Mengapa Tel Aviv Takut Mengakui Negara Palestina?
-
Dewan Keamanan PBB
Pars Today - Menjelang tanggal pengakuan Negara Palestina oleh beberapa negara Barat, militer Israel bersiap menghadapi berbagai kemungkinan.
Radio militer Israel mengumumkan dalam sebuah laporan, "Para komandan militer Israel mengirimkan delapan batalyon ke Tepi Barat menjelang tanggal pengakuan Negara Palestina oleh beberapa negara Barat."
Menurut laporan Pars Today, lebih dari 10 negara Barat dijadwalkan untuk mengakui Palestina sebagai negara merdeka pada hari Senin, 22 September, di Sidang Umum PBB. Sekaitan dengan hal ini, Tel Aviv, dengan dukungan dan lampu hijau dari Amerika Serikat, mengancam akan menanggapi tindakan ini dengan mencaplok dan menduduki Tepi Barat.
Kanada, Australia, Portugal, Belgia, Malta, Luksemburg, San Marino, Andorra, dan Prancis termasuk di antara negara-negara yang dijadwalkan untuk mengakui Palestina pada Konferensi Internasional tentang Palestina di Markas Besar PBB.
Seiring berlanjutnya perang Gaza dan rezim Zionis yang bersikeras melanjutkan kebijakan pembunuhan dan genosida terhadap warga Palestina yang tinggal di Gaza, opini publik global semakin tergerak untuk menentang rezim Zionis. Penyelenggaraan unjuk rasa dan demonstrasi di berbagai negara di dunia menentang kebijakan genosida Israel di Gaza, serta publikasi gambar-gambar kelaparan dan kehausan di antara penduduk Gaza, terutama dalam beberapa bulan terakhir, telah meningkatkan tekanan publik terhadap para pejabat dan pemimpin berbagai negara Eropa.
Dalam hal ini, para pejabat Eropa yang selalu mengklaim membela hak asasi manusia dan menghormati kebebasan individu dan sosial, dalam beberapa bulan terakhir tampaknya terpaksa berhenti mendukung Israel secara langsung dan mengutuk kejahatan Zionis terhadap penduduk Gaza.
Sebenarnya, penggunaan senjata pemusnah massal oleh rezim Zionis, termasuk fosfor putih, serangan terhadap wilayah aman dan pengungsian luas warga Palestina, penutupan jalur makanan dan obat-obatan ke Gaza, serta penghancuran infrastruktur seperti jaringan air, rumah sakit, dan pusat medis, telah membuat para pejabat Eropa tidak memiliki ruang untuk membela diri dan terus mendukung Israel, terutama karena opini publik di Eropa tidak lagi menerima pembenaran kebijakan apa pun dalam hal ini.
Dalam situasi seperti ini, banyak negara ini meyakini bahwa hanya dengan mendirikan negara Palestina yang merdeka dan menerima hak-hak rakyat Palestina, landasan bagi perdamaian dan keamanan abadi di Asia Barat dapat terwujud. Faktanya, pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat bukan hanya tindakan penghormatan terhadap hak asasi manusia, tetapi juga upaya diplomatik untuk menciptakan keseimbangan dalam politik internasional.
Dalam situasi seperti ini, rezim Zionis sangat khawatir akan pengakuan Palestina.
Salah satu alasan terpenting dari kekhawatiran ini adalah ancaman yang ditimbulkan oleh pengakuan Palestina terhadap apa yang disebut legitimasi rezim Zionis. Hingga saat ini, rezim Zionis telah menduduki tanah Palestina secara luas dan melanggar hak-hak mereka, dengan menggunakan istilah-istilah seperti "hak untuk membela diri", tetapi pengakuan Palestina sebagai negara merdeka menolak pembenaran ini dan dapat meningkatkan tekanan global untuk mengakhiri pendudukan dan pelanggaran hak-hak Palestina.
Lebih lanjut, pengakuan Palestina dapat melemahkan proses diplomatik dan negosiasi yang sedang berlangsung di mana rezim Zionis memainkan peran besar. Perjanjian sementara seperti Kesepakatan Oslo dan negosiasi lainnya, yang selama ini selalu menguntungkan rezim Zionis, kini terancam oleh pengakuan Palestina.
Pengakuan Palestina juga dapat memperkuat posisi Palestina di kancah internasional. Jika Palestina diakui sebagai negara merdeka, Palestina akan dapat berpartisipasi dalam organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, sebagai negara merdeka dan mempertahankan hak-hak hukum mereka. Hal ini dapat meningkatkan perhatian internasional terhadap situasi Palestina dan, akibatnya, meningkatkan tekanan untuk mencapai solusi permanen bagi krisis Palestina.
Namun, pengakuan Palestina hanyalah langkah awal yang dapat membuka jalan bagi perubahan mendasar dalam proses perdamaian dan keamanan di Asia Barat. Sementara itu, proses ini diiringi oleh banyak tantangan dan kompleksitas, sehingga masih belum jelas apakah negara-negara Eropa akan tetap mempertahankan posisi mereka di sidang Majelis Umum PBB atau mengubah posisi mereka di bawah pengaruh tekanan Amerika.(sl)