Pasca-Jatuhnya Assad, Suriah Diperebutkan Israel dan Turki
(last modified Sat, 12 Apr 2025 14:14:45 GMT )
Apr 12, 2025 21:14 Asia/Jakarta
  • Pasca-Jatuhnya Assad, Suriah Diperebutkan Israel dan Turki

Pars Today – Sejak jatuhnya pemerintahan Presiden Bashar Assad, dan berkuasanya kelompok-kelompok afiliasi Turki di Suriah, negara ini menjadi objek yang diperebutkan oleh Turki dan Israel.

Semenjak Assad digulingkan pada 8 Desember 2024, Israel, menghancurkan infrastruktur Suriah, yang tersisa, termasuk jet tempur, kapal perang, kendaraan lapis baja, artileri, rudal, dan pusat-pusat militer seperti pangkalan dan terowongan-terowongan khusus rudal strategis jarak jauh.
 
Serangan-serangan Israel, ke fasilitas-fasilitas militer Suriah, di tengah kebisuan kelompok Al Julani yang berkuasa di negara itu, dilakukan bersamaan dengan meningkatnya eskalasi perebutan pengaruh Israel dan Turki, secara langsung atau tidak di Suriah.
 
Situs Al Araby Al Jadeed, di sebuah artikel berjudul “Suriah dan Perang Pengaruh antara Israel dan Turki”, menulis, “Bagian penting persenjataan dan amunisi pasukan pemerintah Suriah terdahulu sudah tidak bisa digunakan, tapi infrastruktur yang terdiri dari pangkalan militer, terowongan, pabrik senjata, dan pusat-pusat riset masih dalam kondisi baik, Suriah menghabiskan dana tidak sedikit untuk membangun dan melengkapi fasilitas-fasilitas itu.”
 
Menurut Al Araby Al Jadeed, ada empat alasan bagi Israel, untuk menyerang Suriah, pertama, mencegah negara itu menjadi ancaman bagi keamanan Israel kelak. Kedua, sikap resmi dan tidak resmi seputar kabar penandatanganan kesepakatan militer Suriah dan Turki.
 
Israel sangat mencemaskan penempatan sistem pertahanan udara Rusia, dan drone di pangkalan udara T-4, Suriah. Israel menganggap kehadiran pasukan Turki di pangkalan ini berbahaya, karena merasa tidak leluasa lagi bergerak di Suriah.
 
Ketiga, ambisi Israel, untuk mengubah dirinya menjadi kekuatan tanpa tanding di kawasan Asia Barat, sehingga seluruh kesepakatan militer dan keamanan serta politik harus sesuai dengan kepentingannya. Keempat, Israel berusaha mengubah Suriah menjadi negara gagal, dan kacau, lalu menciptakan wilayah-wilayah otonomi di timur, selatan, dan pesisir pantai.
 
Al Araby Al Jadeed melanjutkan, kunjungan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu minggu lalu ke Washington, adalah faktor yang sangat penting dalam meningkatkan eskalasi ketegangan Israel dan Turki.
 
Amerika Serikat berusaha mencari jalan tengah dari ketegangan Israel dan Turki ini, sementara hubungan keduanya secara langsung maupun tidak, masih terus berlanjut. Kunjungan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan, ke AS, sebelum kunjungan Netanyahu ke Washington, dilakukan untuk meminta Gedung Putih, mencegah peningkatan serangan Israel, ke Suriah.
 
“Turki meminta AS, supaya menekan Tel Aviv, untuk menghentikan serangan ke Suriah, dan jawaban Israel, adalah Tel Aviv punya hak untuk melawan setiap potensi ancaman dari arah Suriah,” pungkas Al Araby Al Jadeed. (HS)