Mana yang lebih kuat, Identitas Nasional Warga Palestina ataukah Zionis
(last modified Sun, 26 Nov 2023 04:44:05 GMT )
Nov 26, 2023 11:44 Asia/Jakarta

Yang patut mendapat perhatian setelah pelaksanaan gencatan senjata antara Hamas dan Israel adalah kembalinya warga Palestina secara berkelompok ke utara Gaza.

Gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai diberlakukan sejak Jumat (24/11/2023). Gencatan senjata ini berlangsung selama empat hari. Terlepas dari butir-butir yang disepakati dalam gencatan senjata, poin yang penting adalah kembalinya pengungsi Palestina secara berkelompok ke Gaza utara.

Rezim Zionis Israel selama perang ini berulang kali menyatakan warga Palestina harus keluar dari Gaza utara. Meski mayoritas warga utara Gaza memilih tetap tinggal di daerah ini, tapi puluhan ribu orang terpaksa mengungsi ke selatan Gaza untuk menyelamatkan nyawanya dan anak-anak mereka. Kini setelah kesepakatan gencatan senjata, berbagai gambar menunjukkan pengungsi secara berkelompok dan berbondong-bondong tengah bergerak ke utara Gaza dan ke rumah mereka.

Pengungsi Palestina kembali ke Gaza utara

Tindakan para pengungsi Gaza sangatlah signifikan. Makna terpenting dari tindakan ini adalah bahwa Palestina adalah milik bangsa Palestina. Rakyat Palestina adalah pemilik utama tanah Palestina dan rezim pendudukan Zionis telah merampas tanah mereka selama 75 tahun dengan dukungan kekuatan Barat. Kini, sementara perang lebih dari satu bulan ini menyebabkan lebih dari 20.000 orang mati syahid, 70 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan, dan sekitar 35.000 orang terluka, rumah, pusat kesehatan, sekolah, dan infrastruktur perkotaan secara umum telah hancur, namun masyarakat bahkan memanfaatkan empat hari gencatan senjata untuk kembali.

Tindakan ini menjadi lebih berarti mengingat gencatan senjata hanya berlaku selama 4 hari dan setelah jangka waktu tersebut, rezim Zionis mungkin akan kembali melakukan serangan terhadap Gaza. Kembali secara kolektif ke Gaza utara, meskipun dalam kondisi seperti itu, merupakan penekanan pada kelangsungan identitas nasional Palestina serta dukungan terhadap muqawama dalam melawan rezim penjajah.

Pola perilaku warga Palestina ini menjadi lebih penting jika dibandingkan dengan perilaku masyarakat di wilayah pendudukan. Setelah serangan tanggal 7 Oktober dan ketika serangan Hamas praktis berhenti atau tidak terlalu intens, warga Zionis mulai melarikan diri. Jaringan televisi dunia mengirimkan banyak laporan yang menunjukkan bahwa bandara-bandara Israel dipenuhi orang-orang yang ingin meninggalkan wilayah pendudukan.

Faktanya, setelah operasi Badai Al-Aqsa, migrasi balik dari wilayah pendudukan meningkat secara signifikan. Meskipun kurangnya keamanan dan, dengan kata lain, ancaman keamanan, merupakan faktor penting dalam migrasi balik, tidak diragukan lagi, faktor terpenting dalam hal ini adalah kurangnya identitas nasional. Meskipun masyarakat di wilayah pendudukan memiliki kesamaan faktor sebagai orang Yahudi, namun identitas nasional mereka tidak hanya dimiliki oleh satu negeri saja, melainkan mereka bermigrasi dari berbagai negara ke Palestina yang diduduki untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Kurangnya identitas dan fanatisme nasional menjadi faktor yang menyebabkan masyarakat di wilayah pendudukan mengungsi jika ada ancaman, namun kuatnya identitas nasional Palestina menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk tetap tinggal di Gaza meskipun terjadi genosida Zionis dan tingkat ancaman yang tinggi. Jika rezim Zionis bersikap realistis, dengan mempertimbangkan pola perilaku ini, maka mereka akan menyadari bahwa Gaza bukanlah sebuah wilayah yang mudah untuk ditaklukkan. (MF)