Mengapa Perusahaan Israel Teva Termasuk Perusahaan Farmasi Paling Dibenci di Dunia?
https://parstoday.ir/id/news/west_asia-i177202-mengapa_perusahaan_israel_teva_termasuk_perusahaan_farmasi_paling_dibenci_di_dunia
Perusahaan farmasi Israel Teva, salah satu produsen obat generik terbesar di dunia, dengan cepat menjadi salah satu perusahaan farmasi yang paling dibenci di dunia.
(last modified 2025-09-21T05:51:39+00:00 )
Sep 21, 2025 12:27 Asia/Jakarta
  • Mengapa Perusahaan Israel Teva Termasuk Perusahaan Farmasi Paling Dibenci di Dunia?

Perusahaan farmasi Israel Teva, salah satu produsen obat generik terbesar di dunia, dengan cepat menjadi salah satu perusahaan farmasi yang paling dibenci di dunia.

Tehran, Pars Today- Teva Pharmaceutical Industries, raksasa farmasi Israel dan produsen obat generik terbesar di dunia, telah menghadapi gelombang kemarahan publik dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan ini telah menjadi simbol dilema etika dalam industri farmasi.

Meskipun Teva menggambarkan dirinya berkomitmen pada "kesehatan global", aktivitas perusahaan telah banyak dikritik. Protes-protes ini telah menjadikan Teva simbol korupsi dan pengabaian prinsip-prinsip kemanusiaan.

Keterlibatan perusahaan dalam kejahatan perang Israel di Gaza dan ketidakpeduliannya terhadap krisis kemanusiaan telah memicu kemarahan global terhadap Teva. Khususnya, banyak orang, dokter, dan perawat telah memboikot obat-obatan Teva, menuduh perusahaan tersebut terlibat dalam pembunuhan anak-anak di Gaza.

Krisis kemanusiaan di Gaza mencapai puncaknya tahun lalu. Pembunuhan perempuan dan anak-anak Palestina oleh tentara Israel telah memperburuk situasi di Gaza. Kekurangan obat-obatan dan dokter, serta penghancuran pusat-pusat medis, telah mempersulit kondisi banyak pasien Palestina, terutama anak-anak, perempuan, dan mereka yang memiliki penyakit tertentu.

Dalam situasi seperti ini, ketika Teva seharusnya berdiri di sisi pasien dan warga sipil Gaza sebagai perusahaan farmasi yang netral, perusahaan ini tidak hanya tidak mengambil tindakan apa pun untuk memfasilitasi akses rakyat Gaza terhadap obat-obatan vital, tetapi bahkan pernyataan perusahaan hanya berfokus pada dukungan Israel dan pemenuhan kebutuhan domestiknya. Keheningan dan keberpihakan ini, sementara anak-anak Palestina kehilangan nyawa mereka karena kekurangan obat-obatan, telah menciptakan citra negatif bagi perusahaan farmasi ini.

Faktanya, Teva tidak mengambil langkah praktis apa pun untuk menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan warga Gaza, meskipun laporan PBB dan organisasi hak asasi manusia independen telah berulang kali menekankan bahwa ribuan anak di Gaza sangat membutuhkan obat-obatan vital, tetapi blokade menyeluruh Israel telah mencegah masuknya barang-barang ini.

Dalam situasi seperti itu, pernyataan Tava semata-mata berfokus pada "mendukung Israel" dan memenuhi kebutuhan domestiknya. Sikap ini tidak hanya menunjukkan ketidakpedulian yang nyata terhadap kematian ribuan anak tak berdosa, tetapi juga mengirimkan pesan berbahaya kepada komunitas internasional: bahwa produsen obat generik terbesar di dunia bersedia mengorbankan prinsip-prinsip etika dan kemanusiaan demi pertimbangan politik.

Kebijakan ini terus berlanjut, dan perusahaan farmasi Zionis tersebut terus mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan dan mengambil langkah-langkah untuk mendukung kebijakan pembunuhan Israel.

Lebih lanjut, laporan menunjukkan bahwa Tava telah memberikan bantuan langsung kepada tentara Israel dalam beberapa tahun terakhir dan telah berpartisipasi dalam program bantuan yang berkaitan dengan unit-unit militer.

Hubungan dekat dengan tentara ini, yang bertentangan dengan prinsip netralitas medis, telah sangat merusak reputasi Tava. Dalam situasi ini, Tava telah dipertanyakan tidak hanya di arena politik, tetapi juga di arena moral.

Tindakan Teva telah mendorong para dokter dan konsultan medis di berbagai negara di dunia, termasuk Irlandia, untuk menyerukan boikot obat-obatan perusahaan tersebut mulai tahun 2025. Sanksi ini tidak hanya karena kerja sama dengan kebijakan perang rezim Zionis, tetapi juga karena pelanggaran prinsip-prinsip etika dan profesional dalam industri farmasi.

Puluhan konsultan dan dokter Irlandia mendesak pemerintah untuk menghentikan penggunaan obat-obatan Israel pada bulan Agustus dan September 2025, bahkan bersikeras agar anak-anak yang sakit tidak diberi "obat-obatan Israel." Dalam langkah lain, staf di Rumah Sakit Ortopedi Nasional di Dublin juga secara resmi menyerukan boikot obat-obatan Teva.

Selain itu, video dokter Italia yang membuang obat-obatan Teva ke tempat sampah merupakan simbol kemarahan publik yang menunjukkan kontradiksi dalam perilaku dan ucapan perusahaan farmasi yang seharusnya menyelamatkan nyawa, tetapi tetap diam dalam menghadapi bencana kemanusiaan.

Di sisi lain, Teva, sebagai perusahaan Israel, membayar sebagian besar pendapatannya melalui pajak kepada pemerintah Israel. Pada tahun 2024, perusahaan tersebut membayar pajak sebesar $750 juta kepada rezim Zionis, yang oleh para kritikus disebut sebagai "memicu mesin perang." Pembayaran ini dilakukan sementara Israel terus melakukan genosida di Gaza.

Situasi ini telah memicu kemarahan publik terhadap Teva; bagi banyak orang, perusahaan ini bukan lagi sekadar perusahaan farmasi; melainkan simbol praktik mencari untung yang kejam dan mengabaikan hak asasi manusia. Bahkan, diamnya Teva dalam menghadapi bencana kemanusiaan di Gaza merupakan bukti ketidakpedulian terhadap nyawa manusia demi keuntungan yang tak akan pernah dilupakan oleh sejarah.(PH)