Selamat Untuk Ilmu Dan Makrifat
-
Imam Sajjad as
Imam Sajjad as selalu mendukung para pemuda untuk menuntut ilmu dan makrifat.
Dinukil dari Imam Baqir as bahwa beliau berkata, “Ketika pandangan ayahku tertuju pada para pemuda yang sedang berusaha menuntut ilmu, beliau mendekati mereka dan berkata, “Selamat untuk kalian para pemuda, dimana kalian sebagai pembawa amanat ilmu dan makrifat. Meski sekarang kalian termasuk anak-anak, maka secepanya kalian menjadi orang-orang besar karena ilmu dan orang lain akan bangga pada kalian.”
Hai Lelaki, Mengapa Engkau Menangis?
Zaid bin Usamah termasuk orang yang terkenal di Madinah. Ayah Usamah termasuk orang yang tidak berbaiat kepada Imam Ali as. Meski demikian, ketika Zaid menderita sakit, Imam Sajjad datang menjenguknya. Zaid menangis ketika melihat Imam Sajjad as.
Imam Sajjad bertanya, “Mengapa engkau menangis?”
Zaid berkata, “Saya punya hutang sebanyak lima belas ribu dinar. Tapi saya tidak bisa membayarnya.”
Imam Sajjad as berkata, “Jangan menangis. Aku akan membayar semua hutangmu.”
Imam memenuhi janjinya dan membayar hutang-hutangnya Zaid dan Zaidpun meninggal dunia dengan tenang.
Mari Kita Pelajari Pelajaran Tawadhu Dari Imam Sajjad as
Salah seorang keponakan [anak saudari] Imam Sajjad mengatakan, “Ibuku senantiasa menganjurkan kepadaku untuk dekat dengan pamanku dan belajar pelajaran kehidupan kepadanya. Sejak saat itu, setiap kali saya menemuinya, saya mendapatkan banyak ilmu dan akhlak darinya. Menarik bagi saya, meski beliau memiliki posisi yang tinggi di sisi Allah, tapi beliau selalu dalam keadaan takut dan tawadhu. Oleh karena itu, saya juga dalam kondisi takut dan tawadhu kepada Allah.”
Mengadu Domba Lebih Buruk Ataukah Menggunjing?
Seorang lelaki datang menemui Ali bin Husein [Imam Sajjad as] dan berkata, “Si fulan menjelek-jelekkan Anda dan mengatakan....”
Imam Sajjad berkata, “Apakah di tengah-tengah banyak orang mengatakan demikian?”
“Tidak, hanya saya dan dia aja.”
Imam Sajjad as berkata, “Menggunjing dan menuduh adalah dosa besar dan Allah akan membalas para pelakunya. Baik, bila orang itu datang kepadaku dan menyampaikan kata-katanya, supaya jelas apakah dia benar ataukah salah.”
Kemudian beliau melanjutkan, “Engkau juga tidak melakukan pekerjaan yang baik. Karena engkau telah menyampaikan kabar dia kepadaku. Karena engkau telah mengungkap kata-katanya yang tersembunyi dan menjatuhkan harga dirinya di mataku. Engkau telah mengabarkan seorang muslim yang menyakitkan hati yang tidak aku dengar. Setelah ini jauhilah dan ketahuilah bahwa seseorang yang membuka aib orang lain di depan yang lainnya, dia harus menunggu bahwa orang lain akan membuka aib dia.”
Mengapa Mereka Memperlakukan Kami Demikian?
Sahl bin Saad, salah seorang pecinta dan sahabat para imam maksum as menceritakan tentang kemazluman Ahlul Bait Imam Husein as:
“Saya menyaksikan kedatangan para tawanan peristiwa Asyura ke Syam. Imam Sajjad bergerak di depan kafilah tawanan. Dalam keadaan benar-benar sedih saya mendekati beliau dan berkata, “Saya termasuk pecinta Anda. Seandainya saja saya ada di Karbala berperang di sisi Anda dan saya mencapai syahadah terlebih dahulu dari semuanya. Tapi sekarang, Wahai Pemimpinku! Bila Anda menginginkan sesuatu, saya akan melakukannya.”
Imam Sajjad as berkata, “Apakah engkau membawa uang?”
Saya berkata, “Saya membawa uang seribu dinar dan seribu dirham.”
Beliau berkata, “Berikan sebagian uang ini kepada yang terlaknat yang membawa kepala ayahku dan mintalah kepadanya untuk menjauhkan kepala itu dari para wanita. Supaya orang-orang lelaki yang datang untuk menonton kepala ayahku, mata merekat tidak tertuju kepada para wanita kami.”
Saya melakukan pekerjaan itu dan kembali lagi menemui Imam Sajjad as.
Imam Sajjad as berkata, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan dan membangkitkanmu bersama kami sederajat dengan kami.”
Menghormati Ibu
Diriwayatkan bahwa Imam Sajjad tidak pernah mengambil makan satu mangkok dengan ibunya. Beliau ditanya, “Bagaimana mungkin Anda sebagai orang yang terbaik, tapi tidak makan bersama ibu Anda?”
Imam Sajjad menjawab, “Saya takut mengambil makanan yang kemungkinan akan diambil oleh ibu saya.”
Kemudian beliau melanjutkan, “Saya tidak menilai baik bagiku mendahului ibuku, meski hanya untuk sesuap makanan.”
Bekal Akhirat
Imam Ali bin Husein sangat perhatian kepada orang-orang miskin. Beliau selalu berusaha memenuhi kebutuhan mereka sebisanya.
Dinukil bahwa setiap kali seorang miskin datang kepada beliau untuk meminta pertolongan, beliau berkata, “Selamat untuk orang yang membawa bekal akhiratku.”
Beliau membantunya dalam bentuk yang layak, sehingga tidak membutuhkan pertolongan lagi dalam jangka panjang. (Emi Nur Hayati)
Sumber: Sad Pand va Hekayat; Imam Sajjad as