Netanyahu Tidak Hadir di Sharm El-Sheikh, Apakah Ada Agenda Tersembunyi?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i178246-netanyahu_tidak_hadir_di_sharm_el_sheikh_apakah_ada_agenda_tersembunyi
Pars Today - Seorang analis terkemuka di dunia Arab meyakini bahwa ketidakhadiran Perdana Menteri Israel yang terencana di KTT Sharm El-Sheikh, yang dihadiri oleh sejumlah besar pemimpin dunia dan regional, telah menimbulkan pertanyaan serius tentang motif dan rencana masa depannya.
(last modified 2025-10-14T03:44:16+00:00 )
Okt 14, 2025 10:42 Asia/Jakarta
  • Abdel Bari Atwan, analis terkemuka di dunia Arab
    Abdel Bari Atwan, analis terkemuka di dunia Arab

Pars Today - Seorang analis terkemuka di dunia Arab meyakini bahwa ketidakhadiran Perdana Menteri Israel yang terencana di KTT Sharm El-Sheikh, yang dihadiri oleh sejumlah besar pemimpin dunia dan regional, telah menimbulkan pertanyaan serius tentang motif dan rencana masa depannya.

Menurut laporan Pars Today mengutip ISNA, Abdel Bari Atwan, analis terkemuka di dunia Arab dan editor surat kabar Rai Al-Youm, menulis dalam sebuah catatan, "Tidaklah normal bagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk tetap diam, berhenti membuat ancaman, atau tetap absen atau tidak mengirimkan perwakilan ke pertemuan berbobot politik tinggi seperti "Konferensi Perdamaian Sharm El-Sheikh", yang diselenggarakan dengan kehadiran hampir 20 pemimpin dan menteri luar negeri."

Atwan mengatakan, Netanyahu biasanya tidak melewatkan kesempatan apa pun untuk menormalisasi hubungan dengan negara-negara Arab dan Islam. Oleh karena itu, ketidakhadiran ini, yang tampaknya direncanakan, menimbulkan pertanyaan dalam benak.

"Dalam analisis awal, beberapa penjelasan telah diajukan untuk ketidakhadiran ini. Pertama, Netanyahu mungkin tidak lagi tertarik pada proses normalisasi hubungan yang biasa dan mengejar visi di luar hubungan ini. Sebuah visi yang ia kejar dalam bentuk rencana untuk "aneksasi wilayah" dan realisasi proyek yang lebih besar, sehingga memandang pemerintah dan para pemimpin regional hanya sebagai aktor sementara," tulis Atwan.

Kedua, menurutnya, ada kekhawatiran akan penolakan atau pengabaian oleh beberapa pemimpin yang hadir di KTT Sharm El-Sheikh, terutama oleh negara-negara Arab dan Islam. Kekhawatiran yang dapat menghalangi kehadiran pribadinya, terutama setelah kasus-kasus seperti keluarnya beberapa delegasi dari aula Majelis Umum PBB saat pidatonya beberapa bulan terakhir.

Atwan menulis, Fase saat ini tampaknya lebih merupakan "satu langkah" yang mencakup pengembalian tawanan yang masih hidup kepada keluarga mereka dan penghentian sementara pertempuran. Namun, para analis yakin bahwa dengan kembalinya 20 tahanan Israel ke rumah mereka, Netanyahu kemungkinan akan mengakhiri kebisuannya dan segera berbicara tentang "kemenangan besar" dan kemudian melanjutkan fase kedua dari rencananya, yang dapat mencakup dimulainya kembali operasi militer untuk memberantas perlawanan di Jalur Gaza dan mengubah keseimbangan regional.

"Jangan tertipu oleh pernyataan dan janji tentang gencatan senjata atau penarikan militer. Menurut para kritikus, Netanyahu, yang namanya dikaitkan dengan kebijakan menghasut perang, mengepung, dan menghancurkan Jalur Gaza, hanya memahami bahasa pembunuhan dan aksi militer skala besar. Tak perlu dikatakan lagi bahwa aksi ekstensif baru-baru ini pengeboman target di dalam dan luar Gaza, serta serangan udara balasan terhadap Lebanon, merupakan beberapa tanda yang menurut para analis mendukung kemungkinan kembalinya operasi militer skala besar," ujar Atwan.

Atwan menyimpulkan, "Oleh karena itu, kami memperingatkan bahwa kita tidak boleh sepenuhnya percaya pada janji dan jaminan internasional, dan kemungkinan adanya rencana tersembunyi untuk serangan besar-besaran di Jalur Gaza segera setelah para tahanan diserahkan ke Tel Aviv tidak boleh dikesampingkan."(sl)