Reaksi Suriah terhadap Klaim de Mistura tentang Perundingan Jenewa
(last modified 2017-12-16T09:38:21+00:00 )
Des 16, 2017 16:38 Asia/Jakarta

Kementerian Luar Negeri Suriah membantah klaim Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Suriah dan pemerintah Perancis bahwa Damaskus bertanggung jawab atas tidak adanya kemajuan dalam babak terbaru perundingan Jenewa. Pemerintah Damaskus juga mengecam klaim tidak berdasar tersebut.

Staffan de Mistura pada Kamis malam, 14 Desember 2017 mengumumkan berakhirnya babak kedelapan perundingan damai Suriah di Jenewa, Swiss. Ia mengklaim bahwa tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam perundingan ini tidak terwujud karena sabotase pemerintah Damaskus.

Tuduhan tersebut dilontarkan ketika kalangan politik menilai pernyataan pertemuan Riyadh pada November 2017 dan posisi yang telah ditentukan sebelum pertemuan tersebut sebagai penyebab kebuntuan dan gagalnya babak baru perundingan Suriah di Jenewa.

Beberapa hari sebelum babak baru perundingan Jenewa, pemberontak Suriah yang didukung oleh Arab Saudi telah menggelar pertemuan yang disebut sebagai "Pertemuan Riyadh-2." Dalam petemuan ini, mereka menegaskan keharusan lengsernya Bashar al-Assad, Presiden Suriah dari kekuasaannya.

Dalam suasana seperti itu, posisi bias dan kontradiktif de Mistura telah mengundang perhatian opini publik tentang kinerja tidak jujur Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Urusan Suriah dan keselarasannya dengan konspirasi musuh-musuh negara Arab ini.

Meskipun pemberontak Suriah dan milisi bersenjata telah mengalami berbagai kekalahan dalam menghadapi militer dan pasukan relawan negara ini, namun mereka tidak bersedia untuk menerima solusi damai yang ditawarkan oleh pemerintah Damaskus dan masyarakat internasional, bahkan justru mengejar tebusan dari rakyat Suriah.

Perundingan Jenewa –disebabkan dominasi kelompok-kelompok pemberontak Suriah– alih-alih membantu menyelesaikan krisis di negara ini, namun telah berubah menjadi pusat untuk menekan pemerintah Damaskus dan mengejar program-program bias para pendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah.

Khalaf al-Miftah, seorang pakar perkembangan Suriah meyakini bahwa berdasarkan kondisi yang ada dalam perundingan Jenewa dan pernyataan-pernyataan yang telah sampaikan serta situasi saat ini maka dapat dikatakan bahwa tidak ada harapan lagi kepada perundingan Jenewa.

Ia mengatakan bahwa agenda perundingan Jenewa juga jauh dari tuntutan rakyat Suriah yang menegaskan untuk memerangi terorisme, bahkan pertemuan tersebut telah berubah menjadi forum untuk mengevaluasi tuntutan-tuntutan pemberontak Suriah dukungan Arab Saudi mengenai bagaimana mereka harus bisa berkuasa.

Sabotase pemberontak Suriah telah menyebabkan kegagalan perundingan-perundingan Jenewa dan menyebabkan perundingan ini menjadi perundingan yang tidak berguna. Dalam kondisi seperti itu, de Mistura alih-alih mengakui sabotase yang dilakukan oleh para pemberontak Suriah, namun posisinya justru selaras dengan konspiasi musuh-musuh pemerintah Damaskus.

Staffan de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah.

Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Suriah juga telah menyampaikan rencana-rencana yang menyempurnakan agenda pemberontak Suriah dalam kerangka melanggar kedaulatan negara Arab itu. Langkah tersebut menunjukkan dimensi berbahaya dan rumit dari konspirasi yang dilancarkan terhadap kedaulatan nasional Suriah, di mana ruang lingkupnya telah meliputi Utusan Khusus PBB.

Perilaku Utusan Khusus PBB untuk Urusan Suriah yang terpengaruh oleh konspirasi musuh negara ini dan para pendukungnya telah memicu protes luas opini publik. Kinerja de Mistura yang selaras dengan pemberontak bersenjata Suriah dan kelompok-kelompok teroris di negara ini serta idenya yang selaras dengan para pendukung mereka telah merugikan peran PBB yang seharusnya menjadi pemimpin untuk menumpas kelompok-kelompok teroris. Kelanjutan posisi tersebut tentunya akan meningkatkan protes terhadap kinerja PBB di Suriah. (RA)

Tags