobia setelah perang merusak di Gaza.”
Biden mengklaim dalam pernyataannya, Islamofobia tidak memiliki tempat di negara kita. Namun umat Islam di Amerika sering kali mengalami ketakutan yang tidak berdasar, diskriminasi terang-terangan, pelecehan, dan kekerasan sepanjang kehidupan mereka sehari-hari.
Pengakuan Presiden Partai Demokrat Amerika Serikat terhadap meningkatnya Islamofobia di Amerika Serikat, terutama pasca perang Gaza, masuk akal mengingat peristiwa yang terjadi di negara tersebut terhadap umat Islam.
Tentu saja intensifikasi Islamofobia di Amerika Serikat sudah terjadi sejak kepemimpinan Donald Trump, mantan presiden negara ini, yang memiliki pendekatan yang sangat anti-Islam dan anti-Muslim.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia membandingkan perluasan Islamofobia setelah operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober dengan tuduhan terhadap umat Islam setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.
Dewan Hubungan Amerika-Islam mengumumkan selama tiga bulan terakhir tahun 2023, tercatat 3.578 pengaduan kebencian terhadap umat Islam dan Palestina, angka ini meningkat 178% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Salah satu tindakan kekerasan yang jelas dan sangat brutal terhadap umat Islam setelah terjadinya perang Gaza adalah pembunuhan seorang anak Palestina berusia 6 tahun dan melukai ibunya oleh seorang sayap kanan Amerika di negara bagian Illinois pada pertengahan bulan Oktober 2023, sekitar seminggu setelah dimulainya perang Gaza.
Menurut polisi, anak laki-laki itu ditikam 26 kali di rumah mereka di Plainfield oleh pemilik rumah berusia 71 tahun Joseph Chuba dan meninggal di rumah sakit.
Ibunya yang berusia 32 tahun juga ditikam puluhan kali, kata pihak berwenang. Pelakunya adalah pendukung fanatik rezim Zionis. Tindakan kriminal ini sangat tidak manusiawi dan tidak dapat dibenarkan bahkan Gedung Putih pun harus mengutuknya.
Pada saat yang sama, kejahatan terhadap ibu dan anak Muslim yang belum pernah terjadi sebelumnya di Chicago terjadi akibat meningkatnya suasana kebencian terhadap Muslim di Amerika di bawah bayang-bayang perang antara rezim Zionis dan kelompok perlawanan Palestina.
Kejahatan yang dilakukan warga negara Amerika ini menunjukkan merebaknya ekstremisme dan kekerasan rasis yang disebabkan oleh kebencian, khususnya Islamofobia dan kebencian terhadap umat Islam di Amerika Serikat.
Dalam hal ini, Direktur FBI Christopher Wray memperingatkan tentang peningkatan ekstremisme kekerasan dan mengatakan, Tidak ada keraguan bahwa ancaman semakin meningkat.
Mengingat meningkatnya tren ancaman terhadap umat Islam di Amerika, Dewan Hubungan Amerika-Islam menyerukan diakhirinya sikap anti-Islami dan anti-Palestina di kalangan politisi dan media Amerika.
Islamofobia dan meningkatnya kekerasan terhadap umat Islam di Amerika yang menjadi tren baru di Amerika pasca serangan 11 September 2001, menjadi tren yang meningkat pada masa kepemimpinan Donald Trump yang jelas-jelas memiliki pendekatan anti-Islam dan anti-Muslim.
Kini di Amerika, praktik diskriminasi dan kekerasan fisik dan verbal terhadap umat Islam telah meningkat karena pertumbuhan signifikan kelompok sayap kanan ekstrem serta propaganda dan perang media terhadap umat Islam, terutama setelah perkembangan terkini di Wilayah Pendudukan Palestina.
Tren ini mencakup hal-hal seperti serangan kekerasan terhadap umat Islam, terutama mereka yang mirip dengan masyarakat negara-negara Islam di Asia Barat, pembakaran tempat ibadah Islam, serangan verbal dan ancaman terhadap umat Islam, serta diskriminasi terhadap umat Islam di berbagai bidang pendidikan dan pekerjaan dan meningkatnya penyebaran kebencian terhadap Muslim di media Amerika.(sl)