Okt 07, 2024 20:28 Asia/Jakarta
  • PM Rezim Zionis Benjamin Netanyahu
    PM Rezim Zionis Benjamin Netanyahu

Parstoday – Salah satu capaian terpenting Operasi Badai Al Aqsa, adalah runtuhnya mitos tak terkalahkan dan tak tersentuhnya Rezim Zionis, sebagai lembaga kolonial klasik terakhir di muka bumi.

Tanggal 7 Oktober 2023 adalah hari yang menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan anti-kolonialisme dunia. Hari ini bukan hanya sebuah gerakan militer, tapi mengandung makna yang lebih dalam bagi kubu anti-kolonialisme.
 
Operasi yang dilancarkan perlawanan anti-kolonialisme Hamas, bernama Badai Al Aqsa, bukan sekadar pertempuran fisik, tapi merupakan perwujudan dari perlawanan kolektif sebuah bangsa melawan pemerintahan penjahat dalam yang muncul bentuk penjajahan Zionis atas Palestina.
 
Apa yang membedakan Operasi Badai Al Aqsa, dengan operasi-operasi yang lain adalah kesuksesan-kesuksesan asasi yang capaian-capaiannya mengguncang fondasi infrastruktur penjajahan dan kolonialisme.
 
 
Biaya yang Harus Dibayar sebuah Bangsa untuk Bebas dari Penjajahan
 
Tidak ada satu pun gerakan anti-penjajahan yang tidak mengeluarkan biaya. Orang-orang Palestina, dalam setahun terakhir berhadapan dengan genosida dan pengusiran paksa oleh Israel. Lebih dari 42.000 orang gugur, dan puluhan ribu lainnya terluka.
 
Kemiskinan, kelaparan, dan kerusakan infrastruktur juga menjadi dampak lain dari perlawanan Palestina. Akan tetapi tidak boleh dilupakan bahwa pengorbanan ini adalah bagian dari biaya yang harus dibayar oleh sebuah bangsa untuk meraih kemerdekaan, kebebasan, dan mengakhiri penjajahan.
 
Sebagaimana disampaikan berulangkali oleh para pemimpin perlawanan, pertempuran ini adalah pertempuran untuk meraih kemerdekaan sebuah bangsa yang telah dijajah dan ditindas selama lebih dari 70 tahun oleh para imigran Zionis dari Eropa dan Barat.
 
 
Kekalahan yang Tak Bisa Ditebus
 
Operasi ini telah membawa sejumlah kesuksesan strategis yang asasi. Hamas berhasil memberikan pukulan telak kepada Rezim Zionis, dari sisi militer dan intelijen, dan meruntuhkan identitas militer rezim ini.
 
Kesuksesan-kesuksesan tersebut juga lebih tinggi dari sebuah kemenangan militer sementara, dan menjadi bukti adanya perpecahan yang dalam di struktur kekuatan Israel.
 
Rezim Zionis, dengan bertumpu pada mesin militer Amerika Serikat, dan dinas-dinas intelijennya, berusaha mengukuhkan hegemoninya terhadap orang-orang yang menderita di Asia Barat. 
 
Tapi setelah mendapat pukulan dari gerakan meteor Badai Al Aqsa, rezim itu mengalami perpecahan yang dalam, dan menerima pukulan-pukulan susulan dari Yaman, Lebanon, Irak, dan Iran.
 
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei, benar ketika mengatakan bahwa Rezim Zionis, setelah tanggal 7 Oktober 2023, bukan lagi rezim yang dulu, dan pukulan yang diterimanya tidak akan pernah bisa ditebus.
 
 
Kebangkitan Kesadaran Masyarakat Dunia
 
Di arena internasional, operasi ini telah memosisikan masalah Palestina, di pusat perhatian dunia. Sebelumnya sebagian kekuatan dunia, dan kawasan, melakukan upaya untuk menormalisasi hubungan dengan Rezim Zionis, dan menyingkirkan masalah Palestina, tapi Badai Al Aqsa, sekali lagi menempatkan masalah Palestina, di pusat perhatian dunia.
 
Salah satu buktinya, negara-negara semacam Aljazair, dan Afrika Selatan, membawa kasus kejahatan Rezim Zionis, ke Mahkamah Internasional (ICJ), dan menyebabkan masyarakat dunia dari Eropa hingga Amerika, bersatu memprotes penjajahan terhadap rakyat Palestina.
 
 
Kesuksesan-Kesuksesan yang Dalam dan Asasi
 
Salah satu capaian terpenting Badai Al Aqsa, adalah runtuhnya mitos tak terkalahkan, dan tak tersentuhnya Rezim Zionis, sebagai lembaga kolonialisme klasik terakhir di muka bumi. Gerakan agung ini telah meruntuhkan keangkuhan entitas ini.
 
Entitas Zionis menganggap dirinya sebagai kekuatan tak terkalahkan di kawasan Asia Barat. Namun belakangan tersebar sejumlah video yang menunjukkan keruntuhan mental, dan militer dari rezim berbahaya bagi dunia tersebut. Rezim yang selama 75 tahun mengklaim diri sebagai ras terunggul di muka bumi, dan sebagai militer dan intelijen terhebat.
 
Pada akhirnya Operasi badai Al Aqsa, bukan hanya sebuah operasi militer yang sukses semata, tapi membuktikan bahwa perjuangan melawan penjajahan, dalam situasi tersulit sekalipun, dapat memicu sebuah gerakan asasi dan mendalam. (HS)