Transformasi Asia Barat, 23 Desember 2023
Transformasi di negara-negara Asia Barat pekan lalu masih didominasi perkembangan serangan Israel ke Gaza.
Selain itu, masih ada isu-isu lainnya seperti;
- Al-Wefaq Kecam Bahrain Gabung Aliansi AS
- Ansarullah Lakukan Mobilisasi Umum untuk Dikirim ke Gaza
- Hizbullah Bombardir Barak Militer Israel di Utara Wilayah Pendudukan
- Ansarullah: Kami akan Serang Kilang Migas dan Kapal Tanker Koalisi AS
- Bloomberg: Arab Saudi Tolak Gabung Koalisi AS Lawan Yaman
Hamas Umumkan Syarat Kesepakatan Pertukaran Tahanan dengan Israel
Kepala Biro Politik Hamas, di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, mengumumkan syarat-syarat baru untuk membebaskan tawanan Rezim Zionis.
Dikutip stasiun televisi Israel, Makan 33, Kamis (21/12/2023) Yahya Sinwar, kepada para mediator internasional menjelaskan syarat-syarat kesepakatan pembebasan tawanan Israel.
Ia menuturkan, pembebasan tawanan Israel, hanya bisa dilakukan berdasarkan mekanisme "semua untuk semua", setelah gencatan senjata penuh diberlakukan di Gaza.
Yahya Sinwar menegaskan, jika Israel, menginginkan tawanannya dalam keadaan hidup, maka pertukaran tahanan hanya bisa dilakukan setelah gencatan senjata penuh, dan berdasarkan mekanisme "semua untuk semua".
Sebelumnya Penasihat media Kepala Biro Politik Hamas, Taher Al Nunu membantah sebagian pemberitaan terkait perundingan Hamas, dan Tel Aviv, seputar kesepakatan baru untuk membebaskan tawanan Israel di Gaza.
Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, Kamis pagi melaporkan, Hamas tidak menginginkan gencatan senjata sementara tapi gencatan senjata permanen, dan menegaskan kesepakatan baru pertukaran tahanan harus meliputi pembebasan tiga tawanan Palestina, Marwan Barghouti, Abdullah Barghouti, dan Ahmad Sa'adat.
Di sisi lain Amerika Serikat, beberapa kali menggagalkan draf resolusi untuk memberlakukan gencatan senjata segera di Gaza, dengan vetonya di Dewan Keamanan PBB.
Haaretz: Tank-Tank Israel Tembaki Para Pemukim Zionis
Media Rezim Zionis mengungkap fakta serangan tank-tank pasukan Israel, ke para pemukim Zionis, di sekitar Jalur Gaza, pada 7 Oktober 2023 lalu.
Surat kabar Haaretz, Selasa (19/12/2023) melaporkan, tank-tank pasukan Israel, 7 Oktober, menyerang rumah yang di dalamnya terdapat pemukim Zionis, yang berasal dari distrik Be'eri di Kibbutz.
Koran Israel, ini menambahkan, pasukan Israel, membunuh sedikitnya 13 pemukim Zionis, pada tanggal 7 Oktober, bersamaan dengan dimulainya operasi perlawanan Badai Al Aqsa.
Menurut koran Haaretz, pasukan Israel, menyerang sebuah rumah yang di dalamnya terdapat 13 pemukim Zionis, di distrik yang berbatasan dengan Jalur Gaza.
Surat kabar Rezim Zionis, itu lebih lanjut menjelaskan bahwa pasukan Israel, melakukan serangan ke rumah pemukim Zionis, karena takut mereka dijadikan sandera.
Sebelumnya media-media Israel, sudah mengakui bahwa sejumlah pemukim Zionis, pada tanggal 7 Oktober, terbunuh di tangan pasukan Israel sendiri.
Setelah surat kabar Yedioth Ahronoth melakukan penyelidikan, Kanal 12 Israel, menyiarkan wawancara dengan beberapa tentara wanita Israel. Dalam wawancara itu, mereka mengakui menembaki rumah-rumah pemukim Zionis, dengan tank pada tanggal 7 Oktober silam.
Angkatan Bersenjata Israel, menjustifikasi serangan tersebut, dan mengatakan pasukannya menembaki para pemukim Zionis, karena mengira mereka orang Palestina.
Menteri Perang Rezim Zionis: Operasi Militer di Gaza akan Panjang
Yoav Galant, Menteri Perang rezim Zionis mengakui operasi militer rezim di Gaza akan berlangsung lama dan bersifat jangka panjang.
Situs CNN berbahasa Arab melaporkan, Yoav Gallant hari Jumat (22/12/2023) mengatakan, "Hari ini saya bertemu dengan Kepala Staf Gabungan, kepala Dinas Keamanan Dalam Negeri (Shabak), anggota Badan Intelijen Israel (Mossad) dan brigade Nitzan Alon yang bertanggung jawab atas pembebasan para sandera, bersama dengan anggota lembaga keamanan Israel lainnya,".
"Kita harus bersabar mengenai perang di Gaza," kata Gallant.
"Operasi untuk mencapai tujuan yang kami tetapkan, yaitu kehancuran batalion Hamas, dan melemahnya kekuatan dan kapasitas kelompok ini. Kita mengerahkan operasi rahasia dan dilakukan secara bertahap," tegasnya.
Galant kembali mengulangi klaimnya tentang pembunuhan Yahya Al-Sinwar, pemimpin gerakan Hamas, dan menyatakan, "Segera al-Sanwar akan menghadapi moncong senjata pasukan kami,".
Menteri Perang rezim Zionis juga menunjuk pada operasi militer Israel di Khan Yunis dan Gaza selatan, dengan menjelaskan, "Rencana tentara Israel untuk beroperasi di wilayah lain di Gaza di masa depan,".
Pada tanggal 7 Oktober 2023, kelompok perlawanan Palestina melancarkan operasi Badai Al-Aqsa dari Gaza melawan posisi rezim Zionis. Akhirnya, setelah 45 hari pertempuran, pada 24 November 2023 dicapai gencatan senjata senjata sementara, atau jeda pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel.
Jeda perang ini berlanjut selama tujuh hari dan akhirnya pada Jumat pagi, 1 Desember 2023, gencatan senjata sementara berakhir dan rezim Israel kembali melancarkan serangan terhadap Gaza yang menargetkan warga sipil Palestina, terutama perempuan dan anak-anak.
Batalion Al-Qassam Hancurkan Tank Zionis di Gaza
Batalion Ezzeddine Al-Qassam menargetkan kendaraan lapis baja pasukan rezim Zionis di utara Jalur Gaza.
Media Palestina dalam sebuah laporan hari Selasa (19/12/2023) mengumumkan bahwa Batalion Ezzedine Al-Qassam, sayap militer Hamas menghancurkan kendaraan lapis baja Hummer pasukan rezim Zionis dengan menembakkan roket anti-armor Kornet di timur laut Beit Lahia, yang terletak di bagian utara Jalur Gaza.
Batalion Al-Qassam juga menargetkan tank Merkava milik pendudukan Zionis di timur Beit Lahia, yang terletak di utara Jalur Gaza, dengan menggunakan roket tandem.
Selain itu, tentara Zionis mengumumkan kematian empat tentaranya dalam pertempuran yang sedang berlangsung di jalur Gaza, sehingga jumlahnya mencapai 458 orang sejak operasi Badai Al Aqsa tujuh Oktober lalu. Dari jumlah tersebut, 126 orang di antaranya tewas dalam pertempuran darat.
Sejak awal pertempuran Badai Al-Aqsa, tentara Zionis setiap hari mengumumkan nama-nama korban tentaranya yang tewas dan terluka di Jalur Gaza.
Jumlah Syuhada di Gaza Lampui 20.000 Orang
Kantor informasi Otoritas Palestina di Jalur Gaza mengumumkan bahwa jumlah syuhada di Gaza telah melampui 20.000 orang sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023.
Dari jumlah tersebut, 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan 6.200 orang perempuan.
Menurut laporan kantor informasi Palestina, sejauh ini 52.600 orang terluka dalam perang berdarah tersebut.
Pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023, pasukan perlawanan Palestina melancarkan operasi Badai Al-Aqsa dari Gaza terhadap posisi rezim Zionis.
Israel berupaya menutupi kekalahannya dengan melancarkan garesi militer besar-besaran di Jalur Gaza yang menargetkan warga sipil Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan.
Pasukan rezim Zionis juga menghancurkan infrastruktur Gaza, dan menyerang rumah ibadah dan fasilitas medis yang dilarang dalam hukum internasional.
Al-Wefaq Kecam Bahrain Gabung Aliansi AS
Wakil Sekretaris Jenderal Jamiat al-Wefaq Bahrain mengatakan bahwa bergabungnya rezim Al-Khalifa ke dalam koalisi Amerika di Laut Merah adalah pengkhianatan terhadap bangsa Palestina dan negara-negara Islam dan Arab.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada Selasa pagi mengklaim bahwa sebuah koalisi telah dibentuk untuk melawan operasi tentara Yaman di Laut Merah yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Italia, Spanyol, Norwegia, Belanda, Kanada, Bahrain dan Seychelles.
"Bangsa Bahrain tidak bisa tinggal diam menghadapi bergabungnya negara ini dalam koalisi AS yang membela kepentingan dan kejahatan rezim Zionis," kata Al-Dihi
“Dengan berpartisipasi dalam aliansi kotor ini, pemerintah Bahrain terlibat dalam menumpahkan darah rakyat Palestina.” tegasnya.
Al-Dihi menyerukan supaya Bahrain tidak boleh menjadi alat untuk melayani kepentingan Israel.
"Kami, sebagai rakyat Bahrain, tidak menerima negara ini menjadi bagian dari pengkhianatan terhadap Palestina," papar Al Dihi.
Sejauh ini, para pejuang Yaman telah menyita atau menargetkan beberapa kapal milik rezim Zionis atau kapal-kapal yang membawa kargo untuk rezim Zionis, dan praktis membuat Laut Merah sama sekali tidak aman bagi kapal-kapal rezim Zionis.
Ansarullah Lakukan Mobilisasi Umum untuk Dikirim ke Gaza
Salah satu anggota Biro Politik Ansarullah Yaman, mengabarkan saat ini sedang dilakukan mobilisasi umum untuk pengiriman pasukan ke Gaza, di utara Yaman, jika kesempatan terbuka.
Houtham Assad, Rabu (20/12/2023) seperti dikutip kantor berita Sputnik, mengatakan, mobilisasi umum ini dilakukan untuk membantu rakyat Palestina, di Gaza.
Menurut keterangan Houtham Assad, mobilisasi umum itu dilakukan di seluruh provinsi Yaman, dengan membuka kamp-kamp pelatihan militer.
"Puluhan ribu pemuda Yaman, secara sukarela mengikuti pelatihan militer, dan beberapa kelompok dari mereka telah menyelesaikan pelatihan tersebut," imbuhnya.
Pejabat Yaman, itu menjelaskan, masyarakat Yaman, dihimbau untuk mendukung rakyat Palestina, di Gaza, yang sedang menjadi target genosida Rezim Zionis, dukungan Amerika Serikat.
Ia menegaskan, jika kondisinya memungkinkan, maka rakyat Yaman, akan mengambil bagian dalam peperangan melawan pasukan Rezim Zionis, di Jalur Gaza.
Sebelumnya anggota Ansarullah Yaman, yang lain, Mohammed Al Bukhaiti memprotes sikap pasif negara-negara Arab, terkait serangan Rezim Zionis, terhadap rakyat Palestina.
Menurut Mohammed Al Bukhaiti, jika Yaman, berbatasan dengan Palestina, maka dapat dipastikan orang-orang Yaman, sudah terjun untuk mengalahkan Israel. (HS)
Hizbullah Bombardir Barak Militer Israel di Utara Wilayah Pendudukan
Serangan rudal Hizbullah Lebanon, menghantam sejumlah lokasi di utara Wilayah pendudukan, terutama pangkalan-pangkalan militer Israel.
Stasiun televisi Al Jazeera, Kamis (21/12/2023) melaporkan, Hizbullah menembakkan sejumlah rudal ke arah pangkalan militer Israel, di lahan pertanian Sheeba.
Hizbullah mengumumkan, "Barak militer Israel, Pranit, di utara Wilayah pendudukan, menjadi sasaran serangan senjata-senjata yang sesuai."
Sementara itu stasiun televisi Al Mayadeen, mengabarkan, beberapa rudal dari Lebanon Selatan, menghantam distrik Avivim di Al Jalil, utara Wilayah pendudukan, dan ini adalah kedua kalinya terjadi di Avivim.
Media-media Israel, mengunggah video ketika rudal-rudal yang ditembakkan dari Lebanon Selatan, menghantam beberapa kendaraan di distrik Avivim, dan membuatnya terbakar.
Serangan rudal Hizbullah, tersebut menyebabkan pejabat Rezim Zionis, menutup 14 Kibbutz, di Al Jalil, sampai waktu yang tidak ditentukan, dan melarang pemukim Zionis, lalu lalang di wilayah itu.
Stasiun televisi Al Jazeera, mengabarkan Hizbullah Lebanon, menembakkan sedikitnya 20 rudal ke Al Jalil, yang terletak di utara Wilayah pendudukan.
Ansarullah: Kami akan Serang Kilang Migas dan Kapal Tanker Koalisi AS
Anggota kantor politik gerakan Ansarullah Yaman mengancam keras dua negara Arab yang bergabung dengan koalisi Amerika Serikat.
Rai Al-Youm hari Rabu (20/12/2023) melaporkan, Mohammed Al-Bukhaiti, Anggota Biro Politik Gerakan Ansarullah Yaman mengumumkan, "Jika Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) bergabung dengan koalisi anti-Yaman (koalisi Amerika), saya akan menyatakan dengan jelas bahwa kami akan menyerang semua kilang minyak dan gas mereka. Kami juga akan menenggelamkan semua kapal tanker, terutama karena musim dingin di Eropa dan Amerika akan datang,".
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Al Jazeera, al-Bukhaiti bereaksi terhadap pembentukan koalisi Amerika di Laut Merah dengan mengatakan, Yaman akan menghadapi koalisi Amerika di Laut Merah. Amerika mengusulkan untuk tidak menghalangi proses upaya mencapai perdamaian di Yaman dengan menghentikan operasi militer di Laut Merah, yang kami tolak dengan tegas. Kami melawan ancaman tersebut. Ada kontak tidak langsung dengan negara-negara, termasuk Amerika Serikat, untuk menghentikan operasi kami di Laut Merah,".
Pada saat yang sama, Bloomberg melaporkan bahwa Arab Saudi telah mengambil kebijakan moderat dalam menghadapi gerakan Ansarullah. Hal ini disebabkan oleh kekhawatiran akan tindakan permusuhan yang akan memprovokasi gerakan ini untuk meningkatkan cakupan tindakan militer mereka terhadap Riyadh. Masalah ini akan menimbulkan risiko kembalinya perang dan membahayakan upaya gencatan senjata permanen.
Angkatan Laut Yaman sebelumnya telah memperingatkan bahwa mereka akan melanjutkan operasi militer terhadap kapal dan kepentingan Israel sampai agresi mereka terhadap Gaza dan kejahatannya terhadap bangsa Palestina dihentikan.
Bloomberg: Arab Saudi Tolak Gabung Koalisi AS Lawan Yaman
Media Amerika Serikat, mengatakan upaya melawan Yaman, yang terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah, menghadapi hambatan besar karena pertentangan di antara negara-negara Arab.
Bloomberg, Senin (18/12/2023) melaporkan, langkah Yaman, mencegah kapal-kapal menuju Israel, di Laut Merah, memaksa Tel Aviv, meminta bantuan AS, untuk menindaknya secara militer, tapi upaya ini nampaknya tidak didukung negara-negara Arab.
"Upaya AS, melawan aksi Yaman, menyerang kapal-kapal di salah satu jalur laut terpenting di dunia menghadapi hambatan besar karena pertikaian di antara sekutu-sekutu Arab, Washington," tulis Bloomberg.
Ditambahkannya, dua aktor paling krusial yang terlibat dalam perang Yaman, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, memiliki sikap berbeda sehingga mempersulit upaya AS, untuk menghadapi Ansarullah Yaman.
UEA menginginkan tindakan militer dilakukan terhadap Yaman, tapi Saudi, mendesak solusi yang lebih terukur, karena khawatir tindak kekerasan apa pun bisa membuat Ansarullah lebih agresif.
Seorang pejabat Saudi kepada Bloomberg mengatakan, "Langkah militer mungkin saja membahayakan gencatan senjata Yaman dan Saudi, dan upaya Riyadh, untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata permanen dengan Sanaa, bisa gagal."
Ternyata bukan hanya Saudi, yang menolak bekerja sama dengan AS, dan Israel, untuk membentuk koalisi militer anti-Yaman, sebelumnya Mesir, juga dikabarkan mengambil sikap serupa.
Dikutip situs berita Al Araby Al Jadeed, Senin, sumber pemerintah Mesir, mengatakan, Kairo, tidak bermaksud masuk koalisi apa pun untuk melawan pasukan Yaman, dan lebih mengedepankan negosiasi.