Media Zionis Akui Hamas Masih Kuat dan Terus Bertempur
Sebuah surat kabar Zionis mengakui ketidakefisienan tentara Israel di Gaza dan menulis, tentara Israel menghancurkan kota Rafah di selatan Jalur Gaza dan menguasainya dua kali, tetapi gerakan Hamas Palestina masih bertempur di sana.
Avi Ashkenazi, koresponden militer untuk surat kabar Zionis Ma'ariv, menulis dalam laporannya di surat kabar tersebut bahwa Rafah telah dua kali berada di bawah kendali tentara Israel dan bangunan-bangunannya diratakan dengan tanah, tetapi sel-sel Gerakan Hamas masih memerangi tentara Israel.
Hamas berjuang hingga senjata terakhir dan tidak akan menyerah
Wartawan Zionis itu melanjutkan, Rafah, seperti wilayah Gaza lainnya, sekali lagi membuktikan bahwa Hamas tidak akan dikalahkan hingga orang terakhir, senjata terakhir, dan bom terakhir.
Menekankan bahwa Hamas telah mengubah gaya tempurnya dan menjadikan perang ini sebagai perang gerilya melawan tentara yang telah direformasi serta berusaha menyerang kelemahannya, Ma'ariv mengungkapkan,"Oleh karena itu, retorika yang digunakan politisi Israel tentang penyerahan diri Hamas hanyalah omong kosong belaka."
Sumber berita Zionis sebelumnya mengakui dalam laporan mereka bahwa perbedaan antara pemimpin politik dan militer rezim Israel sebagian besar telah membayangi strategi rezim dalam perang melawan Gaza dan membuat masa depannya tidak pasti.
Media Israel juga melaporkan meningkatnya ketegangan antara pimpinan politik dan militer rezim terkait strategi perang di Gaza, di tengah ketidaksepakatan mengenai manfaat pendudukan Kota Gaza dan masa depan operasi militer.
Sejak dimulainya Perang Gaza pada 7 Oktober 2023, dan operasi "Badai Al-Aqsa" yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilancarkan oleh pasukan perlawanan Palestina secara mengejutkan, tentara Israel telah menghadapi serangkaian pukulan berat dan mahal; pukulan yang meninggalkan dampak mendalam bagi tentara Israel, baik di lapangan maupun di tingkat psikologis dan strategis.
Pada hari-hari pertama perang, puluhan Zionis tewas dan ratusan lainnya ditangkap; sebuah peristiwa yang, menurut banyak pengamat, dianggap sebagai kegagalan intelijen dan keamanan rezim pendudukan yang paling belum pernah terjadi sebelumnya sejak berdirinya.
Selanjutnya, dalam serangan darat dan operasi ekstensif yang dilancarkan tentara Israel untuk membebaskan para tawanan Zionis dan menghadapi perlawanan, perlawanan Palestina justru menimbulkan kerugian besar bagi unit-unit militer Zionis dengan taktik perang yang tidak teratur, penggunaan terowongan canggih, penyergapan yang presisi, dan ledakan-ledakan terencana.
Perlawanan Palestina juga berhasil menghancurkan atau merebut puluhan tank Merkava, pengangkut personel lapis baja, drone, dan sistem pengintaian canggih milik tentara Zionis.
Kini, banyak pengamat meyakini terlepas dari segala biaya yang dikeluarkan, perlawanan Palestina telah berhasil mengubah persamaan pertempuran dan menjebak tentara Zionis dalam perang yang menguras tenaga dan menghabiskan banyak biaya, di mana tidak ada prospek kemenangan yang jelas bagi para penjajah.(PH)